Postingan

Menampilkan postingan dari 2020
Gambar
  JALUR TERJAL GUNUNG KIE MATUBU   Akhirnya, saya dan kawan saya, Syahril, berhasil mendapat izin mendaki gunung Kie Matubu. Gunung tinggi di pulau Tidore ini memang akhir-akhir ini agak sukar memperoleh izin mendaki. Musababnya, gunung ini dikotori oleh sampah oknum-oknum pendaki tak bertanggung jawab. Saya pikir hampir satu tahun lamanya gunung ini ditutup. Tahun lalu saya pernah mencoba untuk naik, namun gagal. Saya tidak tahu kalau gunung Kie Matubu waktu itu benar-benar sudah ditutup. Dalam pendakian kali ini, saya tidak mau hal tersebut terulang kembali. Saya bilang ke Syahril; “Bro. Kali ini, tong harus naik.” Saya sudah bertekad, saya tidak mau gagal lagi. Tadinya, kami sudah mencoba meminta izin ke sana ke mari. Setelah beberapa kali mencoba, kami diloloskan oleh salah satu ketua RT di kelurahan Ladaake. Dari kelurahan tertinggi di pulau Tidore ini, petualangan mendaki gunung Kie Matubu pun dimulai. *** Pendakian kali ini bisa dibilang nekat. Pertama , kami berd
Gambar
 GAGAL MENCAPAI PUNCAK GUNUNG DUKONO  Diakses dari  https://www.flickr.com/photos/thirnbeck/423005606 Gunung Dukono yang terletak di desa Mamuya, kabupaten Halmahera Utara, sejak dulu menarik perhatian saya. Keindahan pemandangan alamnya sudah menjadi perbincangan banyak orang. Padang pasir yang terletak di sekitar puncaknya mempunyai daya tarik tersendiri bagi kaum pecinta alam. Yang juga menarik dari gunung Dukono adalah asap belerang yang dimilikinya selalu keluar hampir sepanjang tahun. Asap belerang ini menjadi objek wisata alam yang unik dan memberi kesan bahwa Dukono benar-benar hidup. Meski begitu, fenomena tersebut mengingatkan para pendaki bahwa Dukono adalah gunung api aktif dan sewaktu-waktu ia bisa menjadi sangat berbahaya. Para pendaki diajari untuk senantiasa waspada agar hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari. Momentum 17 Agustus 2020 memberi kesempatan pada saya untuk mendatangi gunung ini. Saya ditemani oleh empat kawan dari Tobelo: Ahmad, Kina, Amelia dan
Gambar
MUNGKINKAH MANUSIA “MENJADI” TUHAN https://www.amazon.co.uk/Homo-Deus-Brief-History-Tomorrow/dp/1910701874 Setelah sukses mengungkap rahasia keunggulan manusia dalam bukunya Sapiens ,   Yuval Noah Harari, berargumen bahwa manusia sesungguhnya bisa melakukan lebih dari itu.   Manusia ( homo ) tidak hanya bisa mengalahkan Homo Neandertal, mempunahkan harimau Jawa, dan menduduki posisi teratas rantai makanan. Mereka bahkan bisa “menjadi” Tuhan: Homo deus .
Gambar
MENGAPA KEMAJUAN BENUA-BENUA BERBEDA? Oleh: Zulfikhar Judul buku : Guns, Germs, and Steel: Rangkuman Riwayat Masyarakat Manusia Penulis         : Jared Diamond Penerbit       : Kepustakaan Populer Gramedia Cetakan         : II, Agustus 2016 Halaman      : xiv + 624 halaman ISBN              : 978-602-424-138-4 Kapitalisme mungkin jawaban yang paling populer dilontarkan manakala kita ditanya perihal mengapa benua Eropa lebih dulu maju dibandingkan Afrika. Merkantilisme mungkin jawaban yang sering diajukan apabila muncul pertanyaan mengapa orang Portugis, Spanyol, dan Belanda yang datang ke Nusantara dan bukan sebaliknya.   Apabila ditanya mengapa hal tersebut bisa terjadi, sampai sekarang kita mungkin sering mendengar jawaban-jawaban yang menunjuk pada faktor-faktor biologis. Bahwa orang Eropa lebih maju karena kulit putih mereka. Sebaliknya disebabkan kulit hitam mereka, orang Afrika, Papua, dan Aborigin lebih bodoh, miskin, dan terbelakang.
Gambar
PETUALANGAN MENDAKI GUNUNG GAMALAMA Setelah gagal mendaki mendaki gunung Kie Matubu, saya, Syahril, Jirhan, dan Rahmat sepakat mendaki gunung Gamalama. Setelah menunaikan shalat Dzuhur, tepat jam 01.15 WIT, petualangan kami dimulai. Siang hari tanggal 31 Desember 2019 itu, saya melihat beberapa pendaki berkumpul di sekitar titik pemberangkatan. Oh ya di gunung Gamalama tidak ada basecamp . Jadi, setelah urusan packing dan parkir selesai, semua pendaki langsung  memasuki pintu rimba.  Di jalur pendakian saya melihat seorang perempuan bercadar menenteng keril duduk di bawah pondok pinggir jalan. Puluhan sepeda motor berjejer rapi di halaman beberapa rumah di sepanjang jalan. Saat memasuki titik pemberangkatan, seorang warga melempar senyum kepada kami.
Gambar
DI ATAS PUNCAK GAMKONORA Sudah lama saya berkeinginan mendaki gunung Gamkonora. Berkali-kali pulang ke kampung papa, desa Gamkonora, saya belum berkesempatan untuk naik ke sana. Akhirnya, pada 14 Desember 2019, kesempatan itu tiba. Seorang diri saya berencana akan mengendarai sepeda motor dari Jailolo ke desa Gamkonora. Adik saya kebetulan punya sepeda motor yang jarang dipakai. Tapi saat akan bertolak dari asrama polisi tempat tinggalnya, di langit mendung turun sepanjang langit Jailolo ke utara di mana saya hendak menuju.