Front Islamique du Salut (FIS): Kelahiran, Pemilu dan Pembubaran




a.      Iftitah

Al-Jazair pada permulaan abad kedua puluh sudah mulai mendapat sentuhan dakwah Islam yang mulai intens bergerak pasca jatuhnya Kekhalifahan Turki Usmani pada tahun 1924 M. Mulai tumbuhnya pemikiran ide pembaharuan Islam oleh Syaikh Muhammad abduh, Rasyid Ridha dan oleh gerakan-gerakan pemurnian islam cukup berpengaruh di Al-Jazair.

Dakwah Islam semakin tersistem dan tersebar massif pada tahun 1931, ketika Syeikh Abdul Hamid Ibnu Badis bersama para ulama lain mendirikan organisasi Jam’iyah Al-Ulama Al-Muslimin Al-Jazairiyah. Sejalan dengan perkembangan waktu, beragam dakwah dan harakah berkembang di Aljazair, mulai dari dakwah salafiyyah, yang sedari awal mendominasi, Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh, bahkan thariqat Shuffiyah. Gerakan2 Islam tersebut berusaha menyerukan rakyat Al-Jazair untuk kembali kepada jalan Islam yang hanif.

            Kemerdekaan yang diraih Al-Jazair pada tahun 1962 dari aneksasi Perancis pada mulanya sudah  tidak memberikan kesejahteraan kepada rakyat. Terutama ketika Al-Jazair dipimpin oleh Chadli Bendjedid yang memimpin sebagai presiden Aljazair sejak tahun 1979 memberikan situasi ekonomi yang terus memburuk, sehingga membuat rakyat Aljazair tidak puas atas kepemimpinan Bendjedid.

            Ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinan Bendjedid semakin terasa kuat ketika terjadi demonstrasi besar-besaran pada tahun 1988 kepada pemerintah dan partai penguasa NLF (National of Liberation Front) karena ketidakpuasaan yang dirasakan oleh rakyat. Terutama masalah perekonomian yang mengakibatkannya timbulnya  pengangguran dan kemiskinan. Demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat akhirnya menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap pemerintah dengan munculnya mandate dari Presiden Chadli Bendjedid melakukan perubahan konstitusi Al-Jazair dengan membuka regulasi system multipartai pada tanggal 3 november 1988. Akhirnya pada tahun-tahun selanjutnya banyak ditemukan berdirinya  partai-partai politik baru di Al-Jazair.



b.      Kelahiran FIS

Berhubungan dengan reformasi konstitusi yang dicetuskan oleh presiden Benjdedid pada tahun 1988 yang memutuskan pembolehan berdirinya partai-partai baru. Momentum tersebut secara tidak langsung menginisiasikan gerakan-gerakan Islam untuk ikut terlibat dalam konstelasi politik di Al-Jazair.

Para alim ulama dan da’I di Al-Jazair tidak menyia-nyiakan momentum besar tersebut. Mereka memanfaatkan momentum tersebut unutk menderikan ormas dan partai Islam dengan visi besar penerapan syariat Islam di Al-Jazair.

Setelah melalui proses yang memakan waktu bertahun-tahun, tepatnya pada tahun 1989 terbentuklah lembaga dakwah hasil fusi beberapa jama’ah yang diberi nama Rabithah Dakwah (Liga Dakwah) yang diketuai oleh Syaikh Akhmad Sahnun. Tokoh-tokoh utama dalam lembaga ini selain Syaikh Sahnun, diantaranya Mahfuzh Nahnah, Abbasi Madani, Abdullah Jabullah, Ali Belhadj dan Muhammad Sa’id. Misi yang diemban oleh badan ini yang paling mecolok adalah meliputi beberapa poin. Pertama, meluruskan aqidah umat. Kedua, gerakan dakwah untuk menciptakan masyarakat yang berakhlak Islami. Ketiga, berupaya mempersatukan fikrah (persepsi pemikiran) dalam perjuangan menegakkan syari’at.
Dalam perjalanannya kemudian, terjadi banyak perdebatan internal dalam tubuh lembaga ini. Syaikh muda Ali Belhadj mengusulkan dibentuknya Front Kesatuan Islam (Al-Jabhah al-islamiyyah al-muwahhadah). Lalu Dr. Abbasi Madani mengusulkan nama Al-Jabhah al-Islamiyyah lil-Inqadz, yang dikenal luas di dunia internasional sebagai Islamic Salvation Front atau Front Islamique du Salut (FIS) dalam bahasa Perancis.
FIS didirikan pada tanggal 18 februari 1989 di ibukota Aljir dan dipimpin oleh Syaikh Abbas Madani dan didampingi oleh seorang pengkhotbah karismatik muda masjid, Ali Belhadj.
Abbas Madani adalah salah satu  pejuang kemerdekaan Al-Jazair. Di masa mudanya ia bergabung dengan Front Pembebasan Nasional (FLN) dan berpartisipasi dalam hari pertama Perang Kemerdekaan Aljazair, 1 November 1954, dengan menanam bom di sebuah fasilitas radio Aljazair, tapi ditangkap oleh Perancis pada 17 November 1954 , dan tetap di penjara sampai kemerdekaan pada tahun 1962. [2] Setelah belajar untuk doktor di bidang psikologi pendidikan di London 1975-1978, [3] ia menjadi profesor ilmu pendidikan di Universitas Aljazair [2]. Madani tidak menyukai dan mengkritisi orientasi sosialis FLN, dan pada tahun 1989, setelah Konstitusi Aljazair diubah untuk memungkinkan demokrasi multipartai, ia mendirikan demokrasi Islam FIS. Sedangkan Ali Belhadj adalah seorang guru sekolah tinggi yang menarik bagi para pemuda berpendidikan dan kurang berpendidikan, berpidato radikal yang agresif, menarik masyarakat kelas bawah dan khawatir kepada pemuda yang non-Islamis dan berpaham feminis. Beliau konon merupakan kader dari mahzab salafi dan juga merupakan pengagum para pembaharu Islam di Timur Tengah seperti Hasan al-Banna dan Sayyid Quthb.
Madani dan Belhadj seringkali berbeda pendapat dalam metode perjuangan bersama dalam membawa perjuangan dakwah FIS. Terutama dalam uslub (metode) perjuangan dengan berdakwah masuk ke politik praktis. Madani meyakini bahwa Islamisasi pemerintahan harus melalui berbagai proses di dalam demokrasi, secara bertahap. Sedangkan Ali belhadj meyakini bahwa keterlibatan dalam politik praktis tidak dibenarkan oleh Islam dan syariah Islam adalah  harga mati untuk diterapkan ketika partai Islam atau FIS berhasil memenangkan pemilihan umum. Abbas Madani mempunyai pemikiran yang moderat sedangkan Ali Belhadj berhaluan puritan.
Pada Mei 1991, FIS menyerukan pemogokan umum untuk memprotes pemerintah untuk merevisi regulasi tentang distrik pemilihan, yang dilihat sengaja diatur dan ditentukan oleh  pemerintah untuk mendulang suara bagi partai NLF. Demostrasi tersebut gagal, tetapi demonstrasi yang diselenggarakan FIS di Aljazair sangat besar, dan berhasil menekan pemerintah. Kemudian sebagai rangkaian aksi bulan Juni diselenggarakan aksi mogok dengan menuntut pemerintah menyelenggarakan pemilihan parlemen yang jujur dan adil.

            Namun, pemogokan yang digelorakan menimbulkan perpecahan terbuka antara pimpinan FIS dan demonstrasi berkepanjangan dikhawatirkan oleh militer. Tak lama kemudian pemerintah menahan Abbas Madani dan Ali Belhadj pada tanggal 30 Juni 1991, serta menangkap sejumlah anggota FIS berpangkat rendah. Setelah penangkapan Madani dan Belhadj oleh pemerintah, FIS kemudian dipimpin oleh Abdelkader Hachani.

c.       Keterlibatan FIS dalam Pemilu

Pada periode tahun 1989-1991 FIS gencar melakukan ekspansi dakwah ke seluruh penjuru Al-Jazair. Para kader FIS menyebar ke seluruh pelosok Al-Jazair untuk menyadarkan  masyarakat bawah akan kesempurnaan Islam dan kejayaan Islam di masa lampau yang berhasil menumpas ketidakadilan, kemiskinan, perbudakan dan menggantinya dengan kesejateraan dan kejayaan umat. Penyeruan terhadap dakwah Islam banyak disampaikan melalui khutbah-khutbah jum’at dan ceramah-ceramah di masjid-masjid. Kebobrokan dan ketidakberhasilan pemerintah untuk mensejahterakan kehidupan rakyat Al-Jazair juga banyak diwacanakan disertai dengan solusi syariat Islam yang paling sempurna dibandingkan demokrasi ciptaan barat yang kapitalistik dan mendatangkan kesengsaraan rakyat serta tidak sesuai dengan syariat Islam.



Pada tahun 1991, FIS semakin intens melakukan kampanye-kampanye kepada masyarakat bawah untuk meyampaikan aspirasi akan nilai-nilai Islam dan seruan untuk kembali kepada syariat Islam sebagai solusi terbaik. Demokrasi dianggap sebagai penyakit umat Islam yang menyebabkan banyak terjadi penindasan dan ketidakadilan terhadap umat Islam. Syariat Islam diserukan dimana-mana sebagai obatnya dan FIS sebagai dokternya.

Seruan, kampanye dan ceramah-ceramah yang disampaikan oleh FIS itu ternyata terbukti ampuh. Terbukti hingga tahun 1990, menjelang pemilu tingkat local, anggota resmi FIS yang terdaftar mencapai 3,5 juta orang. Sebagian besar dari mereka adalah intelektual muda yang menetap di kota-kota besar.

Sebelum pelaksanaan pemilu putaran I tanggal 26 desember 1991, Presiden Chadli Bendjedid berjanji akan menghormati apapun hasil pemilu itu. Dalam pemilu itu, partai politik yang terlibat tidak hanya FIS dan NLF, namun lebih dari itu yang ikut meramaikan pemilihan itu antara lain, Partai Gerakan Demokrasi Aljazair, Partai Front kekuatan Nasionalis, Gerakan Budaya dan Demokrasi, dan Sembilan parpol-parpol Islam lain selain FIS.

Kamis, 26 desember 1991, pemilu Aljazair dilaksanakan. Pemerintah melaksanakan pemilu untuk memperebutkan suara di parlemen secara demokratis. Sebelum pemilu itu dilaksanakan, melihat kondisi Aljazair yang kini berubah, para pengamat politik sendiri memperkirakan NLF akan tersingkir dan kelompok Islam akan mengambil alih pemerintahan.

Pemilu yang memperebutkan 430 kursi parlemen Aljazair itu, diikuti total oleh 49 partai dan 5712 kandidat, 1029 diantaranya dari partai independen. Perhitungan sementara sehari setelah pemilu, FIS mengungguli NLF di delapan kota.

Sebelum perhitungan pemilu putaran I selesai, melihat antusias masyarakat, FIS sangat yakin dapat suara mayoritas dalam pemilu ini. Pemimpin baru FIS, Abdulqadir Hachani (mengganti Madani dan Belhadj yang ditahan), dalam konferensi persnya mengatakan, “Kami yakin akan memenangkan 70% suara dan itu adalah presentase minimum kalau pemilihan dilakukan secara jujur dan adil”.

Hasil pemilu putaran I, yang memperebutkan 206 kursi itu, akhirnya diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri Aljazair, Larbi Belkheir. Hasilnya, FIS memperoleh 167 kursi atau 81% suara. NLF hanya berada di tempat ketiga dengan 16 kursi. Sedangkan tempat kedua, diduduki oleh Barisan Kekuatan Sosialis (FFS) dengan 20 kursi. Selain itu tiga calon independen juga terpilih.

d.      FIS Dijegal, Pemilu dibatalkan

Menghadapi pemilu putaran II tampaknya pemerintah Aljazair secara rahasia melakukan pertemuan dan rekayasa dengan pihak militer. Hari senin, 13 januari 1992 tiga hari menjelang dilaksanakannya pemilu II, PM Said Ahmad Ghozali dan para pemimpin militer menyatakan pembatalan pemilu II. Mereka juga mengumumkan pengangkatan mereka sebagai penguasa baru di Aljazair.

Keputusan yang sangat mendadak tersebut, tentu mengagetkan masyarakat Aljir. FIS yang hampir memegang tampuk kekuasaan, tiba-tiba dijegal tiga hari mem]njelang pemilu II. Pembatalan pemilu II itu terjadi ketika Ketua Dewan Konstitusi Aljazair, Abdulmalek Benghabiles –Kepala Badan Yudikatif Tertinggi—menerima pengunduran diri presiden Chaled Bendjedid hari sabtu (11 januari). Seperti sudah direncanakan , Abdulmalek kemudian langsung mengambil alih kekuasaan sebagai Kepala Negara. Tetapi sesuai konstitusi Aljazair, Abdulmalek dalam waktu 24 jam harus melepaskan jabatan Kepala Negara dan menyerahkannya kepada Dewan Keamanan Tertinggi.

 PM Ghozali mengakui bahwa mundurnya presiden Bendjedid karena para pemimpin militer telah memaksa presiden untuk mengundurkan diri. Alasannya, tambah Ghozali karena pihak militer telah mengendus adanya persetujuan rahasia antara Bendjedid dengan FIS untuk memecat sejumlah pemimpin militer.

Kamis, 16 januari 1992, Mohammad Boudiaf dipanggil oleh Dewan Keamanan Militer dari pengasingannya di Maroko untuk kemudian ditetapkan sebagai Ketua Dewan Keamanan Tertinggi, yang terdiri atas ;lima anggota, yaitu Mohammad Boudiaf, Khaled Nasser Menteri Pertahanan, Ali Haroun Menteri Hak Asasi Manusia, Tidjani Haddm Rektor dari masjid Paris, dan Ali Kafi Ketua Organisasi Nasional Mujahidin.

Berhubungan dengan tindakan pemerintah yang secara sepihak membatalkan pemilu. Membuat FIS mengeluarkan pernyataan bahwasanya keadaan Negara sedang dalam keadaan bahaya dan rakyat Aljazair harus siap bertindak untuk menyelamatkannya.

Abdulqadir Hachani yang menandatangani penyataan itu, menyatakan bahwa Dewan Keamanan Tertinggi adalah suatu “Raksasa Ilegal” yang telah mencaplok pilihan rakyat untuk memuaskan kehausan akan kekuasaan dan orde baru dunia. Dewa yang dikuasai oleh para militer itu telah mengkhianati Negara dan rakyat.

Situasi Aljazair samkin panas, karena pertetangan anatara pemerintah jungta militer dan FIS. Hari rabu (15/1/1992), Hachani menyatakan bahwa pemerintah baru itu telah mengkudeta Negara Islam da rakyat Aljazair. Bersamaan dengan itu, anggota parlemen FIS yang terpilih dalam pemilu putaran I (167 orang) menegaskan bahwa para anggota parlemen memiliki hak kekuasaan rakyat sejak pengunduran diri Presidden Bendjedid. Dalam pernyataan hari minggu (19/1), anggota-anggota parlemen FIS menuntut pemulihan legalitas konstitusional dan agar pemilu II segera dilaksanakan. Namun, pemerintah junta militer Aljazair tetap represif dan keras kepala.

e.       Dukungan AS dan Sekutunya Terhadap Pemerintah Militer Aljazair


Dapat diduga seperti banyak peristiwa yang terjadi, negara-negara Barat mendukung langkah licik pemerintah Aljazair itu. Menyambut langkah Dewan Keamanan tertinggi Aljazair yang membatalkan pemilu II, Amerika Serikat dan Perancis langsung mendukungnya. Pemerintah AS menyatakan bahwa tindakah yang dilakukan oleh Dewan keamanan itu tertera dalam konstitusi. Anehnya, Tunisia yang bersebelahan dengan Aljazair juga ikut mendukung tindakan Dewan Keamanan yang direstui AS dan Perancis.

Masyarakat dunia tentunya bingung dengan kebijakan Barat yang menjegal kemenangan FIS lewat proses yang demokratis itu. Di satu sisi membela pemilu demokratis, tetapi bila partai Islam yang menang, maka “halal” bagi mereka untuk memberangus atau menjegalnya. Syafiq Basri, seorang kolumnis, menulis, “Seoran pembaca mingguan The Guardian Weekly belum lama beselang menulis bahwa berita Guardian tentang Aljazair sangat tidak adil, menbungungkan, dan tidak bermoral. Menurut pembaca itu (Al-Kharraz dari Arab Saudi), tidak seorang pun sebenarnya yang dapat mendikte rakyat Aljazair tentang siapa yang mesti mereka pilih dalam Pemilu.

Tudingan-tudingan Barat dan pemerintah militer Aljir  yang tidak berdasar kepada FIS itu dikecam banyak pengamat dan tokoh Islam. Riza Shihbudi termasuk pengamat politik yan gmengecam gaya  Barat yang melakukan pembredelan dengan seenaknya. Riza menulis, “Jika memang demikian halnya, mengapa FIS tidak dibiarkan saja untuk memerintah dan FIS pun akan jatuh denga sendirinya jika terbukti tida berakar. Jangan lalu muncul prasangka bahwa FIS akan memanfaatkan demokrasi untuk membunuh demokrasi.”

f.       Kebrutalan Penguasa Militer

Setelah berhasil menguasai dan mengendalikan pemerintahan, pemerintah militer aljir kemudian bertindak brutal untuk memberangus anggota-anggota partai Islam, FIS. Menyusul pembubaran pemilu putaran II, pemerintah kemudian menahan para anggota FIS.
Jumlah tahanan FIS oleh pemerintah militer kemudian meningkat cepat. Menurut Hachani, jumlah anggota FIS yang ditahan sampai mencapai 500 orang. Langkah penahanan besar-besaran oleh pemerintah itu, dinilai para pengamat politik, untuk memprovokasi FIS agar melakukan balasan serangan.

Setelah membatalkan Pemilu putaran II dan menahan tokoh-tokoh dan anggota FIS, PM Ghozali Ahmad dan pemerintah Aljir mulai melakukan rekayasa-rekayasa untuk melarang dan membubarkan FIS. Selain itu, pemerintah juga berencana memulai lagi pemilu baru menggantikan system pemilu multipartai yang baru saja diterapkan. Setelah sebelumnya Madani dan Belhadj ditangkap, kini giliran ketua FIS yang baru, Abdulqadir Hachani yang dipenjarakan pemerintah militer. Hachani ditangkap ketika sedang berkendara di sebuah desa selatan Aljazair yang merupakan markas FIS pada hari rabu 22 januari 1992.

Setelah Ali Belhadj, Abbas Madani, dan Hachani ditangkap pemerintah Aljir, kini tinggal empat orang tokoh FIS yang berpengaruh dan  menghirup udara bebas, yaitu Mohammad Said (Imam Masjid Al-Arqam), Rabah Kebir (Penanggungjawan Hubungan Luar Negeri FIS), Abdulqadir Mughni (Imam Masjid As Sunnah di Bab el Oued), dan Osman Aissani (anggota eksekutif FIS).

Pada awalnya Presiden Boudiaf yang mengambil alih kekuasaan dari Bendjedid menegaskan bahwa dirinya akan menghormati demokrasi dan tidak akan melarang keberadaan FIS. Meski yang terjadi demikian, namun Dewan membatasi gerak FIS dengan menghimbau bahwasanya FIS dilarang menggunakan masjid-masjid dan agama untuk kepentingan politik.

g.      FIS Dilarang

Akhirnya, Presiden Boudiaf  terbukti tidak bisa memegang janjinya. Meski pada awalnya dia menyatakan bahwa FIS tidak akan dibubarkan, tetapi pada tanggal 9 Januari 1992 pemerintah Aljir menyatakan membubarkan FIS dan menutup markas pusat FIS. Pemerintah beralasan bahwasanya bentrokan-bentrokan dengan FIS sudah merebak di berbagai kota dan mengakibatkannya jatuhnya banyak korban. Dalam bentrokan selama dua hari itu saja, dikabarkan sekitar 40 orang terbunuh, 200 orang terluka, dan ratusan anggota FIS ditangkap.

Ketika terjadi aksi penutupan markas FIS, polisi-polisi Aljir menyerbu mendadak ke markas FIS dan menahan lima orang disana, termasuk dua anggota Komite Kebijakan Partai FIS. Dan sekelompok polisi lainnya menutup Masjid Oumma yang berada tepat di seberang kantor FIS. Masjid Oumma setiap harinya digunakan anggota dan simpatisan FIS untuk shalat berjamaah.

Penutupan markas besar dan kantor-kantor FIS yang dilakukan oleh pemerintah tersebut, menimbulkan kemarahan mahasiswa-mahasiswa di berbagai Universitas Aljazair. Para mahasiswa dariempat universitas di Aljazair merespon tindakan brutal pemerintah dengan menggelar demostrasi besar-besaran. Radio Aljazair memberitakan bahwa para mahasiswa di Constantine yang terletak di sebelah timur Aljir, melancarkan aksi mogok setelah sebelumnya mengadakan rapat mendukung FIS dan terbentuknya negara Islam Aljazair. Jumlah mahasiswa yang melakukan demonstrasi itu berkisar 19 ribu orang.

Melihat situasu yang terus bergejolak di masyrakat, militer makin represif dengan mematikan aliran listrik di kota-kota. Tidakan militer dengan seenaknya menangkap dan menembak orang menyebabkan FIS kehilangan kesabaran dan memutuskan untuk melawan mereka dengan senjata. Beberapa aktivis FIS kemudian membentuk GIA untuk mengcounter kebrutalan militer Aljir.

Setelah markas FIS dimana-mana ditutup dan secara tidak langsung dibubarkan, maka FIS akhirnya resmi dibubarkan oleh penguasa Militer Aljazair pada tanggal 4 maret 1992. Alasan yang dibuat oleh pemerintah Aljir adalah untuk stabilitas nasional ALjazair. Pembubaran itu dilakukan setelah keluar rekomendasi Departemen Dalam Negeri yang melakukan tuduhan resmi bahwa FIS telah menimbulkan kekacauan di dalam negeri.

Tuduhan resmi pemerintah Aljazair tersebut tentu adalah sebuah fitnak yang besar. Karena bahwasanya kekacauan dan kerusuhan yang itu terjadi karena pemerintah membubarkan Pemilu putaran II dana menangkapi tokoh-tokoh dan aktifis FIS.

Keadaan Aljazair saat itu sangat mencekam. Masjid-masjid di seluruh negeri dikawa dan diawasi ketat oleh tank-tank dan pasukan bersenjata lengkap. Para imam dan jamaah jum’at juga diaawasi. Selain itu, kantor-kantor FIS dan kampus-kampus tempat mahasiswa-mahasiswa aktivis FIS juga tidak luput dari intaian ketat. Sampai maret 1992, jumlah pendukung FIS yang ditangkap sekitar 30 ribu orang. Sekitar 3000 orang tahanan ditempatkan di kamp-kamp gurun sahara yang panas.

h.      FIS Mengambil Jalan Keras

Setelah beberapa waktu lamanya Fis ditekan dan para anggotanya ditahan dan dibantai oleh penguasa Aljir, maka FIS akhrinya mengambil jalan keras. FIS menyerukan kepada rakyat Aljazair untuk meruntuhkan resim militer itu, baik lewat jalan damai atau keras (baca: perang). Seruan untuk disebarkan berupa selebaran-selebaran gelap yang didapatkan dan disiarkan oleh kantor berita AFP.

FIS dalam buletinnya Mimbar Al-Jumuah (Berita Jum’at) mendesak rakyat Aljazair untuk bergerak mulai dari perkataan sampai mengangkat senjata, setelah usaha melalui jalur diplomasi gagal. Junta (kelompok pemerintah) telah menyetujui, mengesahkan, dan membenarkan kekejaman yang dilakukan oleh kelompoknya. Yakni, kematian sebanyak 200 orang Aljazair, lebih dari 700 lainnya luka-luka akibat peluru, lebih dari 60 ribu orang diinterogasi, lebih dari 30 ribu ditangkap, dan lebih dari 10 ribu orang dikirim ke kamp-kamp konsentrasi.

Referensi

-          Husaini, Adian dan Nuim Hidayat. Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya. Cetakan I. Gema Insani Press. Jakarta. 2002.
-          Id. Wikipedia.org
-          http://www2.irib.ir
-          http://menitijalancahayaku.blogspot.com
-          oaseimani.com dari majalah An-Najah
-          mutiara2010.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*