Indonesia dan Islam


Bantul, 10 Januari 2011

Semarak modernisasi di negeri yang sedang gencar untuk menuju identitas aslinya di hadapan masyarakat awam yang notabene sebagai masyarakat kelas 2 nyatanya tidak memberi pengaruh yang signifikan. Demokrasi yang sudah menjadi sistem yang dikultuskan oleh mayoritas penduduk Indonesia semakin menunjukkan kelemahan dan kebobrokannya. Mafia-mafia di lingkungan pemerintahan yang mengemuka dan tentunya kasus KKN yang sudah terkristal menjadi budaya, semakin menjalar dimana-mana meskipun pemerintahan SBY  sudah mencanangkan pemberantasan KKN secara sistemik.
Melihat kondisi negeri yang sudah mulai bangkit dari tidurnya ternyata menyimpan sejumlah fakta yang bobrok di balik layar. Indonesia kini tidak mempunyai kekuatan dan terus menerus menetek kepada Barat yang selalu menyuapi dengan talangan-talangan yang berbunga-bunga mengakibatkan hutang Indonesia yang semakin menumpuk.
Indonesia kini tidak mempunyai kekuatan dan posisi tawar di dunia Internasional. Pulau-pulau terluar direbut oleh negeri tetangga, sumber daya energi, mineral dan minyak dikuasai oleh korporasi-korporasi asing, ditambah dengan pemimpin bangsa yang notabene boneka Barat mendukung dan membantu program imperialisme ekonomi Barat. Kedatangan Presiden Bush dan Obama yang disambut layaknya seorang raja beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa Indonesia kini tidak lebih dari seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan dibantu Barat sebagai orang tua si anak.
Sistem kapitalis berada dimana rupiah beredar di berbagai aspek dan lembaga yang melibatkan jasanya. Dipelopori oleh system perbankan konvensional, kemudian menjalar ke berbagai istitusi negeri dan swasta. Lembaga pendidikan pun tidak luput dari ekspansi sistem kapitalis. Pendidikan yang seyogyanya dapat dijangkau dan menjadi hak dari kalangan atas sampai bawah hanya melegalkan kelas dan oknum yang mampu membayar. Dana talangan dari pemerintah untuk pendidikan banyak tidak sampai dalam jumlah yang seharusnya, oknum-oknum yang diamanahi untuk pendistribusiannya ternyata mengambil kesempatan di dalamnya.
Maka, mau dibawah kemanakah negeri ini? Apakah tetap mengemis kepada Barat ataukah kembali kepada jati diri bangsa yang pernah sejahtera?
Indonesia pernah menjadi negeri yang mempunyai posisi penting di dunia Internasional. Ketika zaman Majapahit berkuasa di negeri ini berabad-abad yang lalu, Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan memiliki karakteristik budaya Asia yang bermoral. Semua menjadi lebih baik ketika Islam mulai masuk ke Indonesia dan merubah perbedaan kelas yang masih membudaya di Indonesia. Bahkan dengan Islam, Indonesia kemudian mempunyai budaya baru yang memberikan perubahan besar menjadi bangsa yang bermoral dan berahlaq mulia.
Islam tidak hanya datang untuk mengajarkan tentang Agama. Dia juga mengajarkan bagaimana mengelola penghidupan (ekonomi), hubungan penguasa dan rakyat (Politik), aturan yang mengarahkan untuk bertindak yang profetik (hukum) dan masih banyak lagi aspek kehidupan yang diatur oleh Islam. Kerajaan-kerajaan Islam yang berada di Indonesia memiliki ikatan kekeluargaan yang erat dan saling membantu menyiarkan Islam dalam ikatan aqidah. Bahkan tidak hanya di Indonesia, kerajaan-kerajaan tersebut juga membangun hubungan kekeluargaan dengan kerajaan Islam di dunia di dalam sebuah perserikatan akbar yakni Khilafah Islamiyah.
Kesejahteraan dan perdamaian yang diciptakan oleh Islam memberikan perubahan besar pada tatanan kehidupan di nusantara pada waktu itu. Namun, seiring dengan mulai melemahnya eksistensi dari Khilafah Islamiyah di Turki berimplikasi kepada kerajaan Islam di seluruh dunia. Islam tidak mampu lagi untuk membendung berbagai permasalahan internal dan eksternal yang terjadi.
Kebangkitan Barat pada saat itu, juga berpengaruh terhadap eksistensi Khilafah Islamiyah. Barat mulai melancarkan soft war ke negeri-negeri Islam dan juga melakukan perembesan budaya kedalam budaya Islam. Perang pemikiran yang digencarkan Barat berabad-abad lamanya akhirnya sampai pada klimaksnya dengan runtuhnya Khilafah Turki Ustmani pada tahun 1924 M yang sekaligus menandai berakhirnya Khilafah Islamiyah di dunia.
Dunia Islam pasca runtuhnya Khilafah Turki Ustmani seolah-olah tidak memiliki elan vitas dan terombang-ambing di ditengah kuantitasnya yang banyak. Umat Islam kehilangan identitasnya dan tidak tahu bagaimana mengambalikannya.
Melihat kondisi transisi umat Islam saat itu, Barat sangat bergembira dan merayakan kemenangannya dengan pesta berhari-hari. Barat tentunya tidak puas dengan kemenangan awalnya itu. Suatu solusi diciptakan Barat untuk mengisi kekosongan identitas umat Islam. System pemerintahan yang diterapkan Barat ditawarkan kepada generasi muda dan pemimpin-pemimpin Islam saat itu. Akhirnya konsep demokrasi banyak digunakan negeri-negeri Islam pasca runtuhnya Khilafah Islamiyah.
Semangat nasionalisme yang berada di dalam demokrasi akhirnya digunakan dan disebut sebuah aksioma positif bagi perjalanan bangsa. Negeri-negeri Islam yang sudah terkooptasi oleh Demokrasi karena dijajah oleh Barat mulai menyadari nasionalisme bangsanya dan kemudian memerdekakan negerinya masing-masing, termasuk Indonesia. Islam yang besar kemudian terbagi-bagi menjadi wilayah-wilayah kecil yang melegitimasikan dirinya sebagai sebuah negara. Demokrasi tentulah menjadi solusi identitas yang menjadi dasar menjalankan khittahnya.
Indonesia yang mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 termasuk dari korban perang pemikiran Barat. Soekarno sebagai bapak bangsa yang dipuja-puja sejatinya adalah seorang yang nasionalis dan tidak bangga dengan identitas Islamnya. Bahkan, Soekarno mengkhianati Piagam Jakarta yang sudah disepakati oleh tim perumus yang berisi pelaksanaan fungsi negara dengan menggunakan Syariat Islam namun digantikannya dengan Undang-Undang Dasar (UUD) yang berdasarkan Pancasila. Islam saat itu juga hilang dari dinamika penyelenggaraan negara. Dan Indonesia berjalan sebagai negara yang democrat dan nasionalis.
Mulai saat itu berbagai masalah mulai mencuat ke permukaan sebagai efek buruk Demokrasi. Diawali dari Soekarno yang mulai menciptakan kultur monarki, ketidakadilan, kebobrokan moral dan akhlaq yang tidak terkontrol oleh Islam dan sederetan masalah lain yang mulai muncul mulai mempengaruhi proses penyelenggaraan negara. Moral bangsa Indonesia semakin terpuruk dan aspek yang lain mulai menyusul kebobrokan moral bangsa Indonesia. Sampai di zaman reformasi yang katanya dapat memberikan penghidupan yang lebih baik.
Sejatinya Indonesia sebagai bangsa yang beragama, tentunya harus memahami bahwa solusi yang ditawarkan Barat tidak akan memberikan perbaikan yang signifikan. Kita hanya memperkaya Barat dan memiskinkan bangsa sendiri. Tentunya harus kita sadari bahwa identitas bangsa ini harus kembali kepada kebersamaannya dengan Islam. Islam telah memberikan banyak contoh keberhasilan penerapan sistemnya. Meskipun tidak banyak ditemui sekarang. Bangsa Indonesia harus kembali merenungkan perjalanan panjangnya dan mengqiyaskan dengan keberhasilan Rasulullah dan para sahabat yang telah terbukti berhasil menyelenggarakan pemerintahan yang adil dan mensejahterakan. Wallahu alam bis shawab



Komentar

  1. Halo bosku , selamat siang
    jangan lupa mampir main di ACEPOKER99
    jangan hanya di lihat saja bosku :)
    di coba main dan menangkan kelipatan permainan
    dan anda akan merasa puas jika anda menang
    jutaan rupiah , modal cukup 25.000
    sudah bisa anda mainkan
    yuk daftar saja langsung di http://acepoker99.net/app/login.aspx

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*