Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

Kuliah Untuk jadi Buruh

Gambar
Banyak anak-anak muda Indonesia bangga menjadi mahasiswa teladan. Itu harus, wajib! Apalagi dalam waktu yang singkat mampu menyabet gelar sarjana dan tanpa menunggu lama diterima bekerja. Lantas, status sosial pun berubah. Dari mahasiswa ke pegawai negeri, perusahaan, BUMN, dll. Lelah dan letih mengasah otak di bangku kuliah terbayar sudah. Status pengangguran yang selama ini menjadi momok para sarjana terlampaui dengan mudah.

Runtuhnya Dinasti Jawara

Gambar
 Hasrat untuk menikmati demokrasi hari ini belum sepenuhnya terpenuhi. Meskipun otoritarianisme sudah terguling 15 tahun yang lalu. Masalah sentralisme kuasa yang menjadi pokok konflik era Pak Harto itu rupanya masih hadir dalam wajah yang lain di era ini: Politik Dinasti. Begitulah yang dialami rakyat Banten hari ini.  Politik dinasti di Banten sudah lama menghegemoni terhitung sejak Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah berhasil memenangkan Pilkada Banten 2006 lalu. Dengan terpilihnya Atut, seketika hampir semua daerah di Banten di pimpin oleh keluarga besarnya. Bahkan, sejak sebelum Atut menjadi guubernur. Sebut saja, saudara tiri, ibu tiri, keponakan sampai ipar Atut duduk dalam jabatan strategis sebagai wakil dan kepala daerah di Banten. Sedangkan, suami dan anak Atut menjabat sebagai anggota DPR-RI 2009-2014.

Pengembaraan Suci

Gambar
Judul : Siddhartha: Sebuah Novel Penulis : Herman Hesse Kategori : Fiksi Penerjemah : Sovia V.P. Penerbit  : Jejak Tebal : 224 halaman Tahun Terbit : 2007 Siddharta, novel ini, bukan cerita tentang Siddharta Gautama, sang Buddha. Hermann Hesse tidak berpretensi untuk menceritakannya ke dalam sebuah karya sastra. Kendati Hermann Hesse mengaku terpesona dan terinspirasi dari nilai-nilai mistik ketimuran, terutama ajaran Buddha. Mungkin karena hal itulah, Hermann Hesse menulis Siddharta, sebagai ucap syukur atas ajaran-ajarannya.

Mandela[*]

Gambar
Ratap sendu menerpa pintu kalbuku. Bau anyir apartheid masih terngiang-ngiang di kepalaku. Teringat ketika ia mencengkeram selatan benua Afrika. Laksana rasisme yang menghantui episode Perang Dunia kedua. Aneksasi Inggris sebentar lagi hampir jadi sejarah. Kejayaan kolonialisme yang hidup berabad-abad perlahan mulai meranggas. Sedangkan hak asasi manusia menari dan beryanyi dimana-mana. Lantas, singgah melecut pantat si penjajah tua.

Memahami Paradigma Gerakan KAMMI[1]

Gambar
Oleh Zulfikhar [2] “ Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya ” -Tan Malaka, Naar de 'Republiek Indonesia' Mukadimah Terhitung sudah lima belas tahun KAMMI bersama Indonesia. Banyak simpul sejarah yang dirangkai oleh KAMMI di negeri ini. Sejak aksi-aksi menjelang detik-detik kejatuhan orde baru sampai di alam reformasi, KAMMI tetap persisten konsisten mengawal negeri ini. Tidak sedikit peluh dan darah yang tumpah untuk menunaikan tugas ini.   Karena KAMMI percaya tidak ada kekuatan yang bisa mendatangkan ketakutan. Betapa pun kekuatan itu bersemayam di atas mahligai kuasa yang absolut sekalipun, KAMMI tidak akan mundur apalagi lari. Karena KAMMI adalah orang-orang pemberani, hanyalah Allah yang kami takuti. [3]   KAMMI sadar bahwa Indonesia kini sedang menuju kemajuan yang utopis. Perbaikan segala sektor kehidupan hanyalah omong kosong kalkulasi   matematik