Kubur Saya dan Anda Dapat 200 Ribu Toman
https://www.starkinsider.com/2016/08/taste-of-cherry-film-review-1997.html
Judul :
Taste of Cherry
Sutradara :
Abbas Kiarostami
Pemeran :
Homayoun Ershadi, Abdolrahman Bagheri
Genre :
Drama
Durasi : 95 menit
Durasi : 95 menit
Tahun :
1997
Distribusi : Zeitgeist Film
Distribusi : Zeitgeist Film
Negara :
Iran
Mengendarai sebuah Range Rover, Baadi (Homayoun Ershadi) berkeliling menyusuri jalanan kota Teheran
seorang diri. Jalan mobil itu sengaja diperlambat. dia sedang mencari sesuatu.
Baadi sepertinya mengawasi gerak-gerik orang di pinggir jalan. Ketika melihat
keramaian, laju mobilnya makin diperlambat. Sebenarnya dia sedang mencari seseorang
yang mau mengerjakan sesuatu untuknya.
Tiba-tiba seorang tentara menghentikan mobilnya. Dia
minta di antar ke rumah bibinya yang terletak tidak jauh dari situ. Tentara yang
berusia belasan ini terkena wajib militer dan harus melapor ke barak pukul 6
sore. Masih satu jam lagi sebelum pukul 6, jadi Baadi menawarkan untuk berkeliling.
Lagipula tentara itu tidak terlalu yakin akan singgah di rumah bibinya. Saat itulah
Baadi menawarkan pekerjaan itu.
Tanpa pikir panjang, tentara itu menerima tawaran
Baadi. Tapi, dia kemudian bertanya apa
yang harus dikerjakan. Dia khawatir pekerjaan itu akan membuatnya terlambat
melapor ke barak. Baadi mencoba
meyakinkan bahwa pekerjaan itu hanya butuh sepuluh menit saja. Dan berjanji
akan mengantarnya kembali ke barak sebelum pukul 6.
Mobil itu memasuki daerah perbukitan gersang di
belakang kota. Pada sebuah jalan yang sepi, mobil itu berhenti. Baadi turun dan
mengajak tentara itu keluar. Dia menunjukkan pekerjaan yang dimaksud. Terdapat
sebuah lubang buatan yang berada di bawah undukan tanah tak jauh dari tepi
jalan. Sekali lagi, dia mengajak tentara itu keluar dan melihat. Baadi
menginginkan agar tentara itu menutupi lubang itu esok pagi dengan beberapa
sekop tanah setelah ia berbaring di dalamnya. Hanya seperti itu dan tentara itu
akan langsung mengambil uang imbalannya di mobil sebanyak 200 ribu toman.
Melihat ekspresi Baadi, tentara itu menyadari
pekerjaan yang ditawarkan padanya. Dia memutuskan menolak dan menyuruh Baadi
untuk mengantarnya pulang. Baadi bersikeras membujuknya. Keputusan tentara itu
sudah bulat. Baadi tetap bersikeras. Tetapi tentara itu sudah tidak bisa lagi
dibujuk. Tak tahan, dia pun keluar dari mobil. Tanpa mengucapkan sepatah kata, tentara
itu berlari pergi meninggalkan Baadi.
Tidak menyerah, Baadi kembali memacu mobilnya. Tak
jauh dari sebuah pabrik yang sedang berhenti beroperasi, dia bertemu seorang
mahasiswa fakultas teologi. Mahasiswa itu berasal dari Afghanistan. Sedang
libur kuliah dan menganggur, dia menjadi orang kedua yang menerima tawaran pekerjaan
dari Baadi.
Sadar bahwa orang yang dihadapinya adalah seseorang
yang memahami agama dengan baik, Baadi meminta mahasiswa itu untuk tidak
memberinya nasehat. Dia mengatakan hanya membutuhkan kemampuan tangannya, bukan
mulutnya. Mahasiswa itu menyadari niat Baadi. Dia bertanya pekerjaan seperti
apa yang ditawarkan padanya. Dengan terus terang Baadi mengatakan bahwa dia
ingin mengakhiri hidupnya dan memintanya membantu rencananya itu. Sebagaimana
janjinya, 200 ribu toman akan menjadi imbalannya.
Mahasiswa itu tidak terkejut mendengar kesaksian
Baadi. Dia bertanya masalah apa yang membuat Baadi berani memutuskan melakukan
larangan agama itu. Tetapi Baadi menolak menjawabnya. Dia merasa sudah cukup
mempertimbangkan masak-masak sebelum memutuskan melakukan rencana gila itu. Dia
tidak menginginkan nasehat mahasiswa itu. Katanya, apabila membutuhkan nasehat agama,
dia sudah pergi pada orang yang tepat.
Mahasiswa itu menyikapi keputusan Baadi dengan
bijak. Dia tidak membujuk maupun menakuti-nakutinya dengan ganjaran kitab suci
agar Baadi membatalkan niatnya itu. Dia tidak ingin mencampuri terlalu jauh. Tidak
berhasil membujuknya, Baadi mengantar mahasiswa itu pulang.
Kegagalan itu membuat Baadi hampir putus asa. Tetapi
akhirnya dia berhasil bertemu orang ketiga. Bagheri, nama pria paruh baya itu. Berbeda dengan dua orang sebelumnya, dia menerima
tawaran Baadi.
Tetapi dia bukan orang jahat. Pekerjaan Bagheri adalah
mengeringkan binatang yang telah mati di sebuah kebun binatang. Anaknya sakit
dan butuh uang untuk berobat. Itu yang tidak bisa membuatnya menolak tawaran
Baadi.
Meski bersedia untuk membantu Baadi, Bagheri belum
cukup puas. Maksudnya, dia tak bisa melakukan suatu pekerjaan manakala tidak melakukannya dengan baik. Dengan sepenuh
hati. Baadi menolak menceritakan alasannya. Itu mengganjal perasaannya. Menurut
Bagheri, apabila masalahnya diketahui, mungkin rencana itu bisa dibatalkan.
Baginya, tidak ada masalah yang tidak punya jalan keluar. Tetapi, Baadi
bersikukuh dengan keputusannya dan menegaskan tidak akan mundur lagi.
Bagheri yang ramah, terus bicara sepanjang
perjalanan menuju tempat kerjanya. Dia masih berusaha meyakinkan Baadi untuk
membatalkan niatnya itu. Bagheri bercerita, sewaktu masih muda, dia pernah
mencoba bunuh diri. Dia sudah menggantung dua utas tali di dahan pohon cerry
dan siap mengakhiri hidupnya. Tetapi gerombolan pelajar yang melewati tempat
itu memintanya menggoyang pohon cherry sehingga mereka bisa memakan buahnya.
Bagheri menuruti dan tanpa sadar tangannya menyentuh buah yang sudah masak. Dia
memakan cherry itu dan sangat menikmatinya. Merasa senang telah membantu
pelajar-pelajar itu, niat Bagheri untuk bunuh diri lenyap. Dia menyadari, buah
cherry itu telah menyelamatnya nyawanya.
***
Tidak seperti alur cerita dalam film yang umumnya
dibuka dengan menampilkan keadaan sekitar kehidupan aktor, Taste of Cherry dimulai dengan menyoroti Baadi yang sedang
mengemudikan mobil. Film ini sengaja dibuat minimalis.
Lebih dari separuh gambar film diambil close-up menyoroti Baadi yang sedang
mengemudi. Kelihatannya membosankan, sesungguhnya film ini mengajak penonton
untuk lebih memahami pesan moral yang terserak dalam percakapan antara
tokoh-tokohnya. Abbas Kiarostami, sutradara film ini, ingin menunjukkan seperti
apa karakter dan ekspresi orang yang mau bunuh diri tidak selamanya digambarkan
sarat dengan ketegangan, kebingungan dan hilang harapan. Terkadang, orang yang mau
mengakhiri hidupnya justru berlaku tenang dan hangat.
Umumnya dalam cerita film atau kehidupan nyata, aktor
yang terlibat dalam bunuh diri hampir selalu digambarkan sebagai individu yang
tertutup. Dalam film ini, Baadi justeru orang yang sangat terbuka. Ia berterus
terang mengungkapnya kepada tiga tokoh yang lain. Lewat film ini, Kiarostami ingin
menyampaikan bahwa bunuh diri bisa saja bersifat sosial. Seseorang dimungkinkan
terlibat dalam peristiwa ini, tanpa dianggap sebagai pelaku tetapi pembantu
yang di upah.
Taste
of Cherry dibuat ketika Iran dilanda masa sulit warisan
revolusi, perang dengan Irak dan blokade negara-negara Barat. Kumpulan
orang-orang di pinggir jalan-jalan Teheran yang ditunjukkan Kiarostami di awal
cerita, menggambarkan keadaan masa itu. Kemiskinan juga menjadi problem yang
tidak kunjung usai. Di tambah gelombang pengungsi dari negara tetangga membuat
kesukaran hidup semakin menjadi-jadi. Orang mau bekerja apa saja demi
menyambung hidup. Menjadi pemulung, pengawas pabrik, pekerja tambang, militer,
dan apa saja pekerjaan yang mungkin dilakukan. Hingga sekarang tidak sedikit
warga Iran yang berimigrasi dengan cara apapun untuk mencari kehidupan yang
lebih baik.
Di tengah-tengah situasi yang serba sulit, lewat
film ini Kiarostami mengirim pesan bahwa krisis di negerinya tidak melulu
hanya diderita rakyat kelas bawah. Orang seperti Baadi yang punya mobil mahal,
dan punya uang 200 ribu toman, luput dari dampak krisis secara langsung. Setidaknya
dampak ekonomisnya. Bunuh diri tidak berkaitan dengan status ekonomi seseorang dan
memiliki prakondisi yang luas. Dan Taste
of Cherry berhasil menampilkannya dengan baik dan apa adanya. Kekuatan
cerita dan dialog dalam film ini berhasil mendorong film ini memperoleh
penghargaan Palme d’Or dalam Cannes Film Festival pada 1997.
Komentar
Posting Komentar