KATEGORI SEBUAH TANDA

Tanda (sign) sering didiskusikan dalam studi filsafat. Terutama dalam pembahasan tentang semiologi. Semiologi atau ilmu tentang tanda banyak melakukan diskursus dan reinterpretasi tentang segala hal didalam alam. Terutama tentang objek dan benda seperti; patung, gambar, poster, iklan tempel, iklan di televisi, dll. Yang semua itu merupakan materi yang bisa menjadi tanda.

Benda-benda itu pada mulanya tidak memberi makna apa-apa. tidak juga memberikan gambaran dan tujuan keberadaan benda atau objek itu. Tetapi, sebenarnya keberadaan dan kehadiran objek dan benda-benda itu untuk menjadi sebuah tanda. Sehingga, oknum yang membuat tanda dengan kehadiran tanda itu ingin menggambarkan dan membawa pesan-pesan tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh manusia, sadar dan tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja telsah membuat dan melahirkan tanda. Kehadiran lampu lalu lintas dengan tiga warna berbeda itu pasti sengaja dibuat dengan tujuan tertentu. Begitu pula dengan potret pelajar SMA dengan seragam putih abu-abu berdiri di pinggir jalan pada pagi buta yang kebetulan ada sebuah bus yang berhenti disitu. Tidak lain menggambarkan potret pelajar yang akan pergi ke sekolah.




Permisalan diatas merupakan sebuah tanda tanpa kita sadari. Meskipun hal itu berjalan tanpa berangkat dari unsur kesengajaan dan mungkin dari rutinitas. Konstruksi penalaran yang membentuk manusia untuk melakukan sesuatu hal itulah yang membuat manusia melakukan hal itu. Dan oleh karenanya melahirkan tanda.

Hal itu barangkali berlaku berbeda jika kita mau membayangkan dan mengimajinasikan sesuatu benda. Meskipun yang kita imajinasikan itu menggambarkan tentang sebuah kapal misalnya. Tetapi, ketika kita mengkonkretkannya dengan menggambarkannya pada sebuah carik kertas. Orang lain kemudian berkomentar tentang gambar kapal di kertas itu berbeda. Karena dalam imajinasi mereka, gambar itu bukan gambar kapal, tetapi gambar perahu. Kemudian yang menjadi pertanyaan, apakah kapal dan perahu itu sama? Apakah struktur penamaan dan bentuk kedua benda itu sama? Padahal kedua benda itu jelas berbeda. Meskipun barangkali dalam kategori fungsi dan tujuannya terkandung kemiripan.

Jika menafsirkan dan menganalisa suatu benda dan objek sebagai sebuah tanda itu rumit. Maka perlu ada sebuah metode untuk memahaminya. Maka perlu ada metode atau formula untuk memahami sebuah tanda dengan mengkategorikan sesuatu itu disebut sebagai sebuah tanda atau bukan.

Struktur Tanda


Karena terkadang manusia memiliki kesulitan untuk menyebut suatu benda atau objek itu tanda atau bukan. Maka Roland Barthes memperkenalkan metode untuk memahami tanda dengan memperkenalkan struktur tanda. Barthes membagi tanda menjadi dua bagian, penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180)

Signifier dan signified merupakan dua bagian dari tanda. Artinya, keduanya bersatu membentuk suatu tanda. Jika salah satu dari mereka hilang, maka benda yang direpresentasikan tidak bisa menjadi tanda. 
 
Sebuah kata yang tertulis ‘ayam’ tidak akan menjadi tanda tanpa adanya gambar ayam. Karena bisa saja orang menafsirkan kata ayam itu sebagai ayam yang sudah menjadi ayam goring –seperti kata ayam di gerobak mie ayam. Padahal yang dimaksudkan sebenarnya adalah ayam yang masih hidup. Redaksi kata ‘ayam’ disini merupakan signifier dan gambar ayam merupakan signified. 
 
Berbeda struktur tandanya jika signifier menunjukkan foto seorang lelaki sedang melihat laut di pantai. Ketika foto itu hanya seperti ini, orang tidak akan bisa menjawab jika muncul pertanyaan. “Apa yang sedang dilakukan lelaki itu?” Bisa dipastikan orang akan menjawab, “dia sedang melihat laut, dia sedang berpikir, dia mencari kapal yang berlayar di laut, dia sedang mencari ikan yang mungkin muncul, dia sedang mencari inspirasi dengan melihat laut.” Tetapi, jawabannya pasti akan berbeda jika pada foto tersebut kita masukkan foto keluarga lelaki itu. Jawabannya bisa dipastikan, lelaki itu sedang rindu kepada keluarganya. Foto keluarga itu merupakan signified. Foto itu melengkapi foto sebelumnya agar maknanya tidak polisemi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*