Postingan

MENDAKI GUNUNG GAMKONORA LAGI

Gambar
Senin siang, hari ketiga Idul Fitri 1444 H, saya, isteri saya Sri, Inul dan Kaka Nyinga tiba di pelabuhan Jailolo. Kami hari itu akan mendaki Gunung Gamkonora. Ya gunung tertinggi di kabupaten Halmahera Barat itu sekaligus tempat di mana kampung bapak, desa Gamkonora, berada. Waktu saya dan Sri yang terbatas itulah yang membuat pendakian ini langsung dimulai hari itu juga. Perkiraan saya, jam 3 sore kami sudah mulai mendaki. Kebetulan sekali di dalam speedboat dari Ternate yang saya tumpangi, saya ketemu Fadri. Masih saudara dengan saya. Ia teman adik saya Iping dan sama-sama bertugas di Polres Halmahera Barat. Rencananya ketika sampai di Jailolo, saya hendak meminjam mobil Iping untuk menuju ke Desa Talaga, desa dimana kami akan bertolak menuju jalur pendakian. Fadri waktu itu menawarkan untuk mengambil mobil itu sekaligus mengemudikannya sampai ke tujuan. Saya mengiyakan saja. Kami tiba di desa Talaga sekira jam 3. Dan rencana awal mendaki pada jam 3 buyar sudah. Kami mengem
Gambar
  SINGA TUA YANG MENOLAK TAKLUK   Lion of the Desert diproduksi tahun 1980 mengambil genre biografi perang. Disutradarai oleh Mustapha Akkad, film ini menceritakan kisah perjuangan pahlawan Libya, Umar Mukhtar, melawan penjajah fasis Italia. Film ini dilarang edar di Italia.   Judul               : Lion of the Desert Sutradara       : Mustapha Akkad Skenario         : H. A. L. Craig Pemeran         : Anthony Quinn, Oliver Reed, Raf Vallone Tahun              : 1980   Lion of the Desert diangkat dari kisah nyata Umar Mukhtar memimpin gerakan Tarekat Sanusiyyah melawan penjajah Italia. Perang selama 20 tahun dia lakoni sejak Italia pertama kali menginvasi Libya pada tahun 1911. Berjubah putih dengan mengendarai kuda dan bersenjatakan senapan ringan, guru ngaji itu memimpin pasukannya yang juga berjubah putih bergerilya di gurun pasir Sahara. Umar adalah seorang jenius. Dia tak pernah belajar di akademi militer, tetapi strategi dan taktik militernya teruji di pelbagai

12 JAM DI GUNUNG GAMALAMA

Gambar
Ega dan Fajar, dua teman saya, sudah lama ingin mendaki gunung Gamalama. Ega mengatakan sudah meniatkannya usai mengikuti sebuah pelatihan di Sofifi pada tahun 2019. Sejak pertama kali tiba di Ternate, Fajar juga ingin sekali mendaki gunung Gamalama. Setelah mengikuti kegiatan di salah satu hotel di Ternate, kami merencanakan akan melakukan pendakian esok harinya. Hari Minggu. Waktu mereka tidak banyak. Bukan tanpa alasan, malam harinya mereka akan langsung meninggalkan Ternate. Ega balik ke Morotai, sedangkan Fajar ke Tobelo.   Jadi pendakian ini akan dilakukan setelah shalat Subuh. Tanpa bermalam, jadi kami akan naik dan langsung turun di hari yang sama. Untuk menghemat waktu, kami shalat di masjid sekitar area pendakian di kelurahan Moya. Pukul setengah enam pagi lewat sedikit, pendakian pun dimulai. Buat Ega, pendakian ini adalah pengalaman pendakiannya yang pertama. Kendati sering mendaki gunung di Jawa, Fajar sudah berhenti sejak empat tahun terakhir. Melihat keadaan teman-te
Gambar
  MERAYAKAN HARI KEMERDEKAAN  DI PUNCAK GAMALAMA   Jauh hari sebelum tanggal 17 Agustus, saya mengontak beberapa kawan yang suka mendaki gunung. Saya hendak mengajak mereka untuk merayakan hari kemerdekaan di gunung Gamalama. sayangnya, satu per satu kawan memberi jawaban negatif. Ada juga yang tidak memberi kabar hingga hari pendakian. Akhirnya saya mengontak beberapa keponakan yang suka mendaki gunung. Satu orang tidak bisa ikut, tetapi dua orang positif akan ikut. Salah satunya pernah bersama saya mendaki gunung Gamkonora dua tahun lalu, Ong namanya. Satunya lagi Alan, yang baru mulai mendaki gunung. Ong dan Alan Kami sepakat akan mendaki pada tanggal 16 Agustus pagi. Mengapa pagi? Agar dapat tempat mendirikan tenda di lokasi kamp. Di momen penting seperti ini pasti banyak orang yang mendaki gunung. Ternyata Alan harus sekolah pada hari itu sampai jam sepuluh. Jadi kami menunggunya. Hampir jam sepuluh saya sudah tiba di rumah Alan. Setelah ia pulang, kami mengemas seluruh pe