Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*
Oleh:
Zulfikhar*
Pegiat Forum
Diskusi KAMMI Kultural
Muqaddimah
Membicarakan
prinsip gerakan KAMMI, sebenarnya akan sedang membicarakan tentang ideologi
gerakan. Sebab kalau mau menarik akar historis KAMMI. Prinsip gerakan KAMMI
sebenarnya semula disebut sebagai ideologi gerakan KAMMI.
Ideologi
gerakan KAMMI lahir pada tahun 1999. Tepatnya pada Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) Departemen Kaderisasi di Parung Bogor tanggal 9-15 Agustus 1999.
Rakernas itu menyebut rumusan keenam konsep itu sebagai ideologi gerakan,
sedangkan Muktamar III di Lampung tahun 2002 diganti menjadi prinsip gerakan.[1]
Jadi,
rumusan terminologis awal dari prinsip gerakan adalah ideologi gerakan. Mengapa
disebut sebagai ideologi gerakan? Tampaknya, terma itu dimuat untuk
mengafirmasikan bahwa KAMMI bukanlah sebuah organisasi yang sekedar menghimpun
basis dukungan sebanyak-banyaknya. Tetapi menghimpun dan mengkader para
pendukung yang memiliki pemahaman, keyakinan dan komitmen terhadap
prinsip-prinsip tersebut.[2]
Artinya,
KAMMI bukanlah organisasi yang pragmatis. Organisasi yang hanya berorientasi
kepada fokus kuantitasi kader. Tetapi, berpijak pada ideologisasi dan
pematangan kepahaman kader kepada Islam dan nilai-nilai perjuangan KAMMI.
Sehingga dimaksudkan forma (bentuk) kader akan tercermin melalui Indeks Jati
Diri Kader (IJDK) dalam membangun karir keberadaannya di lingkungan kampus atau
di luar. Kader KAMMI idealnya menjadi cermin prinsip-prinsip itu dalam aplikasi
praksis.
Transformasi
terma ideologi menjadi prinsip adalah perubahan yang radikal. Definisi keduanya
sebanarnya berbeda secara fundamental. Secara terminologis, Ideologi
didefinisikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat
(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup atau cara
berpikir seseorang atau suatu golongan.[3] Sedangkan, prinsip adalah asas
(kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb).[4] Secara terminologis –untuk
mempermudah interpretasi- ideologi singkatnya bisa disebut konsep (thariqah)
dan prinsip disebut asas (mabda’).
Kalau
melihat definisi Ideologi diatas setidaknya ia merupakan kumpulan-kumpulan
konsep yang menjalani filterisasi sehingga mengalami integrasi ke dalam terma
ideologi. Sedang prinsip atau asas masih dalam bentuk tunggal. Ia masih sendiri
(tunggal) oleh karenanya ia belum bermakna. Di dalam semiotika ia masih sebagai
penanda (signifier). Belum bisa menciptakan makna. Sehingga ia
membutuhkan sesuatu yang lain sebagai petanda (signified) sehingga akan
menjadi tanda (sign) dan lahirlah makna (meaning).[5] Maka, asas –dalam proses
menjadi ideologi- akan menemukan konsep dan metode –sebagai petanda- sehingga
keduanya berintegrasi menjadi ideologi. Konklusinya, asas lebih sempit daripada
ideologi. Maka tepat menempatkan keenam konsep –kemenangan Islam adalah jiwa
perjuangan KAMMI sampai persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI di dalam kerangka
prinsip gerakan.
Prinsip
gerakan KAMMI sejak kelahirannya pada tahun 1999 sampai saat ini tidak terjadi
perubahan. Kalau melihatnya lebih mendalam keenam konsep itu memang tersusun
secara sistematis. Keenamnya tampaknya mempersonifikasikan enam mihwar
(baca: tahapan) periodisasi gerakan. Menurut Rijalul Imam, mihwar ini diambil
dari teoritisasi prinsip gerakan KAMMI ke dalam perluasan perjalanan dakwah
KAMMI.[6]
Mihwar ini
berguna untuk merapikan periodisasi gerakan sehingga selanjutnya mendisiplinkan
dan menyemangati kader untuk memenuhi kitthah itu. Dengan rumusan mihwar
gerakan maka perjuangan kader-kader KAMMI dapat dikatogerisasikan tidak saja berjihad
melainkan berjihad bil manhaj.[7] Tabel berikut merupakan
teoritisasinya:
Tabel 1. Mihwar Gerakan
PRINSIP GERAKAN KAMMI
|
MIHWAR GERAKAN
|
|
Kemenangan
Islam adalah Jiwa Perjuangan KAMMI
|
→
|
Ideologisasi
|
Kebatilan
adalah Musuh Abadi KAMMI
|
→
|
Resistensi
|
Solusi
Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI
|
→
|
Reformulasi
|
Perbaikan
adalah Tradisi Perjuangan KAMMI
|
→
|
Rekonstruksi
|
Kepemimpinan
Umat adalah Strategi Perjuangan KAMMI
|
→
|
Leaderiasi
|
Persaudaraan
adalah Watak Muamalah KAMMI
|
→
|
Internasionalisasi
|
Mihwar
diatas mengisyaratkan pergerakan KAMMI selayaknya memulai dari domain lokus
yang lebih kecil (idealis-ideologis) menuju domain makro (idealis-progresif).
Sehingga dapat menopang peran KAMMI untuk membumikan cita-cita peradabannya di
negerinya hingga ke titik temu di dunia global.[8]
Tafsir
Prinsip Gerakan KAMMI
Untuk
mendukung visi menciptakan negara dan bangsa yang islami. KAMMI perlu
memposisikan prinsip gerakannya agar selalu muat dan siap dalam kondisi dan
konteks zaman apapun. Pinsip yang lentur tetapi substansial memang selalu
dibutuhkan untuk membantu organisasi kader ini. Berikut adalah derivasi keenam
prinsip tersebut.
1.
Kemenangan Islam adalah Jiwa Perjuangan KAMMI
Sejak awal
KAMMI percaya, bahwa kebersamaan dengan Islam akan membuat perubahan besar.
Atas dasar inilah KAMMI mengatributkan Islam dalam namanya dan menjadikan
Islam sebagai mabda’ dan ideologinya. Sebab kemenangan Islam bagi KAMMI
pasti akan datang. Hanya masalah waktu sebelum masa itu tiba.
Dengan
kebersamaan dengan dakwah Islam, KAMMI berinisiatif untuk memperpendek masa
kemenangan itu. Sebab, bangsa ini tidak akan bertahan lama jika tidak ada
perubahan atau resolusi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. KAMMI yakin
kemenangan itu akan diwujudkan oleh orang-orang shalih yang bersedia untuk
menjual dirinya kepada sang Khalik. Dalam Qur’an Allah berfirman; Dan
sesungguhnya telah Kami tulis dalam Zabur, sesudah Kami tulis dalam Lauh
Mahfuzh, bahwasanya bumi ini diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh (QS
Al-Anbiyaa (21) ayat 105).
Kami
memiliki amanah fardhu ain untuk mewujudkan keshalihan komunal. Sehingga
perbaikan akan menjelang dan menjadi prototip untuk mewujudkan negara yang
islami. Masyarakat yang didalamnya ditopang unsur-unsur kebaikan –memiliki
karakter akhlaqul kharimah- maka masyarakat itu akan sejahtera. Kebaikan pasti
menang. Allah swt berfirman dalam Qur’an, Aku dan rasul-rasul-Ku pasti
menang. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa (QS
Al-Mujaadilah (58) ayat 21).
2. Kebatilan
adalah Musuh Abadi KAMMI
Kebatilan
dengan kelengkapan kuasa dan kekuatan yang ia miliki tidak akan pernah menang.
Kebatilan meskipun disembunyikan dimanapun akan tercium dan kebenaran
dibaliknya akan terungkap.
Nasib
politik kita hari ini sudah jauh dari forma ideal demokrasi. Padahal kita
bersama sepakat demokrasi menjadi alat politik kita. Kita bersama telah sepakat
untuk mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.[9] Tetapi sebaliknya –secara
implicit terlihat- akibat berpolitik –yang menyimpang dari nilai-nilai
demokrasi, negara ini menjadi tidak merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Korupsi yang
merajalela sampai saat ini belum mampu dicegah. KPK hanya bisa memberantas
praktik-praktik itu dengan diskresi yang bertendensi absolut. Tanpa
langkah-langkah pencegahan yang sistemik dan berjenjang. Tidak heran orkestra
KPK memberantas koruptor ibarat serial ‘Tom vis a vis Jerry’. [10]
Tren politik
transaksional sudah menjadi budaya politik kita hari ini. Akhirnya demokrasi
diseret kepada interest politic (politik kepentingan) bukan morality
politic (politik moral). Kehidupan politik seperti ini harus diakhiri.
Dengan modal sosial yang dimiliki KAMMI, kontradiksi-kontradiksi itu harus
dikembalikan kepada trayeknya semula.
KAMMI yakin
kebatilan itu pasti akan mundur dan hilang tinggal sejarah. Allah berfiman, Dan
katakanlah, Kebenaran telah datang dan yang bathil telah lenyap.
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap (QS
Al-Israa (17) ayat 81)
3. Solusi
Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI
Adalah
sebuah aksioma jika pencipta alam semesta beserta isinya Maha Mengetahui
kebutuhan ciptaan-Nya, apa yang baik dan apa yang buruk bagi mereka.[11] Dia tahu apa yang harus
dilakukan oleh manusia dan apa yang harus ditinggalkannya. Sehingga KAMMI yakin
dan mafhum bahwa Islam tepat menjadi solusi. Tidak tepat mengandalkan nalar
kritis untuk mencari kebenaran, padahal kebenaran itu sudah ada di depan mata.
Prinsip
perjuangan KAMMI yang ketiga ini mendudukkan KAMMI bukan semata unsur kekuatan
pendobrak, tetapi juga pembangun. Tidak ada larangan bahwa Islam dijadikan
pedoman resolusi konflik kemanusiaan. Bahkan umat Islam yang tidak menjalankan
syariat diancam dengan sebutan zalim, fasik dan kafir. Seyogyanya konsep syumuliyatul
Islam (universalitas Islam) yang sering didiskusikan pada setiap DM1 tidak
hanya menjadi konsep kognitif tetapi meluas menjadi afektif dan psikomotor.
4. Perbaikan
adalah Tradisi Perjuangan KAMMI
Dalam
mengajukan Islam sebagai solusi kehidupan. KAMMI juga menggunakan cara-cara
yang sejalan dengan nilai dan ajaran Islam, yaitu perbaikan (ishlah).[12] Hal ini mengacu dalam firman
Allah,
… Aku
tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.
Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya
kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali (QS
Huud (11) : 88)
Dalam
implementasi gerakannya, perbaikan selalu menjadi agenda utama. Mulai dari
etika musyawarah, diskusi sampai demonstrasi di jalanan. Hal ini mencerminkan
KAMMI sebagai organisasi yang berorientasi kepada persatuan dan kecerdasan
amal. KAMMI tidak berkompromi dengan penggunaan bahasa kekerasan untuk
menyampaikan kebaikan. Sebab kekerasan dengan pengrusakan dan fanatisme
merupakan anasir-ansir dari permulaan kemunduran umat.
5.
Kepemimpinan Umat adalah Strategi Perjuangan KAMMI
Kepemimpinan
menjadi agenda besar maksud kehadiran KAMMI. Sebagaimana agenda itu tertuang di
dalam visi perjuangan KAMMI. Sebab perbaikan bagi bangsa ini berada di kuasa
para pemimpinnya. Dan akan terlaksana atau tidak tergantung kepada kehendak
pemimpinnya.
Jika bangsa
ini tidak memiliki pemimpin-pemimpin yang mampu dan cakap dalam amanah
kepemimpinannya. Maka pasti bangsa ini akan mundur. Keadilan sebagai fondasi
kehadiran negara tidak akan terwujud. Kesejahteraan pada akhirnya hanya akan
menjadi mimpi di siang bolong.
Oleh karena
itu kepemimpinan harus direbut dan dipegang oleh negarawan-negarawan
berkarakter dan berakhlaq baik. Mereka harus memiliki political will
untuk memperbaiki dan memajukan bangsa ini. Sehingga disinilah peran yang coba
ditawarkan oleh KAMMI. Dengan mesin kaderisasi yang berintegritas, KAMMI
menyiapkan embrio-embrio kepemimpinan masa depan.
KAMMI percaya
bahwa kepemimpinan bangsa ini harus dipegang oleh umat muslim. Sebab umat Islam
adalah mayoritas dan mewarisi wacana perbaikan struktural dan kultural. Umat
Islam datang dengan visi untuk menegakkan keadilan pada skala makro kebangsaan
dan juga individual. Membawa keshalihan individu sebagai pelopornya. Sebab
tanpa ditopang oleh keshalihan akhlaq manusia yang holistik, tidak mungkin visi
perbaikan itu melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik. Sedangkan, umat Islam
–dibanding dengan umat beragama yang lain- memiliki konsep universal itu. Maka
sudah semestinya umat Islam yang mampu mewujudkan keshalihan itu –untuk
menopang visi keadilan negara.
Hal ini
sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-Qur’an,
Orang-orang
kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya
sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang
dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai
karunia yang besar (QS
Al-Baqarah (2) ayat 105)
6.
Persaudaraan adalah Watak Muamalah KAMMI
Wacana
perbaikan oleh KAMMI tidak mungkin dilakukan seorang diri. Sejarah sudah
berulang-ulang kali menceritakan bahwa awal kemunduran peradaban atau
bangsa-bangsa zaman dulu berasal dari lunturnya rasa persaudaraan.
Umat Islam
di zaman dulu meskipun memiliki agama dan kiblat yang sama. Faktanya mereka
berbeda dan tidak selaras dalam berpolitik. Banyak kerajaan-kerajaan Islam yang
saling menyerang satu sama lain.
Seperti
kisah penyerangan Raja Pakubuwana II dari Kartasura terhadap VOC di Semarang
pada tahun 1741 –untuk membantu pemberontakan orang-orang Cina disana- yang
hampir berhasil. Mendadak serangan itu digagalkan oleh bantuan dari
Cakraningrat IV, raja Madura, terhadap VOC. Akhirnya pemberontakan patah dan
sebaliknya Kartasura direbut Cakraningrat.[13] Hal ini menggambarkan rasa
persaudaraan antara kerajaan Islam di jawa belum terjalin. Hal yang sama juga
terjadi di Sulawesi yaitu perang antara Kerajaan Gowa dan Bone. Akhirnya
kelemahan dan ketidakmampuan yang mereka dapat.
Hal yang
sama juga dilakukan oleh Rasulullah saw ketika mempersiapkan Madinah sebagai
basis gerakan dakwah. Beliau dengan mempersatukan suku Aus dan Khazraj
yang di masa lalu bermusuhan. Proyek besar itu dilakukan pasca peristiwa Baiat
Aqabah pertama (tahun ke-12 sejak Bitsah) dengan mengirimkan duta. Tugas
sebagian duta ini diserahkan kepada seorang pemuda Islam yang termasuk
pendahulu masuk Islam, yaitu Mush’ab bin Umair Al-Abdari.[14]
Dengan
demikian persaudaraan menjadi prasyarat KAMMI untuk membangun perbaikan.
Persaudaraan antara sesama muslim perlu dijalin dan dijaga keeratannya. Karena
dengan persatuan umat muslim agenda-agenda perbaikan akan lebih mudah dijinjing
dan dilaksanakan bersama. Persatuan diantara umat Islam akan mempengaruhi
kemajuan bangsa.
Tidak hanya
itu, persaudaraan dengan umat beragama yang lain juga penting untuk
diagendakan. Sebab keberadaan mereka juga harus dihormati dan diakomodasi.
Kebaikan dan kekuatan Islam perlu ditampilkan kepada mereka sehingga tidak lagi
terjadi Islamophobia diantara keduanya. Persaudaaraan atas nama kemanusiaan
dengan mereka harus dijunjung untuk kebaikan bersama.
Tendensi
umat Islam dan non Islam untuk menyelesaikan permasalahan kebangsaan dengan
berangkat dari perspektif agamanya masing-masing barangkali perlu dikurangi.
Sebab hal-hal seperti ini pernah terjadi pada tahun 1970-an lalu.[15] Dan menyisakan butiran
kecurigaan dan kebencian. Semestinya tradisi outward looking (melihat
keluar), yaitu memikirkan bersama bangsa ini, kerja sama, dilakukan.[16] Sehingga tradisi netral
tersebut –yang tidak bertentangan dengan syariat- menjadi kacamata solutif
menyikapi konflik-konflik tersebut.
Kesimpulan
Prinsip
gerakan KAMMI hadir untuk membentuk tradisi nilai kader-kader KAMMI. Prinsip
gerakan diciptakan untuk membantu kader menyelesaikan dan menyikapi masalah
dimana pun berada. Sehingga jawaban terhadap masalah-masalah hadir sebelum
masalah itu ada.
Kalau
ditarik dari urgensi kehadirannya, setidaknya prinsip gerakan KAMMI membentuk
tiga karakter pada kader.
Pertama, prinsip gerakan membantu kader
untuk membentuk karakter penyadaran. Dengan kehadiran prinsip gerakan,
kader tahu bahwa misi perdana mereka adalah membuka tabir-tabir artifisial
dunia.
Kejumudan
dunia di dalam sekat-sekat kepolosan fanatisme, diskriminasi, kebobrokan moral
harus diakhiri. Mereka itulah benih-benih syaitan yang memundurkan umat Islam
dan Indonesia secara umum. Oleh karena itu KAMMI menjadikan prinsip pertama
(kemenangan Islam), kedua (kebatilan adalah musuh abadi KAMMI) dan keenam
(persaudaraan sebagai watak muamalah KAMMI).
Kedua, membantu kader membentuk karakter solutif.
Kader KAMMI di latih menjadi aktivis yang kaya dan luas dengan ide-ide tawaran
perbaikan. Hal ini terangkum dalam DM1 yang selalu mengulang tentang
peran pemuda di dalam pembangunan setiap bangsa. Bahwa pemuda adalah stok
tawaran perbaikan bangsa. Karakter ini bermuara dari prinsip ketiga (solusi
Islam) dan keempat (perbaikan)
Ketiga, membantu kader membentuk karakter kepemimpinan
dan pembebasan. Hal ini direpresentasikan dari prinsip kelima,
kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI. Berbekal puluhan solusi dan
kesadaran reklektif akan kemenangan Islam kader akan percaya dan yakin untuk
memulai langkah perubahan. Dengan integritas dan karakter akhlaqul karim yang
telah menjelma menjadi karakter. Secara gradual dengan sendirinya akan lahir
kader yang siap untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kronis. Kader
tepat hadir terpanggil memimpin untuk membebaskan belenggu-belenggu
ketidakadilan dan penindasan yang menyandera. Menyitir statemen Anas
Urbaningrum hari ini, “di dalam sejarah, pemimpin lahir pada saat yang
seharusnya.” Wallahu alam bis shawab.
* Disampaikan dalam Diskusi KAMMI
Kultural, Komisariat Universitas Islam Indonesia, 23 Februari 2013
* Ketua Kaderisasi KAMMI Daerah
Bantul. Penggiat Diskusi KAMMI Kultural
[1] Rijalul Imam Dkk, Capita
Selecta: Membumikan Ideologi Menginspirasi Indonesia, (Bandung: Muda Cendekia,
2010), hlm. 133.
[2] Mahfudz Sidiq, KAMMI dan
Pergulatan Reformasi: Kiprah Politik aktivis dakwah kampus dalam perjuangan
demokratisasi di tengah gelombang krisis nasional multidimensi, (Solo: Era
Intermedia, 2003), hlm. 218.
[3] Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.
417.
[4] Ibid., hlm. 896.
[5] Lihat Roland Barthes,
Elemen-Elemen Semiologi, (Jakarta, Ircisod, 2012), hlm. 55-72
[6] Imam, Op.Cit., hlm. 144.
[7] Imam, Loc.Cit.
[8] Imam, Op.Cit., hlm. 156.
[9] Preambule UUD 1945
[10] Sebutan Fahri Hamzah terhadap
maneuver KPK memberantas koruptor. Maneuver KPK itu mirip dengan salah
satu episode kartun Tom and Jerry “Piano.” Tom sebagai pianis terkenal tidak
dapat menghentikan permainan pianonya -yang seharusnya berakhir, sebab tuts
piano tersebut ternyata dimainkan Jerry dari dalam. Sehingga Tom lama-kelamaan
mulai lelah dan akhirnya pingsan di depan ribuan penonton. Dikutip dari Stadium
General Rapat Pimpinan Nasional KAMMI, Yogyakarta 31 Januari 2013.
[11] Andi Rahmat dan Muhammad
Najib, Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus, (Yogyakarta: Profetika, 2007),
hlm. 155
[12] Sidiq, Op.Cit., hlm. 216
[13] Lihat M.C. Ricklefs, Sejarah
Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007), hlm. 142.
[14] Syaikh Syafiyyurahman
Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), hlm. 160.
[15] Setelah adanya serangkaian
“kesalahpahaman”, pada waktu Menteri Agama dijabat Mukti Ali pada tahun
1970-an, istilah kerukunan antarumat beragama mulai digulirkan. Sejak itu
terjadi perdebatan mengenai makna dan praktik toleransi, apakah toleransi itu
berarti sikap dari mayoritas ke minoritas, atau sebaliknya. Kesimpulannya
selalu dua-duanya, namun kesimpulan itu hanya ada di atas kertas, sedangkan
dilapangan “kerukunan” itu tak pernah terjadi. Ketakutan akan kristenisasi pada
orang-orang Islam (karena faktor-faktor ekonomis), dan Islamisasi di daerah
mayoritas Kristen-Katolik (karena faktor politis) tidak menguntungkan
kerukunan. Lihat Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, (Bandung: Mizan,
1997), hlm. 167-168.
[16] Ibid., hlm. 168.
BalasHapus1. Bismillahir Rahmanir Rahim.
Salam wa rahmah
Tajuk: Dialog Muslim
Apa salahnya jika kalian membacanya kerana kalian bukan semestinya mengamalkan apa yang kalian tahu!
Dialog Muslim:
https://drive.google.com/file/d/1vBIZzkM_kGGQDGEtLUiYKH5GEMrKabmO/view?usp=drivesdk
Sahabat bukan keluarga Nabi saw:
https://drive.google.com/file/d/1sj7PbSeMVQnbcUGNf9C4PbK2fxNOQWYs/view?usp=drivesdk
Renungan seorang Muslum:
https://drive.google.com/file/d/14UkqCb2Lg8uIB5w4UOiQFWngE6lg8VPY/view?usp=drivesdk
Beberapa Hadis Sahih al-Bukhari dan Muslim yg disembunyikan:
https://drive.google.com/file/d/1yiHoydNprAnPuJaSfqdLXH-P1KSWbN6X/view?usp=drivesdk
al-Istifa': Pilihan adalah Ahlul Bait as:
https://drive.google.com/file/d/10GQ_ZKrtxKb_EPRYV6DC9KJ9XPu7NDsW/view?usp=drivesdk
Terima kasih was Salam.
BalasHapus1. Bismillahir Rahmanir Rahim.
Salam wa rahmah
Tajuk: Dialog Muslim dll.
Apa salahnya jika kalian membacanya kerana kalian bukan semestinya mengamalkan apa yang kalian tahu!
Dialog Muslim:
https://drive.google.com/file/d/1vBIZzkM_kGGQDGEtLUiYKH5GEMrKabmO/view?usp=drivesdk
Sahabat bukan keluarga Nabi saw:
https://drive.google.com/file/d/1sj7PbSeMVQnbcUGNf9C4PbK2fxNOQWYs/view?usp=drivesdk
Renungan seorang Muslum:
https://drive.google.com/file/d/14UkqCb2Lg8uIB5w4UOiQFWngE6lg8VPY/view?usp=drivesdk
Beberapa Hadis Sahih al-Bukhari dan Muslim yg disembunyikan:
https://drive.google.com/file/d/1yiHoydNprAnPuJaSfqdLXH-P1KSWbN6X/view?usp=drivesdk
al-Istifa': Pilihan adalah Ahlul Bait as:
https://drive.google.com/file/d/10GQ_ZKrtxKb_EPRYV6DC9KJ9XPu7NDsW/view?usp=drivesdk
Tidak ada paksaan dalam agama
https://drive.google.com/file/d/13HBhtVqb0xD8og-RQZffn2LKuy3MxQfk/view?usp=drivesdk
Terima kasih was Salam.