Tsurayya Zahra



Oleh: Galang
 
Saya sendiri berpikir, sebenarnya apa gunanya kita berdebatkalau kebenaran itu sudah ada di depan mata. Apa gunanya kita berselisih, kalaupokok permasalahan itu sudah terang akar masalahnya dan jalan keluarnya.Karenanya, sudah sepantasnya kita melihat kebenaran itu pada kadarnya masing-masing. Kebenaran itu harus dirisetdengan ukuran-ukurannya yang jelas. Bukan pada ukuran-ukuran perifernya yangmenimbulkan panas, bau pesing, gatal-gatal dan lain-lain.

Semua kader KAMMI yang melek grup facebook 'Pengurus KAMMISeluruh Indonesia' (PKSI) -atau diskusi maya seputar organisasi, pasti mengenaldengan kader yang namanya menjadi judul tulisan saya ini, Tsurayya Zahra (TZ).Sosok kader, ummahat dan ibu tiga anak yang akhir-akhir menjadi trendingtopic kader KAMMI di dunia maya. Ya, TZ untuk saat ini menjadi pusatperhatian yang oleh banyak orang, termasuk saya sendiri disebut kontroversial.


TZ sebagai sosok kontroversial saya pikir memang seharusnyadisebut seperti itu. Betapa, manuvernya akhir-akhir ini menjadi ulasan menarikuntuk diumpat sepuas-puasnya atau disambut setinggi-tingginya. Saya kira itukeputusan kita untuk menjadi yang pertama atau kedua. Tetapi, saya disini tidakingin menjadi keduanya. Karena, saya pikir tidak ada urgensinya menjadi musuhatau pendukungnya. Toh,  tidak akanmendatangkan manfaat apa-apa. Saya disini ingin netral dan berusaha untuk tidakmenjadi apa-apa. TZ disini akan saya jadikan obyek untuk dikuliti seobyektifmungkin. Saya akan mendeskripsikan dirinya apa adanya sejauh pengamatan saya.

TZ menurut saya adalah sosok kader yang terlampau percayadengan ide-ide yang diyakininya. Ia adalah seorang yang berani 'bergulat'dengan siapapun untuk mempertahankan keyakinannya itu. Saya pernah berdiskusialot dengannya tentang salah satu kebijakan pemerintah yang kontroversial.Kebijakan itu saya bela mati-matian meskipun bertentangan dengan logika umumdan tafsir beberapa ulama tentang istinbath fiqhnya. TZ saat itu benar-benarmengkritik saya habis-habisan dan menarik garis demarkasi terang-terangandengan saya. Bahwa saya salah, itu kata dia dan kebanyakan orang, tetapipendapatnya itu harus saya apresiasi dan hargai. Garis diametral memang harusditarik ketika benturan dua ide tidak lagi mendapat kepastian. Tetapi yang sayaakui, TZ dengan sangat jelas mempertahankan prinsip-prinsipnya dan mengritiksaya dengan caranya sendiri. Dengan keanggunannya sebagai seorang kader,seorang perempuan.

Kecintaan manusia kepada ide-ide yang ia percayai memangakan mendatangkan kawan atau lawan. Dua hal inilah yang dilakukan dan dialamiTZ. Mengapa? Kira-kira hal ini akan seperti perdebatan antara dua orang anakkecil tentang kedahuluan antara ayam atau telurnya. Presedennya akan bisa burukatau baik, negatif atau positif. Tetapi yang harus dipikirkan dan dihayatidalam-dalam, apa dampak dari perbuatan itu? Pengandaian apa yang bisadirefleksikan dan diprediksi menjadi ekses berikutnya? Saya kira TZ sudahmelampaui hal tersebut dan memutuskan untuk menjadi Nero. Membakar Roma, ataumembiarkannya dinikmati penjajah. Beroposisi atau membiarkan kezaliman melandaKAMMI.

Keputusan TZ untuk mendukung Fikri dengan caranyasendiri  merupakan keputusan yang harusdidukung. Sebab, menurutnya, tidak ada lagi preferensi pemimpin yang kompatibelmemimpin KAMMI. Kalau organisasi ini mau maju, mau keluar dari comberan, harusmemilih Fikri. Tidak ada alasan yang kuat untuk menolak Fikri disaat organisasiini sedang berenang dan menikmati keberadaannya di dalam comberan. Kira-kirapemikiran inilah yang menjadi filsafat TZ. Saya pikir memang seharusnyalahsikap seperti itu disemai dan dibatini sejak awal.

Video: Kebenaran vis a vis Sopan Santun

Kekontroversialan TZ semakin kronis ketika  muncul video teaser Muktamar di Tangselkemarin. Video berisi pidato-pidato visi-misi calon ketua KAMMI: Andriana visa vis Fikri Azis. Mengapa saya sebut kontroversi? Karena  isi video tersebut berbau diskriminatif.Durasi tayangan pidato Fikri lebih lama daripada Andriyana.

Keberadaan video tersebut memang perlu dikritik. Karenatelah mengungguli seorang calon atas yang lain. Tetapi, yang perlu di kritisilebih dalam adalah apa maksud TZ mengolah video itu sehingga tampakdiskriminatif? Apakah atas dasar bahwa ia adalah pendukung fanatik Fikri ansich? Apa senaif itu seorang pendukung mengekspresikan kefanatikannyadengan menegasikan yang lain. Atau ingin mengungkap maksud lain yang lebih kayadan penting?

Saya kira TZ tidak senaif itu. Ia tidak akan menjadi-seperti kata Budrillard- 'manusia fatalis', pendukung ultra-fanatik yang hanyamenghabiskan keberadannya untuk mendukung dan memuja calon usungannya. TZsesungguhnya sudah melampaui hal tersebut. Menurut saya, ia sedang memelintirvideo itu sedemikian rupa untuk mentransmisikan sebuah pesan semiotika (tanda).Semiotika tentang kebenaran, kesejatian dan keharusan (das sollen).Bahwa pada dasarnya Fikri lah yang seharusnya dipertimbangkan dan dipilihmenjadi ketua umum KAMMI. “Antum seharusnya melihat bagaimana cara Fikrimengoperasikan diksi-diksi itu menjadi sebuah pidato yang argumentatif dansubstantif. Cara ia menggali kelemahan-kelamahan KAMMI dan optimismenya dengansolusi untuk memimpin. Antum tidak perlu ragu dengan sosok Fikri apalagipengalamannya di lapangan sudah teruji.” Kira-kira begitulah pesan yang ingindisampaikan TZ melalui video tersebut.

Jadi, itulah sebenarnya maksud kemunculan video tersebut.Meskipun kini nasi sudah menjadi bubur. Fikri harus rela menggantung sepatudemi keputusan kolektif yang tidak berpihak padanya. Dan seharusnya, sikapinilah yang harus diambil oleh para pendukungnya: menerimanya. Termasuk TZsendiri selaku pemain inti dalam orkestra paradoks ini.

Sayangnya, video teaser itu rupanya baru ibarat kurma dalamhidangan buka puasa. Hidangan prasmanannya kini hadir di tengah-tengah kita.Ya, kemunculan video berjudul 'Anas Mengaku' adalah makanan yang sesungguhnya.Inilah puncak kegelisahan intelektual sekaligus fanatisme TZ terhadapkemunafikan oknum-oknum yang tidak bertanggung-jawab.

Dalam video berdurasi 6 menit ini TZ melakukan afirmasi.Bahwa Fikri yang kita kenal baik dan visioner itu telah dizalimi. Citra dirinyayang berintegritas dan berani itu diciderai oleh oknum-oknum itu. Barangkalimereka itu adalah pendukung calon-calon ketua yang lain, atau  orang-orang yang tidak senang dengan Fikri.Yang ingin memprovokasi para muktamirin -melalui sms dan BBM kaleng itu- untuktidak memilih Fikri.

Dalam video ini TZ dengan jujur dan elegan hadir apa adanya.Lagi-lagi melampaui klaim aib, ghibah dan tetek bengeknya. TZ disini inginmengafirmasikan, ia ingin menjelaskan. Bahwa kebenaran adalah kebenaran dankebathilan adalah kebathilan. Bahwa fitnah sedang menghantui kita dan diam-diammencuci rasio kita untuk menyambutnya harus di akhiri. TZ disini dengan tegasmengatakan bahwa kemunafikan harus diperangi dan dalangnya harus ditelanjangidan dikuliti habis-habisan. Biar semua kader tahu dan mengambil pelajaran daritragedi itu. Agar semua kader sadar bahwa fitnah akan tersingkap dan eksesnyabenar-benar membuat organisasi terlalap.

Dalam video ini,  TZdengan lantang mengatakan -menyitir perkataan bang Fahri Hamzah, “saya nggakmau mengorbankan kebenaran itu demi sopan santun, karena menurut saya kebenaranitu lebih tinggi daripada sopan-santun. Sebab dengan beginilah kita menjemputmati.”

Tentang Fakta Obyektif

Keberadaan video 'Anas Mengaku' memang mendatangkan aroma“ngeri-ngeri sedap”, kata Sutan Batoegana. Membuat banyak kader di grup PKSIgaruk-garuk kepala, mengumpat. Apalagi mereka yang terekam dalam videotersebut. Ada yang menasehati sampai menyinggung pribadi keluarga TZ,menasehati supaya tidak melakukan perbuatan dosa tersebut, sikap yangkekanak-kanakan, dll. Tetapi menurut saya, sesungguhnya manuver TZ itu adabenarnya. Karena begitulah seharusnya seorang kader bersikap tatkalakemunafikan sudah mewabah. Sudah saatnyalah 'fakta obyektif' itu diungkap.

Sesungguhnya keberanian mengungkap 'fakta obyektif' inilahyang tidak banyak berani dilakukan oleh manusia. Termasuk kader KAMMI sendiri.Meskipun dengan apologetis banyak yang berkata bahwa sikap itu tidak penting,terlalu kekanak-kanakan, dan lebih banyak mudharatnya. Menurut saya  itu soal lain. Seharusnya substansinya dandampak positifnya lah yang harus dilindungi. Sayangnya, hal-hal seperti inilahyang dipelihara dan disengajakan supaya membasi dalam kegelapan. Padahal banyaknilai mendidiknya yang bisa digali dari peristiwa-peristiwa itu. Dan mungkinkarena itulah banyak kader KAMMI tidak berani kritis terhadap dirinya sendiri.

Kalau tradisi seperti ini terus dijaga, apalagi diikutidengan sikap kader akhir-akhir ini yang sudah mulai tampak elitis, makatunggulah kehancuran tradisi intelektual di dalam KAMMI. Tradisi yangmeniscayakan diskusi dan tabayyun akan diganti dengan tradisi -seperti dalam politik-yang meniscayakan ketaklidan dan kultur patronase. Maka tidak ada alasan,pendidikan untuk inklusif dan kritis terhadap kader harus di ajarkan sejakdini. Kader harus diajarkan untuk menghargai 'fakta obyektif'. Kalau 1+3=4,maka itulah jawabannya. Jangan dipelintir menjadi 5 atau 3. itu bukan faktaobyektif. Karena kata Rendra, “pendidikan kalau maju, harus diajarkanmenghargai fakta obyektif.”

Kebenaran akan 'fakta obyektif' harus dihormati dandibanggakan. Jangan mengalihkan kebenaran kepada keselamatan denganpengandaian-pengandaian tertentu. Dalam aspek ini saya  sepenuhnya mendukung mbak TZ. Keberaniannyasaya kira adalah perwujudan dari sabda Nabi, kullu al-Haq wa lau kana muron,katakanlah yang benar meskipun ia pahit. Juga dalam Al-Qur'an, watawa sawbilhaq watawa saw bis shabr. Keberanian dan keyakinan TZ untuk memihakikebenaran seharusnya didukung dan ditiru oleh para kader. Terutama para kaderakhwat yang biasanya  kurang intensifpeduli masalah-masalah seperti ini.

Saya husnudzan, sesungguhnya TZ melakukanmanuver-manuver tersebut demi kebenaran, demi pemikiran yang ia yakini dengan haqqulyakin. Karenanya, ia ikhlas mengorbankan citra diri dan integritasnya untukkebenaran. Dan mungkin citra diri orang-orang yang ada di sekitarnya, yangmencintainya, yang menyayanginya. Dan mungkin apa yang ia lakukan adalah untukmereka. Meskipun mereka yang ia cinta barangkali mereka tidak mencintainya.

Cintamu, kata Imam Syafi'i, kepada seseorang akan menghilangkan dayakritismu padanya. Dalam hal ini cinta TZ kepada kebenaran -juga kelompoknya-telah menghilangkan kecurigaannya terhadap kebenaran. Dan membuatnya yakinbahwa kebenaran harus dimunculkan karena ia adalah fakta obyektif.

TZ dengan sikapnya selama ini, sesungguhnya menunjukkan kepada kita.Bahwasanya, tidak boleh ada ketakutan apapun dalam bersikap. Ia menegaskan,tidak boleh ada ketakutan terhadap sesuatu yang pada dasarnya benar dan baik.Inilah gaya dari TZ yang oleh beberapa kader -termasuk saya sendiri-menyindirnya kekanak-kanakan. Meskipun pendapat tersebut tidak selamanya benar.Karena ada unsur yang lain dari itu. Unsur yang boleh dikatakan  melampaui rasa takut yang sebenarnyadampaknya tidak mesti begitu. Karena takut terhadap sesuatu yang belum pastiterjadi, kata Hamka, akan menghalangi langkah untuk mencapai kemajuan hidup.Ketakutan itu membuat manusia tidak berani untuk bersikap dan mengambil pilihanhidup. Unsur yang saya maksud adalah kejujuran.

Kejujuran inilah yang sebenarnya tidak banyak dipahami oleh manusia.Atau bukan tidak dipahami, tetapi tidak berani untuk dilakukan, ditetapi dandibanggakan. Kejujuran inilah yang telah membuat  kepingan emas Syaikh Abdul Qadir Al-Jailanitidak disentuh oleh para penyamun, meskipun ia sudah berkata jujur kepadamereka. Bahwa ia memiliki banyak kepingan emas di balik jubahnya. Alih-alih maumerampas, para penyamun itu malah bertobat dan ingin berguru padanya. Ia hanyamenjawab rahasia keistimewaannya itu dengan kalimat, “karena kejujuran yang akujanjikan pada ibuku.”

Menurut saya, TZ telah melampaui semua ketakutan itu.Membelinya dengan kejujuran dan segala konskuensi-konsekuensi yang akan hadir. Kejujurandalam dirinya sudah mengkristal sehingga mengesampingkanpertimbangan-pertimbangan ditepinya. Seraya mengatakan, “inilah aku, lalu kamusiapa?” Wallahu alam bis shawab.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq


Kebon Jeruk, 21 Agustus 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*