Memahami Paradigma Gerakan KAMMI[1]




Oleh Zulfikhar[2]

Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya
-Tan Malaka, Naar de 'Republiek Indonesia'

Mukadimah
Terhitung sudah lima belas tahun KAMMI bersama Indonesia. Banyak simpul sejarah yang dirangkai oleh KAMMI di negeri ini. Sejak aksi-aksi menjelang detik-detik kejatuhan orde baru sampai di alam reformasi, KAMMI tetap persisten konsisten mengawal negeri ini.
Tidak sedikit peluh dan darah yang tumpah untuk menunaikan tugas ini.  Karena KAMMI percaya tidak ada kekuatan yang bisa mendatangkan ketakutan. Betapa pun kekuatan itu bersemayam di atas mahligai kuasa yang absolut sekalipun, KAMMI tidak akan mundur apalagi lari. Karena KAMMI adalah orang-orang pemberani, hanyalah Allah yang kami takuti.[3]
 
KAMMI sadar bahwa Indonesia kini sedang menuju kemajuan yang utopis. Perbaikan segala sektor kehidupan hanyalah omong kosong kalkulasi  matematik yang memperdaya. Alih-alih hendak mensejahterakan rakyat, kesejahteraan kelompok berkuasa yang sejahtera. Krisis kepemimpinan membuat segala sektor kehidupan merayap. Karenanya korupsi merajalela dari desa sampai istana. Dan Presiden SBY menyelamatkannya dengan pidato-pidato yang kosong. Memberi harapan palsu diatas secarik kertas kebohongan.


Banyak rakyat Indonesia yang tidak sadar sedang ditipu. Orang-orang baik itu hanya tahu kalau pajak yang mereka bayar setiap tahun masuk ke dalam pundi-pundi keuangan negara. Tanpa tahu digunakan untuk apa. Kita tahu, prinsip anggaran yang sedianya transparan dan akuntabel hanya sekedar kata yang tertulis pada standard operational procedure (SOP). Tetapi pelaksanaannya tidak selalu begitu.

Rakyat  hari ini skeptis mempercayai negara. Karena keadilan kini adalah komoditas yang diperjual-belikan. Kesejahteraan adalah propaganda para politisi untuk memenangkan pemilu. Akibatnya, korupsi tak terhindarkan untuk terjadi. Apalagi fakta untuk membersihkannya dibutuhkan waktu yang lama. Karena KPK tidak mempunyai political will yang komprehensif untuk menunaikannya. Lihatlah puluhan koruptor yang dijebloskan ke bui setiap tahun. Tidak juga membuat orang jera, malah koruptor semakin beringas merampok uang rakyat. 

Kita tahu negeri ini adalah negeri kaya raya. Ada yang menyebutnya penjelmaan dari Atlantis yang beribu-ribu tahun lalu lenyap di samudra. Hampir semua sumberdaya alam ditemukan disini. Bumi kaya, tanah luas dan subur, air melimpah, pangan melipah. Lalu kenapa kita masih terbelakang? Apakah karena manusianya yang masih bodoh?
Kalau logika berpikir kita masih dicekoki oleh dogma bahwa manusia Indonesia itu lemah, kualitasnya rendah, maka kita akan terus-terusan mundur seperti ini. Semangat kita akan diperbudak oleh inferioritas yang kian menghantui. Tuduhan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang lemah akan membuat kita takut melangkah. Makanya, Hamka pernah berujar, “semua ketakutan itu menghalangi langkah untuk mencapai kemajuan hidup”.[4] Selama kita tidak mau beranjak dari stagnansi itu, maka kita akan selamanya terpasung seperti ini. Oleh karena itu mengapa di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga  mereka yang mengubahnya sendiri”.[5]

Lihatlah ketika Rasulullah dulu memulai dakwahnya dari gua Hira. Umat islam banyak yang buta huruf. Tetapi ketika zaman keemasan Islam muncul, semua anak-anak muslim tidak saja bisa membaca, mereka menghafalkan Al-Qur’an dengan baik. Saat itu orang-orang muslim mulai menerjemahkan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab.  Muncullah buku-buku syarh (ulasan) dan hasyiyah (catatan pinggir) karya Plato dan Aristoteles. Tidak heran, saat itu islam menyebar ke sepertiga dunia. Bahasa Arab menjadi bahasa terpenting. Orang-orang Barat pun mulai belajar ke dunia islam. 

Pertanyaannya kenapa umat islam sekarang mundur? Dilanda perang saudara yang dimana-mana. Terjebak di dalam konstelasi dunia internasional yang bersaing di dalam arus globalisasi yang menggigit. Berjibaku bersama hiruk pikuk perusahan-perusahaan multinasional yang saling sikut berebut kapital. 

Indonesia sebagai negara muslim terbesar sebenarnya mampu merubah konstelasi itu. Mainstream ekonomi-politik Barat yang menggurita hari ini bukanlah sebuah tatanan yang melulu fait accompli (harus dihadapi) dan ditelan mentah-mentah. Bukankah Soekarno dulu pernah melakukan itu? Mendirikan gerakan non-blok di tengah teriknya perang dingin antara blok Barat dan Timur. Ia juga berhasil menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika yang dihadiri negara-negara poskolonial untuk satu tujuan: tatanan dunia baru yang damai tanpa kolonialisme dan kapitalisme. Tidak heran, Fidel Castro, Hugo Chavez, Moammar Khadafi begitu mengidolakan sosok Soekarno.

Indonesia tentu saja mampu mengembalikan –dan bahkan lebih baik- dari zaman itu. Kalau saja bangsa ini berani bermimpi. Mengutip Soekarno, "Jikalau ingin menjadi satu bangsa yang besar, ingin menjadi bangsa yang mempunyai kehendak untuk bekerja, perlu pula mempunyai “imagination![6] Dengan imajinasilah yang akan menggerakkan jiwa dan semangat bangsa ini untuk bangkit dan berusaha.  

Lalu bagaimana dengan KAMMI? Apa peran dan kontribusi nyata yang gerakan ini berikan? Selain menggulingkan presiden, barangkali tidak ada gebrakan besar yang ditorehkan KAMMI dan gerakan-gerakan mahasiswa yang lain. Mengawal enam agenda reformasi pun belum berhasil sampai hari ini.[7]

Lantas mengapa belum berhasil? Kenapa kekuatan mahasiswa sekarang surut tanpa ada pasangnya lagi? Apakah ini adalah kemauan mahasiswa? Atau selera zaman yang mengkondisikannya begitu? Kalau ini benar, maka tidak mustahil reformasi jilid dua akan hadir kembali.

Masa Depan Gerakan Mahasiswa
Kita tahu saat ini gerakan mahasiswa di Indonesia sedang berada pada orbit kejenuhan. Manuver-manuver gerakan yang bercorak resisten dan kritis, sekarang tidak banyak dilirik mahasiswa. Termasuk demonstrasi yang banyak diklaim sebagai wujud luapan emosi mahasiswa. Karena tidak jarang berakhir dengan anarkisme dan vandalisme. Akhirnya hakikat demonstrasi yang sebenarnya luhur seketika tercoreng dan memantik kemarahan  mahasiswa dan masyarakat. Apalagi di alam demokrasi hari ini, semua unsur masyarakat (buruh, petani, nelayan, pedagang, sopir, tukang becak) bisa mandiri turun sendiri ke jalanan. 

Tradisi membaca dan diskusi yang dulu hangat di tengah-tengah aktivisme mahasiswa sudah lama menghilang. Mahasiswa kini disibukkan dengan aktivitas-aktivitas yang cenderung mendatangkan keuntungan. Seminar-seminar bisnis kini banyak dihadiri mahasiswa. Sedangkan training-training kepemimpinan dan kebangsaan sepi peminat. Hal ini bertambah parah dengan jejalan kesibukan mahasiswa di kampus. Biaya kuliah yang semakin mahal, absensi yang ketat dan tuntutan untuk bersaing meniti karir, membuat mahasiswa  benar-benar lupa bahwa ada warisan besar yang seyogianya ia emban.
Saya pikir kader-kader KAMMI juga terbawa oleh arus ini. Sehingga banyak yang akhirnya meninggalkan gerakan karenanya. Padahal setelah lulus bukannya lebih leluasa untuk aktif di gerakan? Dengan alasan berkarir bukankah lebih kuat juga alasan untuk tetap bersama KAMMI?

Kader barangkali lupa bahwa visi KAMMI tidak berhenti di kampus. Visi KAMMI adalah menciptakan masyarakat madani. Menciptakan pemimpin-pemimpin baru untuk merealisasikannya. Di titik inilah, patut disayangkan, banyak kader yang lupa akan fungsi  sosialnya. Maka hadirlah Paradigma Gerakan KAMMI.

Paradigma Gerakan
Paradigma menurut kamus filsafat, dalam Merymaswarita (2009), adalah model, pola ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan.[8] Artinya paradigma muncul sebagai sesuatu yang dipandang baik dan benar oleh manusia. Sehingga mendatangkan telaah yang berbeda terhadap sesuatu dengan manusia yang lain.
Orang yang beragama Islam dan beragama Kristen akan berbeda pendapat melihat babi sebagai hewan yang layak dimakan.  Orang Kristen menganggap hal itu boleh saja. Sedangkan, seorang muslim akan menolak, karena nabi dan Tuhannya mengharamkan hewan tersebut. Sebab pro dan kontra itulah yang dinamakan paradigma. Perbedaan cara pandang karena ilmu dan nilai-nilai yang diyakini.

KAMMI dengan begitu juga memiliki paradigma. Karena untuk menuju visi gerakan, KAMMI membutuhkan perangkat prakondisi yang sifatnya metodologis. Perangkat ini nantinya yang akan membentuk karakter KAMMI. 

Paradigma gerakan tersusun dari empat unsur: gerakan dakwah tauhid, intelektual profetik, sosial independen dan politik ekstraparlementer. 

a.       Gerakan Dakwah Tauhid
Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), dakwah tauhid dijelaskan sebagai gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah swt.[9] Maksud dari pernyataan ini memposisikan KAMMI sebagai gerakan yang melandaskan perjuangannya semata-mata untuk dakwah.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.[10]

Dakwah tauhid disini dimaknai sebagai filsafat perjuangan KAMMI. Kalau Marxisme melandaskan perjuangannya dari materialisme historis (sejarah perkembangan manusia yang sarat penindasan kelas), maka KAMMI berlandaskan wahyu. Perintah Tuhan untuk menyeru kepada jalan kebaikan dan Islam adalah fondasi gerakannya. Oleh karena itu karakter Islamlah yang pertama kali dibekalkan kepada kader. Sebagaimana dahulu Rasulullah menempa kapasitas para sahabat dengan mengajarkan aqidah, ibadah dan akhlak di rumah Arqam bin Abil Arqam.[11]

Untuk menanamkan karakter dakwah tauhid ini, di dalam sistem pengkaderan KAMMI ada sebuah perangkat yang dinamakan Madrasah KAMMI (MK). MK berguna untuk menanamkan pengetahuan dan pemahaman kader tentang Islam, ilmu pengetahuan, wawasan politik, dan lain-lain. Juga sebagai sarana untuk memperkuat ukhuwah antar kader.[12] MK adalah elan vital dakwah KAMMI. Tanpa adanya MK, kader KAMMI akan kehilangan orientasi terhadap dakwah dan gerakannya. Kader tidak akan mengenal mengapa dan untuk apa KAMMI ada. Sehingga, pada akhirnya ia akan meninggalkan KAMMI. Standar keberhasilan KAMMI berada pada titik ini.

b.      Gerakan Intelektual Profetik
Intelektual Profetik dimaknai sebagai gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.[13]

Hal ini sebagai wujud dari fungsi keberadaan mahasiswa sebagai ‘binatang berpikir’ kata Descartes. Maksudnya dalam setiap aktivitas pergerakannya, KAMMI membutuhkan kader-kader yang mampu berpikir dan menciptakan gagasan-gagasan segar. Yaitu kader-kader yang berwawasan luas dan mendalam, sehingga menjadi pemecah masalah bagi kebuntuan yang dihadapi gerakan. 

Sebagaimana dulu Rasulullah dititipkan amanah dakwah dari Tuhan melalui perantara Jibril. Pada  suasana yang genting seperti itu apakah perintah (wahyu) dakwah yang pertama kali diturunkan? Ternyata tidak, yang diperintahkan adalah membaca (iqra’)[14]. Meskipun semula Rasulullah tidak bisa. Makanya di dalam Islam ilmu didahulukan sebelum amal (al-ilmu qabla amal).

Intelektual profetik meniscayakan kader KAMMI untuk senantiasa meningkatkan kapasitas keilmuannya. Dalam hal ini juga keilmuan di luar bidang keilmuannya. Kader harus terbiasa dengan buku, menulis, update media dan diskusi. Sehingga, otomatis kader akan terlatih dan terbiasa dengan berdiskusi, tukar pendapat, berargumentasi yang benar dan bersikap. Sehingga muncul individu-individu think-thank yang selanjutnya berkontribusi menghidupi gerakan.  

Tanpa intelektual profetik, dinamika gerakan akan stagnan dan mundur perlahan. Gerakan akan mengalami krisis gagasan dan ide. Akhirnya, akan dengan mudah disetir oleh kekuatan-kekuatan di luar yang ingin mengambil keuntungan. Oleh karena itu, intelektual profetik menghadirkan diskursus-diskursus segar untuk memperkuat posisi dan daya tawar gerakan agar terhindar dari deviasi semacam itu.

c.       Gerakan Sosial Independen
Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.[15] KAMMI disini memposisikan diri sebagai gerakan yang tidak hanya berorientasi kepada dakwah dan keilmuan, tetapi mempunyai tanggungjawab sosial terhadap masyarakat. Sebuah gerakan yang mandiri tanpa campur tangan yang mengikat dari pihak lain.

KAMMI ada dan hadir untuk rakyat. Mengapa  untuk rakyat? Karena KAMMI memahami rakyatlah yang mampu mendukung dan merubah nasibnya. Sebagaimana visi gerakan. Tanpa rakyat, KAMMI seperti buih di lautan. Terombang-ambing oleh hempasan sistem yang menindas. Oleh karena itu, gerakan harus mendidik rakyat untuk  tahu dan mengenal dirinya. 

Dengan gerakan sosial independen,  rakyat harus diberdayakan. Rakyat harus disadarkan bahwa mereka sekarang sedang ditindas dan dihisap oleh negara. Kebutuhan dasar mereka -seperti sandang, pangan dan papan- sedang  terpasung. Hak mereka untuk memperoleh layanan kesehatan dan pendidikan dicabut. 

Sosial independen disini bertugas menyiapkan prakondisi, yaitu bagaimana kebutuhan dan hak rakyat itu bisa terpenuhi. Hal ini bisa KAMMI perjuangkannya dengan turun langsung memberdayakan rakyat. Seperti menyelenggarakan desa mitra, bakti sosial atau gerakan yang lebih susbtansial: membantu mengawal dan menyelesaikan persoalan mereka -seperti eksploitasi tambang pasir besi di Kulonprogo, konflik sumber daya air di Gunung Kidul, dan lain-lain.  Sehingga rakyat pada akhirnya bisa mandiri memperjuangkan hak mereka–seperti perlawanan rakyat di Mesuji, dan bisa bergerak bersama mahasiswa.

d.      Gerakan Politik Ekstraparlementer
Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter.[16] Gerakan ini adalah paradigma yang menjadikan gerakan politik sebagai sarana (wasilah) perjuangan KAMMI. Karena KAMMI memandang politik sebagai sarana yang penting dan urgen. Tidak ada bangsa yang sejahtera kalau politiknya dikuasai oleh orang-orang yang tidak amanah. Begitu pun Islam memandang politik sebagai sarana yang harus dipimpin oleh orang-orang yang amanah dan adil. Kendati pemimpin itu bukan seorang muslim.

Politik sejatinya adalah sarana untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam Islam definisi politik tidak melulu sebatas itu, tetapi juga harus mendatangkan kepastian dimana lima tujuan pokok Islam (maqashid syariah)  terjamin.[17]
 
Gerakan politik ekstraparlementer  adalah gerakan politik moral. Yakni gerakan yang mengabdikan politik dalam kerangka etika. Kerangka yang menjaga politik selalu berada pada ruang-ruang yang sarat nilai (moral), yang disepakati dan untuk kebaikan bersama. Jadi, politik disini tidak diperuntukkan atau berpihak kepada sebagian golongan. Politik disini tidak membedakan suku, ras, agama, dan golongan. Politik berdiri di atas singgasana Islam yang inklusif. 

Sedangkan ekstraparlementer disini bermakna posisi politik yang diambil oleh KAMMI. Yakni posisi berada di luar sistem (baca: pemerintah). Karena KAMMI bukan partai politik, tetapi organisasi yang berpolitik. Sehingga KAMMI tidak urun terlibat dalam pemilu. KAMMI hanya mengawal proses itu agar berjalan sesuai prosedur dan substansinya. Sehingga, dalam mengawal hal ini, KAMMI biasanya ikut menjadi pengawas pemilu. 

Politik ekstraparlementer adalah politik yang independen, yang mandiri. Politik yang tidak mengenal koalisi dengan partai politik manapun. Politik yang tidak bisa dikomodifikasikan dengan materi. Maka dalam tradisi KAMMI tidak mengenal transaksi politik dengan pihak luar. Tidak ada istilah patron- klien yang mensubordinasikan gerakan. Apalagi sampai menjual gerakan dengan menerima insentif segar. 

KAMMI memilih gerakan politik ekstraparlementer karena  tidak ada organisasi di dalam politik intraparlementer yang bisa dipercayai. Mereka yang terlibat di dalamnya banyak tidak lagi bisa bersikap adil. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana bisa bekerja dan merengkuh semua sumber daya di dalam negara. Sehingga, tidak sempat untuk berdialektika dan kritis terhadap  organisasinya. Karena biaya politik yang sangat mahal dan organisasi membutuhkan kapital untuk memenanginya. Sehingga, korupsi dan suap terjadi, sebagai ekses dari tradisi politik seanarkis itu.

Paradigma gerakan berjalan secara bertahap mulai dari basis (dasar). Kemudian naik ke jenjang yang lebih tinggi. Dakwah tauhid dan inteletuak profetik seyogianya dikokohkan terlebih dulu, kemudian ke paradigma berikutnya. Logika gerak paradigma barangkali mirip dengan logika dasar Marxisme tentang basis dan bangunan atas. Lihat bagan di bawah ini.   
Isosceles Triangle: Bangunan Atas
Basis
 

                                                                   SI & PI



 
                                                                   DT & IP  






Keterangan:
PI        = Politik Ekstraparlementer
SI        = Sosial independen
IP        = Intelektual profetik
DT       = Dakwah tauhid

Paradigma gerakan harus berjalan dari bawah ke atas. Dakwah menjadi basis materialnya. Karena KAMMI memandang permasalahan yang melanda umat manusia, khususnya bangsa Indonesia, adalah masalah iman dan akhlak. Pemahaman yang lurus itulah yang mampu mengakhirinya.  Karena persoalan negara bukan sebatas persoalan sejahtera atau tidak, bahagia atau sengsara. Tetapi bagaimana membentuk individu rakyat yang berkarakter unggul. Sehingga, krisis politik, ekonomi sampai moral dapat berakhir. Karena dalam sejarah, tidak ada negara yang pernah berhasil melakukan itu kecuali Islam.

Penutup
Paradigma gerakan merupakan bagian dari  ideologi KAMMI. Ia menentukan sikap dan strategi gerakan dalam meniti jalan perjuangannya. Dengan adanya paradigma gerakan, KAMMI memiliki panduan akan corak gerakannya. Terutama tentang perangkat metodologis. Paradigma gerakan menjawab sederet pertanyaan tentang mengapa KAMMI ada? Bagaimana cara KAMMI berada? Apa fungsi dari keberadaan KAMMI?

Paradigma gerakan memberi warna bagi kader dalam berpikir dan bertindak. Sehingga, akan berbeda jadinya jika melihat kader KAMMI dengan kader gerakan lain menyikapi isu tentang, misalnya, UU Pornografi atau perda-perda syariah. Akan berbeda pula cara kader mendefinisikan politik dan Islam dengan cara kader gerakan lain mendefinisikannya. Dengan adanya paradigma gerakan, fungsi sosial dan intelektual kader tidak terbuang sia-sia. Karena dapat berguna bagi agenda gerakan -sebagai penjabaran dari paradigma gerakan tersebut. Sehingga dengan adanya paradigma gerakan, dinamika menuju visi gerakan akan lebih optimal dan organik. Wallahu alam bis shawab.




[1] Disampaikan dalam diskusi pekanan Kebijakan Publik KAMMI Komisariat UMY, Jum’at 29 November 2013
[2] Ketua Umum KAMMI Daerah Bantul
[3] Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), Pasal 4 tentang Kredo Gerakan poin B.
[4] Prpf. Dr. Hamka. Tasawuf Moderen. Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1978. Hlm. 134
[5] Al-Qur’an (13:11)
[6] Kutipan pidato presiden Soekarno di Semarang, 29 Juli 1956
[7] Enam agenda itu adalah penegakan supremasi hukum dengan jalan pengadilan terhadap Soeharto, hapus dwifungsi ABRI, amandemen UUD 1945, otonomi daerah seluas-luasnya, penegakan budaya demokrasi rasional, dan pertanggungjawaban orde baru. Lihat Andi Rahmat dan Muhammad Najib. Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus. Yogyakarta: Profetika, 2007. Hlm. 126-127
[8] Andriansah. Filsafat Ilmu: Paradigma Kuhn. http://kelasandriansah.wordpress.com/2012/11/27/filsafat-ilmu-paradigma-kuhn/. Diakses 27 November 2013

[9] GBHO Op Cit., Pasal 7 tentang Paradigma Gerakan KAMMI poin 1
[10] Al-Qur’an (3:104)
[11] Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfuri. Sirah Nabawiyah. Terj. Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010 . Hlm. 92
[12] Lihat Tim Kaderisasi PP KAMMI. Manhaj Kaderisasi. Jakarta: Departemen Kaderisasi PP KAMMI, 2011. Hlm. 36
[13] GBHO Op Cit.
[14] Al-Qur’an (96:11)
[15] GBHO Op.Cit.
[16] Ibid.
[17] Kelima poin itu adalah hifdz ad-Din (menjaga agama), hifdz an-nafs (menjaga nyawa), hifdz al-aql (menjaga akal pikiran), hifdz al-nasl (menjaga keturunan), dan hifdz al-mal (menjaga harta). Lihat Fahri  Hamzah. Negara, BUMN dan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Faham Indonesia, 2012. Hlm. 31

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*