Refleksi 17 Tahun KAMMI: Kemana Harus Melangkah?


http://pkkammiumi.blogspot.com/2015/03/milad-17-tahun-kammi-sebuah-koreksi.html

Zulfikhar

Ketua Kebijakan Publik KAMMI Kota Ternate



Minggu besok (29/03) KAMMI genap berusia 17 tahun. Uniknya, pada hari ulang tahunnya besok, merupakan hari yang sama dimana KAMMI dulu dilahirkan oleh peserta Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN) ke X di Malang. Namun, saat itu dan sekarang adalah dua zaman yang berbeda. Berhadapan dengan tantangan serta rezim yang berbeda. Kendati KAMMI di tahun 1998 lalu dapat dikatakan berhasil menjalankan perannya sebagai inisiator perubahan (agent of change), lalu bagaimana dengan KAMMI sekarang? Apakah mampu mengulang momentum yang sama, di tengah gejolak dinamika internal yang belum menemukan titik akhirnya?



Sejak Muktamar terakhir yang digelar di Tangerang Selatan pada 2013 lalu, setidaknya KAMMI telah dua kali menginisiasi gerakan nasional yang menjadi perhatian publik tanah air. Pertama, ketika KAMMI menyerukan seluruh pengurusnya di 33 provinsi untuk menggelar aksi nasional menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM (Republika Online, 17/06/2013). Aksi damai mengepung gedung pemerintahan di seluruh provinsi tersebut praktis melambungkan nama KAMMI dan membuat Ketua Pengurus Pusat (PP) KAMMI, Andriana, diundang salah satu stasiun televisi nasional untuk berdebat bersama politisi Senayan. 


Kedua, inisiatif KAMMI Wilayah Aceh mengajak seluruh warga di wilayahnya mengumpulkan koin untuk Australia (Kompas.com, 21/02/2015). Aksi ini sebagai wujud protes terhadap upaya negara tetangga tersebut menggunakan jasanya ketika membantu pemulihan Aceh pasca tsunami pada 2004 silam, untuk mengintervensi vonis hukuman mati yang kini menjerat dua warga negaranya dalam kasus narkoba beberapa waktu ke depan. 


Dua gerakan tersebut seketika menyedot perhatian publik. Membangkitkan tanya di benak publik, siapakah KAMMI itu? Mengapa, begitu terdepan mengawali gerakan-gerakan berskala nasional akhir-akhir ini?



Reaktif atau Kreatif?


Kiprah yang cukup penting tersebut memang patut diapresiasi bagi organisasi mahasiswa termuda  seperti KAMMI. Namun, tidak tepat jika hanya dengan kiprah yang tidak lebih banyak dibanding organisasi mahasiswa yang lebih tua, membuat KAMMI berbangga dan lengah. Hal ini bukan sekedar asumsi, sebab tampaknya KAMMI dalam gerakan politiknya hingga saat ini masih reaktif. 


Kemunculan aksi-aksi KAMMI di ruang publik kebanyakan masih merupakan sikap merespon isu-isu yang mencuat, bukan menciptakannya. Sangat sulit ditemui, KAMMI menginisiasi isu yang sama sekali baru dari masalah-masalah yang menimpa masyarakat, yang terisolir dari pengetahuan publik dan sorotan media. Misalnya, kasus perebutan lahan masyarakat adat oleh perusahaan bijih besi di Kulon Progo, Yogyakarta, atau kasus penggusuran lahan pertanian oleh PT Semen Indonesia terhadap masyarakat petani di Rembang, Jawa Tengah (Merdeka.com, 20/01). Kemandekan ini seketika menimbulkan kesan bahwa KAMMI hanya gerakan yang suka menggarap isu-isu populis. Bukan isu-isu berbau sosial yang menyangkut hajat hidup masyarakat kecil.  Hal ini terasa paradoks, ketika dalam Paradigma Gerakannya, KAMMI menyebut dirinya sebagai “Gerakan Sosial Independen.“


Sebagai gerakan yang menjunjung misi “Intelektual Profetik” sebagai paradigmanya, sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi bagi KAMMI untuk bertransformasi menjadi gerakan kreatif (baca: tidak reaktif). Hal ini penting mengingat pasca 1998 gerakan mahasiswa diam-diam mulai disetir oleh kepentingan partai politik yang notabene diduduki para senior-senior mereka. Fakta menunjukkan, saat ini tidak sedikit gerakan mahasiswa yang menjadi mesin pemukul lawan politik seniornya.  Sehingga, berakibat pada menumpulnya nalar berpikir dan sikap politik gerakan yang seharusnya lebih bebas dan independen. Karena pada hakikatnya, gerakan mahasiswa adalah gerakan politik moral bukan politik praktis. 


Krisis Tradisi Intelektual


Kader KAMMI saat ini hampir semuanya mengetahui Visi, Paradigma dan Prinsip Gerakan. Tetapi, bagaimana seperangkat metodologi itu dioperasikan, masih banyak kader yang bingung.   Tidak heran, kemampuan untuk menganalisa dan menafsirkannya dengan tepat masih diemban para pemimpin organisasi bukan kader. Sehingga, berakibat pada kurang berkembangnya kemampuan nalar berpikir kader. Fenomena seperti ini membuat KAMMI seolah-olah terkesan mirip organisasi militer. Sebab tanpa pemahaman yang memadai, kader akhirnya tidak punya pilihan selain patuh dan taat pada keputusan pemimpinnya. 


Untuk itu KAMMI sedari sekarang seyogianya mulai menumbuhkan tradisi intelektualnya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menggiatkan tradisi diskusi. Diskusi adalah sarana meningkatkan kapasitas intelektual kader seiring dengan menguatnya karakter keislaman yang telah dipupuk sedari kader direkrut. Sehingga, melatih mereka untuk peka dan kritis pada berbagai macam persoalan yang terjadi di sekelilingnya. 


Kedua, tradisi menulis. Terutama yang langsung bersentuhan dengan permasalahan masyarakat dan eksistensi gerakan. Terkhusus buat yang terakhir yang selama ini masih sedikit mendapat porsi yang cukup. Umumnya, kader lebih banyak tertarik menulis sesuatu diluar persoalan organisasi. Sebab, kader sering tidak punya pengetahuan yang cukup dalam menggali dan memahami KAMMI. Tentu saja hal ini kemudian berpengaruh pada minat menulis, apalagi sudah lama berserak anggapan bahwa ide-ide KAMMI sudah final, sempurna, sehingga tidak relevan untuk didiskusikan. 


Penutup


Ke depan, dengan dilandasi tradisi intelektual yang kian mumpuni, saya yakin KAMMI akan lebih mudah membumikan peranannya di tengah-tengah masyarakat. KAMMI dengan format gerakan kreatifnya akan mampu mendampingi dan memberdayakan masyarakat, disaat yang sama menjaga dan memperjuangkan hak-hak mereka. Sehingga, tidak menutup kemungkinan, harapan KAMMI sebagai inisiator perjuangan rakyat kian terbuka lebar seiring dengan semakin bertambahnya usia. Kepada seluruh kader KAMMI di seluruh penjuru Nusantara, saya ucapkan selamat berulang tahun.





Ternate, 27 Maret 2015

Komentar

  1. https://drive.google.com/file/d/1yiHoydNprAnPuJaSfqdLXH-P1KSWbN6X/view?usp=drivesdk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*