PESAN PAK AMIEN KEPADA AKTIVIS MUSLIM
Agustus 2010
Di
kediaman beliau ternyata tidak hanya temen-temen KAMMI saja yang berkepentingan
untuk bertemu beliau, sebelum kehadiran kami sudah menunggu beberapa pejabat
yang berkepentingan dengan beliau. Diantara
pejabat-pejabat tersebut ada yang berasal dari Sumatra Barat dan Riau yang
semuanya tentu mempunyai maksud dan tujuan masing-masing.
Beberapa
menit kami menunggu seraya menikmati kediaman beliau yang asri dengan taman
yang indah dihiasi dengan rerumputan
dan tanaman yang kemudian menambah keindahan taman rumah beliau. Buku-buku yang
tersusun rapi menempati sebuah lemari yang berdiri kokoh menghadap tepat ke
arah kami yang duduk di jejeran kursi yang disusun saling berhadapan menutupi
rangkaian kursi dan meja pertemuan di tengahnya.
Lima belas menit kemudian, beliau tiba di dampingi
oleh rekan beliau. Beliau kemudian langsung menghampiri kami yang sudah
menunggu, menjabat tangan kami dan kemudian melayani kedatangan kami. Mendahulukan
melayani yang lebih tua kata beliau. Pasca itu kemudian giliran kami untuk menyampaikan
maksud kedatangan kami. Kami meminta beliau memberikan tausyiah kepada kami
selayaknya generasi tua kepada generasi muda. Melihat beliau tidak mempunyai
banyak waktu untuk bisa berlama-lama dengan kami.
Berikut adalah tausyiah yang beliau sampaikan kepada
kami.
“Momentum
hari ini mengingatkan saya ketika study di Mesir tahun 1978. Pada waktu itu
saya yang masih berusia muda seperti saudara disini, pernah bertemu dengan
tokoh-tokoh Organisasi Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir. Diantaranya Umar
At-Tilimsani, Abbas Assisiiy, Sayyid Syabiq, Muhammad Al-Ghazali, Muhammad
Badi, dan beberapa tokoh lainnya. Pada waktu itu salah satu tokoh Ikhwan yakni
Muhammad Badi ( Mursyid Am IM 2009-sekarang) sempat menyampaikan tausyiah kepada saya. Dan kemudian akan saya sampaikan
kepada saudara-saudari sekalian.
Saudara-saudari
yang sekarang merupakan aktivis muslim
tentunya memiliki peran penting yang urgen
dalam perbaikan untuk negeri. Kalian adalah generasi muda yang kemudian akan
membangun, menjadi pemimpi, mempunyai elan vital untuk menciptakan masyarakat
yang madani. Namun, tentunya pribadi kita haruslah kita evaluasi kembali apakah
dengannya kita dapat disebut sebagai aktivis muslim atau tidak. Hal ini yang
kemudian akan influence terhadap ouput yang diperoleh. Untuk dapat
disebut sebagai aktivis muslim, maka ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi
untuk mendukung statement tersebut
yakni, menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat sejati, menafikan ashobiyah antara kelompok umat Islam,
dan senantiasa memperbanyak ilmu.
1. Menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat sejati
Sebagai aktivis muslim tentunya kita hendaklah memperbanyak tilawah
Qur’an. Hal ini sudah barang tentu merupakan sebuah kewajiban dan budaya yang
tidak bisa lepas dari seorang aktivis muslim.
Seorang aktivis muslim hendaklah membaca Al-Qur’an satu juz per harinya.
Ini tentunya akan membentuk karakter dari seorang aktivis muslim bagaimana
akhlaqnya, muamalahnya, amalnya. Dewasa ini banyak ditemukan aktivis muslim
yang aksinya luar biasa. Kritis, semangat, enerjik, orasinya menciptakan
suasana yang heroik. Akan tetapi dia adalah aktivis picisan. Karena aksinya
luar biasa akan tetapi tidak diimbangi pembentukan ruhiyah dengan tilawah
Qur’an. Jarang membaca Al-Qur’an, shalat, dan amalan ibadah maghdoh lainnya
yang seharusnya menjadi identitas dirinya sebagai aktivis muslim. Kepada
aktivis dengan tipikal seperti ini dia bukanlah disebut sebagai aktivis muslim.
2. Menafikah ashobiyah antara kelompok umat Islam
Di dunia pergerakan khususnya pergerakan Islam banyak didapati hubungan
tidak sehat antar organisasi mahasiswa Islam. Pada waktu saya masih berstatus
mahasiswa, sering saya dapati ashobiyah antar organisasi mahasiswa Islam. Baik
itu HMI, PMII, IMM dan lain sebagainya. Seharusnya problem seperti ini tidaklah
harus terjadi, apa lagi status kita adalah mahasiswa Islam yang dimana bergerak
berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Tidaklah sebutan sebagai aktivis muslim
disematkan kepada pribadi dan kelompok
yang hatinya masih berisi ashobiyah dengan saudaranya yang lain. Kita
janganlah menganggap kelompok kitalah yang paling benar. Semuanya pastilah ada
kekurangan dan kelebihan. Bukankah kita sebagai umat muslim adalah bersaudara?
Kesimpulan
bahwa ashobiyah antar umat Islam dibenci oleh Allah. Apalagi untuk seorang
aktivis muslim yang mempunyai tugas untuk menyiarkan Islam. Tidaklah disebut
sebagai muslim jika sifat ini masih melekat pada relung hatinya.
3. Senantiasa memperbanyak ilmu
Seorang aktivis muslim tentunya haruslah berkualitas dan bermanfaat bagi
lingkungannya. Dialah yang mengusung perbaikan, mendidik pribadi, keluarga, dan
masyarakat dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami, menciptakan pemimpin masa
depan dalam rangka proyek perbaikan bangsa. Namun, bagaimanakah yang terjadi
jika tidak mengetahui cara untuk mengusung perbaikan itu. Dia tidak memiliki
cukup kapasitas untuk merealisasikan tujuan-tujuannya. Maka tujuan-tujuan itu
hanyalah angan-angan belaka tanpa manifestasi konkret yang nyata. Maka kemudian
yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana memecahkan problem tersebut?
Sesungguhnya hal ini telah ada di sebutkan oleh Allah di dalam
firman-Nya;
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”,
(Al-Alaq:1)
Hendaklah kita sebagai seorang aktivis
memiliki budaya membaca. Membaca tentunya memiliki segudang manfaat yang tidak
ternilai harganya. Untuk membangun kapasitas dalam rangka mengusung proyek
perbaikan bangsa dapat kita mulai dari membaca. Dengan membaca dan mengkaji
buku tentulah akan menambah wawasan keilmuan kita. Buku adalah jendela dunia
yang merupakan referensi bagi aktivis muslim untuk merealisasikan
tujuan-tujuannya. Janganlah kita menghabiskan waktu kita dengan kesibukan yang
sia-sia apalagi mengaminkan kebathilan yang sejatinya mendatangkan kemudharatan
kepada kita.
Cukuplah
itu yang bisa saya sampaikan kepada saudara-saudari sekalian. Saya harap anda
dapat mengamalkan tiga poin yang sebelumnya sudah saya jabarkan. Tentunya ini
merupakan awal yang baik untuk meretas aktivis muslim yang paripurna
menjalankan syariat Islam. Itulah tiga poin yang semestinya dipegang oleh
kalian sebagai aktivis muslim tidak kurang tidak lebih”.
Komentar
Posting Komentar