MENGAPA KEMAJUAN BENUA-BENUA BERBEDA?

Oleh: Zulfikhar




Judul buku : Guns, Germs, and Steel: Rangkuman Riwayat Masyarakat Manusia
Penulis        : Jared Diamond
Penerbit      : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan       : II, Agustus 2016
Halaman     : xiv + 624 halaman
ISBN            : 978-602-424-138-4

Kapitalisme mungkin jawaban yang paling populer dilontarkan manakala kita ditanya perihal mengapa benua Eropa lebih dulu maju dibandingkan Afrika. Merkantilisme mungkin jawaban yang sering diajukan apabila muncul pertanyaan mengapa orang Portugis, Spanyol, dan Belanda yang datang ke Nusantara dan bukan sebaliknya.  

Apabila ditanya mengapa hal tersebut bisa terjadi, sampai sekarang kita mungkin sering mendengar jawaban-jawaban yang menunjuk pada faktor-faktor biologis. Bahwa orang Eropa lebih maju karena kulit putih mereka. Sebaliknya disebabkan kulit hitam mereka, orang Afrika, Papua, dan Aborigin lebih bodoh, miskin, dan terbelakang.


Di dalam Guns, Germs, and Steel (Bedil, Kuman, dan Baja), Jared Diamond menyusun jawaban untuk membantah argumen itu. Ide penulisan buku ini dilatarbelakangi cerita Diamond saat mengunjungi Papua Nugini di awal 1970-an. Di sana ia bertemu tokoh lokal yang penuh rasa ingin tahu bernama Yali yang bertanya mengapa orang kulit putih menciptakan banyak barang berharga sementara orang kulit hitam begitu sedikit (hal.5). Yali heran dengan benda-benda yang dibawa orang kulit putih seperti; kapak baja, korek api, obat-obatan, payung, pakaian, dan minuman ringan dapat menjawab kebutuhan mereka jauh melebihi apa yang bisa mereka bayangkan dan lakukan.

Pertanyaan Yali itu mendorong Diamond berpikir mengapa orang Erasia (Eropa dan Asia) mendominasi dunia modern sedangkan orang Afrika kendati telah merdeka dari penjajahan bangsa-bangsa Eropa, masih terbelenggu oleh kemiskinan dan tetap terbelakang. Padahal, 11.000 tahun SM, manusia di dunia masih hidup sebagai pemburu-pengumpul. Diamond bertanya-tanya: “Mengapa perkembangan manusia berlangsung dengan kecepatan yang berbeda di benua yang berbeda?” (hlm. 7).


Domestikasi Tumbuhan dan Hewan

Peradaban awal di dunia dimulai ketika kerajaan Sumeria, Babilonia, Assyiria, dan Mesir muncul. Kawasan di mana mereka muncul ini dikenal kawasan Bulan Sabit Subur disebabkan kondisi tanahnya yang basah dan subur di tengah tanah gersang di Asia Barat dan Afrika sub-Sahara. Kawasan ini merentang dari teluk Persia di timur hingga hulu sungai Nil di barat.

Mengapa peradaban manusia dimulai di kawasan Bulan Sabit Subur? Menurut Diamond, sebab disanalah untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia melakukan inovasi penting: memproduksi makanan (hlm. 172).

Orang-orang di Bulan Sabit Subur adalah yang pertama mendomestikasi tumbuhan menjadi pangan dan mendomestikasi hewan menjadi ternak. Gandum dan biji-bijian dibudidayakan secara massal lalu diproduksi menjadi karbohidrat. Sapi, domba, dan kambing diternakkan untuk menghasilkan daging, susu, pupuk, dan untuk menarik bajak (hlm. 95). Kuda, keledai, dan unta didomestikasi menjadi alat transportasi.

Domestikasi mendorong manusia yang tadinya hidup nomaden menjadi menetap. Dalam perkembangannya, cara hidup itu akan mendorong manusia untuk hidup berkelompok sehingga terjadilah peningkatan populasi. Terciptalah komunitas kecil manusia yang disebut kawanan (band). Lama-lama kawanan itu berkembang menjadi suku (tribe), kedatuan (chiefdom), hingga menjadi kerajaan atau negara (state).

Dari sini kisah kemajuan suatu benua dapat kita lacak. Domestikasi pangan dalam perkembangannya akan menimbulkan kelebihan pangan sehingga mendorong manusia untuk menyimpannya sebagai bahan makanan. Simpanan makanan itu disalurkan ke luar untuk memenuhi kepentingan dan menjawab persoalan manusia sehari-hari. Manusia sekarang punya waktu luang, yang tidak dimilikinya di masa pemburu-pengumpul. Elite politik menguasai bahan makanan itu, terlepas dari kewajiban untuk mencari makan, menetapkan pajak untuk menjaga kelangsungan komunitas, dan menghabiskan seluruh waktunya dengan kegiatan politik (hlm. 99). Untuk mempertahankan eksistensi komunitas, simpanan makanan itu dipakai manusia untuk menggaji tenaga spesialis purnawaktu seperti raja dan para birokrat kerajaan.

Produksi pangan secara tidak langsung merupakan prasyarat bagi berkembangnya bedil, kuman, dan baja (hlm. 95). Waktu luang yang diciptakan domestikasi akan mendorong manusia untuk merenung, sehingga muncul rasa ingin tahu dan memulai penemuan-penemuan baru.

Memproduksi makanan tidak akan terjadi tanpa domestikasi. Tapi domestikasi ditentukan oleh keberadaan vegetasi dan populasi hewan ternak di suatu kawasan. Menurut Diamond, di antara kawasan habitat manusia di dunia, Bulan Sabit Subur adalah kawasan tersubur. Iklim Mediterania yang berciri musim dingin dan panas  menyeleksi spesies-spesies tumbuhan agar bisa bertahan di musim kering yang lama dan cepat kembali tumbuh saat musim penghujan tiba. Tanaman pangan itu telah menempuh adaptasi sedemikian rupa sehingga berguna bagi manusia (hlm.173).

Populasi hewan ternak di Bulan Sabit Subur adalah salah satu yang terlengkap. Hewan-hewan domestikasi seperti; sapi, domba, kambing, dan babi hidup di sini. Hal ini berbeda dengan kawasan Mediterania lainnya seperti Afrika Selatan, Amerika Selatan, Amerika Utara, dan Australia yang sedikit atau bahkan tidak memiliki hewan domestikasi sama sekali (hlm. 179).

Keadaan seperti Bulan Sabit Subur juga relatif dialami oleh kawasan Asia Timur hingga ke Eropa di Barat (Erasia). Kawasan Erasia mewarisi domestikasi tumbuhan dan hewan yang dimulai oleh Bulan Sabit Subur sehingga kemajuan lambat laun muncul di sana.
Jadi, disebabkan faktor lingkungan yang berbeda itulah mendorong timbulnya peradaban lebih dulu di benua Erasia di banding benua-benua lainnya di dunia.


Sumbu Timur-Barat

Secara geografis, empat benua yang didiami manusia terbagi dalam dua sumbu bumi yang berbeda. Erasia dan Australia yang memanjang membentuk sumbu timur-barat. Adapun Amerika dan Afrika yang membujur dari utara ke selatan membentuk sumbu utara-selatan.
Perbedaan sumbu oleh garis lintang yang berbeda-beda membentuk iklim yang berbeda-beda pula. Karena berada dalam lintasan garis lintang yang sama, benua dengan sumbu timur-barat memiliki iklim yang relatif sama dan menciptakan rintangan geografis dan ekologis yang relatif ringan (hlm. 515). Migrasi manusia menjadi lebih mudah dan karenanya membawa ikut serta tumbuhan dan hewan domestikasi serta teknologi ke kawasan lain. Hal ini yang menyebabkan mengapa banyak muncul kota dan kerajaan di Eurasia.

Hal itu tidak terjadi di Afrika dan Amerika. Kita tahu kerajaan besar di Afrika hanya muncul di Afrika sub-Sahara seperti Mesir yang notabene masuk Bulan Sabit Subur. Sedangkan suku-suku dan kedatuan muncul di Afrika bagian tengah dan timur serta makin sedikit lagi di selatan. Ini disebabkan karena pangan dan ternak yang dinikmati orang Mesir sulit berpindah ke selatan karena dipisahkan oleh gurun-gurun pasir yang luas.

Di Amerika, peradaban besar hanya muncul di Amerika Tengah (Aztek dan Maya) dan Amerika Selatan (Inka) di antara suku-suku kecil Indian. Di sana hanya ada dua hewan yang berhasil didomestikasi: llama dan alpaka. Sampai penaklukkan Spanyol dimulai, mereka tidak tahu besi bisa dibentuk menjadi senjata. Anehnya, meski hidup di atas daratan yang sama, bangsa Aztek dan Inka yang berpenduduk jutaan tidak pernah berinteraksi satu sama lain.


Difusi Antar Benua

Kemajuan di antara benua-benua ditentukan oleh seberapa erat difusi di antara masyarakatnya. Difusi berguna untuk menyebarkan tumbuhan dan hewan hasil domestikasi ke benua lain.

Dalam sejarah, difusi hanya berhasil antara Erasia dan Afrika sub-Sahara. Tumbuhan dan ternak ikut emigrasi manusia. Inilah yang menyebabkan mengapa ada sapi dan pertanian di sekitar Nil dan mengapa tidak terjadi di belahan Afrika lainnya.

Berbeda dengan difusi di Afrika sub-Sahara, Erasia tidak pernah berdifusi dengan orang pribumi Amerika karena keduanya dipisahkan oleh samudera Atlantik yang luas. Orang Aborigin di Australia tidak pernah bertemu dengan penduduk Erasia karena dipisahkan oleh kepulauan Indonesia (hlm. 516).  Sampai kedatangan orang Eropa, orang Aborigin bahkan tidak pernah melihat orang Papua.


Luas Daerah dan Ukuran Populasi

Luas suatu benua menentukan seberapa luas tanah yang bisa didomestikasi. Tapi keberhasilan domestikasi ditentukan oleh kondisi geografis dan ekologis. Masyarakat yang mendiami Erasia mampu memanfaatkan luas daerah dan ukuran populasi yang banyak untuk menciptakan kemajuan.

Hal ini tidak terjadi di Papua. Kendati tanah yang didiami cukup luas dan subur, serta populasi yang cukup banyak, tetapi mereka tidak banyak berguna bagi domestikasi karena kondisi geografis Papua yang bergunung-gunung. Kalori yang dinikmati masyarakat di pesisir tidak sampai ke pegunungan yang kekurangan gizi dan didiami lebih banyak orang.
Benua yang memiliki jumlah populasi besar akan menciptakan persaingan, penemu potensial, dan melahirkan inovasi. Masyarakat yang gagal berinovasi akan dikalahkan dengan masyarakat pesaingnya. Takdir seperti itu menimpa orang-orang pigmi di Afrika Tengah yang terusir dari lahan pertaniannya karena didesak petani dari kawasan lain. Petani Nors yang mendiami Tanah Hijau (Greenland) yang hidup dengan cara lama tersingkir oleh pemburu-pengumpul Eskimo yang metode dan teknologi bertahan hidupnya jauh lebih hebat (hlm.516).


Perang Penaklukan

Kemajuan di benua-benua pada akhirnya ditentukan oleh perang penaklukan yang mengawali era imperialisme hingga kemunculan demokrasi dan hak asasi manusia di abad 20 mulai menghentikannya.

Perang penaklukan tak akan pernah terjadi jika tak ada kelimpahan ekonomi di Erasia yang dimulai oleh domestikasi tumbuhan dan hewan. Sebagaimana simpanan bahan makanan dari pajak dipakai untuk menggaji tenaga spesialis purnawaktu, pajak itu juga dipakai untuk menggaji tentara professional, menghidupi para rohaniawan yang memberikan legitimasi dari segi agama untuk perang penaklukan, kaum pengrajin seperti pandai besi yang mengembangkan pedang, bedil, dan teknologi perang lain, dan para juru tulis yang mencatat lebih banyak informasi daripada yang dapat diingat secara akurat (hlm. 100).

Domestikasi hewan membuat manusia tahu bahwa kuda adalah alat perang yang hebat. Menurut Diamond, kegunaan kuda dalam perang penaklukan sama efektifnya dengan jip dan tank Sherman dalam perang modern (hlm.101). Kuda, pedang baja, dan bedil membuat penaklukan bangsa Inka oleh orang-orang Spanyol pada abad 16 menjadi lebih mudah. Raja Inka, Attahualpa, yang dikawal 80.000 pengawal bersenjatakan dari batu dan tulang dapat disergap oleh Fransesco Pizarro dan 168 prajurit Spanyol (hlm.62). Raja Aztek, Montezuma, yang memimpin jutaan orang dapat ditaklukkan oleh Hernan Cortes dan 600 orang Spanyol.

Domestikasi hewan memberikan orang Erasia senjata alamiah yang membantu perang penaklukan: penyakit. Cacar yang muncul akibat konsumsi daging sapi semula menjangkiti orang Eropa dan menimbulkan jatuhnya banyak korban. Namun, tubuh yang terjangkiti membentuk antibodi dan membuat mereka kebal. Ketika menjelajahi dunia baru, interaksi orang Erasia dengan masyarakat lokal menyebarkan virus itu dan menciptakan wabah.  

Bertahun-tahun sebelum Pizarro mendarat di Inka, wabah cacar air menyebar hingga membunuh raja Inka, Huayna Capac, dan ahli warisnya. Wabah itu menyebar setelah penduduk lokal bertemu dengan orang Eropa di pesisir. Perang saudara pecah di antara pewaris tahta yang kemudian dimanfaatkan Pizarro untuk menaklukan bangsa Inka yang terpecah-belah (hlm. 262).

Setahun setelah pendaratan Cortes di Aztek, bersamaan datangnya seorang budak dari Kuba yang mengidap cacar, akhirnya menyebarkan wabah dan membunuh nyaris separo populasi Aztek termasuk membunuh kaisar Cuitlahuac. Di berbagai benua yang orang Eropa masuki, wabah penyakit mengurangi populasi penduduk pribumi secara dramatis.


Apa Kesimpulan Diamond?

Diamond berkesimpulan bahwa bukan biologi manusia yang mendorong laju kemajuan benua menjadi berbeda-beda, tetapi perbedaan lingkungan di antara benua-benua itu sendiri. Munculnya teknologi, bedil, kuda, birokrasi, dan organisasi politik serta masyarakat yang padat dan kompleks hanya dimungkinkan terjadi apabila manusia hidup menetap. Dan hidup menetap adalah konsekuensi dari akumulasi atas hasil domestikasi tumbuhan dan hewan yang dihasilkan oleh kreativitas manusia setelah menempuh sejarah evolusi yang panjang.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*