Memahami Paradigma Gerakan KAMMI[1]
Oleh Zulfikhar[2]
“Kelahiran suatu pikiran sering menyamai
kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan penderitaan-penderitaan pembawaan
kelahirannya”
-Tan
Malaka, Naar
de 'Republiek Indonesia'
Mukadimah
Terhitung sudah lima
belas tahun KAMMI bersama Indonesia. Banyak simpul sejarah yang dirangkai oleh KAMMI
di negeri ini. Sejak aksi-aksi menjelang detik-detik kejatuhan orde baru sampai
di alam reformasi, KAMMI tetap persisten konsisten mengawal negeri ini.
Tidak sedikit peluh
dan darah yang tumpah untuk menunaikan tugas ini. Karena KAMMI percaya tidak ada kekuatan yang
bisa mendatangkan ketakutan. Betapa pun kekuatan itu bersemayam di atas
mahligai kuasa yang absolut sekalipun, KAMMI tidak akan mundur apalagi lari. Karena
KAMMI adalah
orang-orang pemberani, hanyalah Allah yang kami takuti.[3]
KAMMI sadar bahwa
Indonesia kini sedang menuju kemajuan yang utopis. Perbaikan segala sektor kehidupan
hanyalah omong kosong kalkulasi
matematik yang memperdaya. Alih-alih hendak mensejahterakan rakyat,
kesejahteraan kelompok berkuasa yang sejahtera. Krisis kepemimpinan membuat
segala sektor kehidupan merayap. Karenanya korupsi merajalela dari desa sampai
istana. Dan Presiden
SBY menyelamatkannya dengan pidato-pidato yang kosong. Memberi harapan palsu
diatas secarik kertas kebohongan.
Banyak rakyat
Indonesia yang tidak sadar sedang ditipu. Orang-orang baik itu hanya tahu kalau
pajak yang mereka bayar setiap tahun masuk ke dalam pundi-pundi keuangan negara.
Tanpa tahu digunakan untuk apa. Kita tahu, prinsip anggaran yang sedianya
transparan dan akuntabel hanya sekedar kata yang tertulis pada standard
operational procedure (SOP). Tetapi pelaksanaannya tidak selalu begitu.
Rakyat hari ini skeptis mempercayai negara. Karena keadilan kini adalah komoditas yang
diperjual-belikan. Kesejahteraan adalah propaganda para politisi untuk
memenangkan pemilu. Akibatnya, korupsi tak terhindarkan untuk terjadi. Apalagi
fakta untuk membersihkannya dibutuhkan waktu yang lama. Karena KPK tidak
mempunyai political will yang komprehensif untuk menunaikannya. Lihatlah
puluhan koruptor yang dijebloskan ke bui setiap tahun. Tidak juga membuat orang
jera, malah koruptor semakin beringas merampok uang rakyat.
Kita tahu negeri
ini adalah negeri kaya raya. Ada yang menyebutnya penjelmaan dari Atlantis yang
beribu-ribu tahun lalu lenyap di samudra. Hampir semua sumberdaya alam
ditemukan disini. Bumi kaya, tanah luas dan subur, air melimpah, pangan melipah.
Lalu kenapa kita masih terbelakang? Apakah karena manusianya yang masih bodoh?
Kalau logika
berpikir kita masih dicekoki oleh dogma bahwa manusia Indonesia itu lemah, kualitasnya
rendah, maka kita akan terus-terusan mundur seperti ini. Semangat kita akan
diperbudak oleh inferioritas yang kian menghantui. Tuduhan bahwa bangsa ini
adalah bangsa yang lemah akan membuat kita takut melangkah. Makanya, Hamka
pernah berujar, “semua ketakutan itu menghalangi langkah untuk mencapai
kemajuan hidup”.[4]
Selama kita tidak mau beranjak dari stagnansi itu, maka kita akan selamanya terpasung
seperti ini. Oleh karena itu mengapa di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Sesungguhnya
Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka yang mengubahnya sendiri”.[5]
Lihatlah ketika
Rasulullah dulu memulai dakwahnya dari gua Hira. Umat islam banyak yang buta
huruf. Tetapi ketika zaman keemasan Islam muncul, semua anak-anak muslim tidak
saja bisa membaca, mereka menghafalkan Al-Qur’an dengan baik. Saat itu
orang-orang muslim mulai menerjemahkan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab.
Muncullah buku-buku syarh (ulasan) dan hasyiyah (catatan
pinggir) karya Plato dan Aristoteles. Tidak heran, saat itu islam menyebar ke
sepertiga dunia. Bahasa Arab menjadi bahasa terpenting. Orang-orang Barat pun
mulai belajar ke dunia islam.
Pertanyaannya kenapa
umat islam sekarang mundur? Dilanda perang saudara yang dimana-mana. Terjebak
di dalam konstelasi dunia internasional yang bersaing di dalam arus globalisasi
yang menggigit. Berjibaku bersama hiruk pikuk perusahan-perusahaan
multinasional yang saling sikut berebut kapital.
Indonesia sebagai
negara muslim terbesar sebenarnya mampu merubah konstelasi itu. Mainstream
ekonomi-politik Barat yang menggurita hari ini bukanlah sebuah tatanan yang melulu
fait accompli (harus dihadapi) dan ditelan mentah-mentah. Bukankah Soekarno
dulu pernah melakukan itu? Mendirikan gerakan non-blok di tengah teriknya
perang dingin antara blok Barat dan Timur. Ia juga berhasil menyelenggarakan
konferensi Asia-Afrika yang dihadiri negara-negara poskolonial untuk satu
tujuan: tatanan dunia baru yang damai tanpa kolonialisme dan kapitalisme. Tidak
heran, Fidel Castro, Hugo Chavez, Moammar Khadafi begitu mengidolakan sosok Soekarno.
Indonesia tentu saja mampu mengembalikan –dan
bahkan lebih baik- dari zaman itu. Kalau saja bangsa ini berani bermimpi.
Mengutip Soekarno, "Jikalau ingin menjadi satu
bangsa yang besar, ingin menjadi bangsa yang mempunyai kehendak untuk bekerja,
perlu pula mempunyai “imagination!”[6] Dengan imajinasilah yang akan menggerakkan jiwa dan
semangat bangsa ini untuk bangkit dan berusaha.
Lalu bagaimana dengan KAMMI? Apa
peran dan kontribusi nyata yang gerakan ini berikan? Selain menggulingkan
presiden, barangkali tidak ada gebrakan besar yang ditorehkan KAMMI dan
gerakan-gerakan mahasiswa yang lain. Mengawal enam agenda reformasi pun belum
berhasil sampai hari ini.[7]
Lantas mengapa belum berhasil?
Kenapa kekuatan mahasiswa sekarang surut tanpa ada pasangnya lagi? Apakah ini
adalah kemauan mahasiswa? Atau selera zaman yang mengkondisikannya begitu?
Kalau ini benar, maka tidak mustahil reformasi jilid dua akan hadir kembali.
Masa Depan Gerakan
Mahasiswa
Kita tahu saat ini
gerakan mahasiswa di Indonesia sedang berada pada orbit kejenuhan. Manuver-manuver
gerakan yang bercorak resisten dan kritis, sekarang tidak banyak dilirik
mahasiswa. Termasuk demonstrasi yang banyak diklaim sebagai wujud luapan emosi mahasiswa.
Karena tidak jarang berakhir dengan anarkisme dan vandalisme. Akhirnya hakikat
demonstrasi yang sebenarnya luhur seketika tercoreng dan memantik kemarahan mahasiswa dan masyarakat. Apalagi di alam
demokrasi hari ini, semua unsur masyarakat (buruh, petani, nelayan, pedagang,
sopir, tukang becak) bisa mandiri turun sendiri ke jalanan.
Tradisi membaca
dan diskusi yang dulu hangat di tengah-tengah aktivisme mahasiswa sudah lama
menghilang. Mahasiswa kini disibukkan dengan aktivitas-aktivitas yang cenderung
mendatangkan keuntungan. Seminar-seminar bisnis kini banyak dihadiri mahasiswa.
Sedangkan training-training kepemimpinan dan kebangsaan sepi peminat. Hal ini
bertambah parah dengan jejalan kesibukan mahasiswa di kampus. Biaya kuliah yang
semakin mahal, absensi yang ketat dan tuntutan untuk bersaing meniti karir,
membuat mahasiswa benar-benar lupa bahwa
ada warisan besar yang seyogianya ia emban.
Saya pikir kader-kader
KAMMI juga terbawa oleh arus ini. Sehingga banyak yang akhirnya meninggalkan
gerakan karenanya. Padahal setelah lulus bukannya lebih leluasa untuk aktif di
gerakan? Dengan alasan berkarir bukankah lebih kuat juga alasan untuk tetap
bersama KAMMI?
Kader barangkali
lupa bahwa visi KAMMI tidak berhenti di kampus. Visi KAMMI adalah menciptakan
masyarakat madani. Menciptakan pemimpin-pemimpin baru untuk merealisasikannya. Di
titik inilah, patut disayangkan, banyak kader yang lupa akan fungsi sosialnya. Maka hadirlah Paradigma Gerakan KAMMI.
Paradigma Gerakan
Paradigma menurut
kamus filsafat, dalam
Merymaswarita (2009), adalah model,
pola ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan
dijelaskan.[8]
Artinya paradigma muncul sebagai sesuatu yang dipandang baik dan benar oleh
manusia. Sehingga mendatangkan telaah yang berbeda terhadap sesuatu dengan
manusia yang lain.
Orang yang
beragama Islam dan beragama Kristen akan berbeda pendapat melihat babi sebagai
hewan yang layak dimakan. Orang Kristen
menganggap hal itu boleh saja. Sedangkan, seorang muslim akan menolak, karena
nabi dan Tuhannya mengharamkan hewan tersebut. Sebab pro dan kontra itulah yang
dinamakan paradigma. Perbedaan cara pandang karena ilmu dan nilai-nilai yang
diyakini.
KAMMI dengan
begitu juga memiliki paradigma. Karena untuk menuju visi gerakan, KAMMI
membutuhkan perangkat prakondisi yang sifatnya metodologis. Perangkat ini
nantinya yang akan membentuk karakter KAMMI.
Paradigma gerakan
tersusun dari empat unsur: gerakan dakwah tauhid, intelektual profetik, sosial
independen dan politik ekstraparlementer.
a. Gerakan Dakwah Tauhid
Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), dakwah tauhid
dijelaskan sebagai gerakan pembebasan manusia dari berbagai
bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta
mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah swt.[9]
Maksud dari pernyataan ini memposisikan KAMMI sebagai gerakan yang melandaskan
perjuangannya semata-mata untuk dakwah.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah, “Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.[10]
Dakwah
tauhid disini dimaknai sebagai filsafat perjuangan KAMMI. Kalau Marxisme
melandaskan perjuangannya dari materialisme historis (sejarah perkembangan
manusia yang sarat penindasan kelas), maka KAMMI berlandaskan wahyu. Perintah
Tuhan untuk menyeru kepada jalan kebaikan dan Islam adalah fondasi gerakannya.
Oleh karena itu karakter Islamlah yang pertama kali dibekalkan kepada kader.
Sebagaimana dahulu Rasulullah menempa kapasitas para sahabat dengan mengajarkan
aqidah, ibadah dan akhlak di rumah Arqam bin Abil Arqam.[11]
Untuk
menanamkan karakter dakwah tauhid ini, di dalam sistem pengkaderan KAMMI ada
sebuah perangkat yang dinamakan Madrasah KAMMI (MK). MK berguna untuk
menanamkan pengetahuan dan pemahaman kader tentang Islam, ilmu pengetahuan, wawasan
politik, dan lain-lain. Juga sebagai sarana untuk memperkuat ukhuwah antar
kader.[12]
MK adalah elan vital dakwah KAMMI. Tanpa adanya MK, kader KAMMI akan kehilangan
orientasi terhadap dakwah dan gerakannya. Kader tidak akan mengenal mengapa dan
untuk apa KAMMI ada. Sehingga, pada akhirnya ia akan meninggalkan KAMMI.
Standar keberhasilan KAMMI berada pada titik ini.
b. Gerakan Intelektual Profetik
Intelektual Profetik dimaknai sebagai gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu
pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan
manusia secara organik.[13]
Hal ini sebagai wujud
dari fungsi keberadaan mahasiswa sebagai ‘binatang berpikir’ kata Descartes.
Maksudnya dalam setiap aktivitas pergerakannya, KAMMI membutuhkan kader-kader
yang mampu berpikir dan menciptakan gagasan-gagasan segar. Yaitu kader-kader
yang berwawasan luas dan mendalam, sehingga menjadi pemecah masalah bagi
kebuntuan yang dihadapi gerakan.
Sebagaimana dulu
Rasulullah dititipkan amanah dakwah dari Tuhan melalui perantara Jibril. Pada suasana yang genting seperti itu apakah
perintah (wahyu) dakwah yang pertama kali diturunkan? Ternyata tidak, yang
diperintahkan adalah membaca (iqra’)[14].
Meskipun semula Rasulullah tidak bisa. Makanya di dalam Islam ilmu didahulukan
sebelum amal (al-ilmu qabla amal).
Intelektual profetik
meniscayakan kader KAMMI untuk senantiasa meningkatkan kapasitas keilmuannya.
Dalam hal ini juga keilmuan di luar bidang keilmuannya. Kader harus terbiasa
dengan buku, menulis, update media
dan diskusi. Sehingga, otomatis kader akan terlatih dan terbiasa dengan
berdiskusi, tukar pendapat, berargumentasi yang benar dan bersikap. Sehingga
muncul individu-individu think-thank yang
selanjutnya berkontribusi menghidupi gerakan.
Tanpa intelektual
profetik, dinamika gerakan akan stagnan dan mundur perlahan. Gerakan akan
mengalami krisis gagasan dan ide. Akhirnya, akan dengan mudah disetir oleh
kekuatan-kekuatan di luar yang ingin mengambil keuntungan. Oleh karena itu,
intelektual profetik menghadirkan diskursus-diskursus segar untuk memperkuat
posisi dan daya tawar gerakan agar terhindar dari deviasi semacam itu.
c. Gerakan Sosial Independen
Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan
kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.[15]
KAMMI disini memposisikan diri sebagai gerakan yang tidak hanya berorientasi kepada
dakwah dan keilmuan, tetapi mempunyai tanggungjawab sosial terhadap masyarakat.
Sebuah gerakan yang mandiri tanpa campur tangan yang mengikat dari pihak lain.
KAMMI ada dan hadir
untuk rakyat. Mengapa untuk rakyat?
Karena KAMMI memahami rakyatlah yang mampu mendukung dan merubah nasibnya.
Sebagaimana visi gerakan. Tanpa rakyat, KAMMI seperti buih di lautan.
Terombang-ambing oleh hempasan sistem yang menindas. Oleh karena itu, gerakan
harus mendidik rakyat untuk tahu dan
mengenal dirinya.
Dengan gerakan sosial independen, rakyat harus diberdayakan. Rakyat harus
disadarkan bahwa mereka sekarang sedang ditindas dan dihisap oleh negara.
Kebutuhan dasar mereka -seperti sandang, pangan dan papan- sedang terpasung. Hak mereka untuk memperoleh layanan
kesehatan dan pendidikan dicabut.
Sosial independen disini
bertugas menyiapkan prakondisi, yaitu bagaimana kebutuhan dan hak rakyat itu
bisa terpenuhi. Hal ini bisa KAMMI perjuangkannya dengan turun langsung
memberdayakan rakyat. Seperti menyelenggarakan desa mitra, bakti sosial atau gerakan
yang lebih susbtansial: membantu mengawal dan menyelesaikan persoalan mereka -seperti
eksploitasi tambang pasir besi di Kulonprogo, konflik sumber daya air di Gunung
Kidul, dan lain-lain. Sehingga rakyat pada
akhirnya bisa mandiri memperjuangkan hak mereka–seperti perlawanan rakyat di
Mesuji, dan bisa bergerak bersama mahasiswa.
d. Gerakan Politik Ekstraparlementer
Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani
dan menegakkan demokrasi yang egaliter.[16]
Gerakan ini adalah paradigma yang menjadikan gerakan politik sebagai sarana (wasilah) perjuangan KAMMI. Karena KAMMI
memandang politik sebagai sarana yang penting dan urgen. Tidak ada bangsa yang
sejahtera kalau politiknya dikuasai oleh orang-orang yang tidak amanah. Begitu
pun Islam memandang politik sebagai sarana yang harus dipimpin oleh orang-orang
yang amanah dan adil. Kendati pemimpin itu bukan seorang muslim.
Politik sejatinya
adalah sarana untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam Islam definisi
politik tidak melulu sebatas itu, tetapi juga harus mendatangkan kepastian
dimana lima tujuan pokok Islam (maqashid
syariah) terjamin.[17]
Gerakan politik
ekstraparlementer adalah gerakan politik
moral. Yakni gerakan yang mengabdikan politik dalam kerangka etika. Kerangka
yang menjaga politik selalu berada pada ruang-ruang yang sarat nilai (moral),
yang disepakati dan untuk kebaikan bersama. Jadi, politik disini tidak
diperuntukkan atau berpihak kepada sebagian golongan. Politik disini tidak membedakan
suku, ras, agama, dan golongan. Politik berdiri di atas singgasana Islam yang
inklusif.
Sedangkan
ekstraparlementer disini bermakna posisi politik yang diambil oleh KAMMI. Yakni
posisi berada di luar sistem (baca: pemerintah). Karena KAMMI bukan partai
politik, tetapi organisasi yang berpolitik. Sehingga KAMMI tidak urun terlibat
dalam pemilu. KAMMI hanya mengawal proses itu agar berjalan sesuai prosedur dan
substansinya. Sehingga, dalam mengawal hal ini, KAMMI biasanya ikut menjadi
pengawas pemilu.
Politik ekstraparlementer
adalah politik yang independen, yang mandiri. Politik yang tidak mengenal
koalisi dengan partai politik manapun. Politik yang tidak bisa
dikomodifikasikan dengan materi. Maka dalam tradisi KAMMI tidak mengenal
transaksi politik dengan pihak luar. Tidak ada istilah patron- klien yang
mensubordinasikan gerakan. Apalagi sampai menjual gerakan dengan menerima
insentif segar.
KAMMI memilih gerakan
politik ekstraparlementer karena tidak
ada organisasi di dalam politik intraparlementer yang bisa dipercayai. Mereka
yang terlibat di dalamnya banyak tidak lagi bisa bersikap adil. Yang mereka
pikirkan adalah bagaimana bisa bekerja dan merengkuh semua sumber daya di dalam
negara. Sehingga, tidak sempat untuk berdialektika dan kritis terhadap organisasinya. Karena biaya politik yang
sangat mahal dan organisasi membutuhkan kapital untuk memenanginya. Sehingga,
korupsi dan suap terjadi, sebagai ekses dari tradisi politik seanarkis itu.
Paradigma gerakan
berjalan secara bertahap mulai dari basis (dasar). Kemudian naik ke jenjang
yang lebih tinggi. Dakwah tauhid dan inteletuak profetik seyogianya dikokohkan
terlebih dulu, kemudian ke paradigma berikutnya. Logika gerak paradigma
barangkali mirip dengan logika dasar Marxisme tentang basis dan bangunan atas. Lihat
bagan di bawah ini.
SI & PI
DT & IP
Keterangan:
PI = Politik Ekstraparlementer
SI = Sosial independen
IP = Intelektual profetik
DT = Dakwah tauhid
Paradigma gerakan
harus berjalan dari bawah ke atas. Dakwah menjadi basis materialnya. Karena
KAMMI memandang permasalahan yang melanda umat manusia, khususnya bangsa
Indonesia, adalah masalah iman dan akhlak. Pemahaman yang lurus itulah yang mampu
mengakhirinya. Karena persoalan negara
bukan sebatas persoalan sejahtera atau tidak, bahagia atau sengsara. Tetapi bagaimana
membentuk individu rakyat yang berkarakter unggul. Sehingga, krisis politik,
ekonomi sampai moral dapat berakhir. Karena dalam sejarah, tidak ada negara yang
pernah berhasil melakukan itu kecuali Islam.
Penutup
Paradigma gerakan
merupakan bagian dari ideologi KAMMI. Ia
menentukan sikap dan strategi gerakan dalam meniti jalan perjuangannya. Dengan
adanya paradigma gerakan, KAMMI memiliki panduan akan corak gerakannya.
Terutama tentang perangkat metodologis. Paradigma gerakan menjawab sederet pertanyaan
tentang mengapa KAMMI ada? Bagaimana cara KAMMI berada? Apa fungsi dari
keberadaan KAMMI?
Paradigma gerakan
memberi warna bagi kader dalam berpikir dan bertindak. Sehingga, akan berbeda jadinya
jika melihat kader KAMMI dengan kader gerakan lain menyikapi isu tentang,
misalnya, UU Pornografi atau perda-perda syariah. Akan berbeda pula cara kader
mendefinisikan politik dan Islam dengan cara kader gerakan lain mendefinisikannya.
Dengan adanya paradigma gerakan, fungsi sosial dan intelektual kader tidak
terbuang sia-sia. Karena dapat berguna bagi agenda gerakan -sebagai penjabaran
dari paradigma gerakan tersebut. Sehingga dengan adanya paradigma gerakan,
dinamika menuju visi gerakan akan lebih optimal dan organik. Wallahu alam
bis shawab.
[1]
Disampaikan dalam diskusi pekanan Kebijakan Publik KAMMI Komisariat UMY, Jum’at
29 November 2013
[2]
Ketua Umum KAMMI Daerah Bantul
[3]
Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), Pasal 4 tentang Kredo Gerakan poin
B.
[4]
Prpf. Dr. Hamka. Tasawuf Moderen.
Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1978. Hlm. 134
[5]
Al-Qur’an (13:11)
[6]
Kutipan pidato presiden Soekarno di Semarang, 29 Juli 1956
[7]
Enam agenda itu adalah penegakan supremasi hukum dengan jalan pengadilan
terhadap Soeharto, hapus dwifungsi ABRI, amandemen UUD 1945, otonomi daerah
seluas-luasnya, penegakan budaya demokrasi rasional, dan pertanggungjawaban
orde baru. Lihat Andi Rahmat dan Muhammad Najib. Gerakan Perlawanan dari Masjid
Kampus. Yogyakarta: Profetika, 2007. Hlm. 126-127
[8]
Andriansah. Filsafat Ilmu: Paradigma Kuhn. http://kelasandriansah.wordpress.com/2012/11/27/filsafat-ilmu-paradigma-kuhn/.
Diakses 27 November 2013
[9]
GBHO Op Cit., Pasal 7 tentang Paradigma Gerakan KAMMI poin 1
[10]
Al-Qur’an (3:104)
[11]
Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfuri. Sirah
Nabawiyah. Terj. Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010 . Hlm.
92
[12]
Lihat Tim Kaderisasi PP KAMMI. Manhaj
Kaderisasi. Jakarta: Departemen Kaderisasi PP KAMMI, 2011. Hlm. 36
[13]
GBHO Op Cit.
[14]
Al-Qur’an (96:11)
[15]
GBHO Op.Cit.
[16]
Ibid.
[17]
Kelima poin itu adalah hifdz ad-Din
(menjaga agama), hifdz an-nafs
(menjaga nyawa), hifdz al-aql (menjaga
akal pikiran), hifdz al-nasl (menjaga
keturunan), dan hifdz al-mal (menjaga
harta). Lihat Fahri Hamzah. Negara, BUMN dan Kesejahteraan Rakyat.
Jakarta: Faham Indonesia, 2012. Hlm. 31
Komentar
Posting Komentar