Silaturrahmi KAMMI ke Universitas Muhammadiyah Malang

Alhamdulillah kemarin saya dengan akh Zennul bisa berkunjung ke kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kedatangan kami kesana sesungguhnya memberikan banyak pencerahan dan pelajaran yang banyak untuk bisa diaplikasikan kembali di kampus. Terutama untuk pergerakan KAMMI yang kini sedang berbenah setelah terobang-ambing dalam ketidakpastian dan fluktuasi kaderisasi yang kini masih dalam transisi.
Saya membagi tulisan ini menjadi dua bagian. Yang pertama membahas tentang perjalanan kami dan yang kedua tentang pelajaran (ibroh) yang kami ambil dari dakwah KAMMI di UMM. Pada bagian pertama saya akan menampilkan sedikit kisah perjalanan kami ke kota Malang, berkunjung ke UMM dan kembali ke Jogja. Lebih banyak saya akan menuliskan pada bagian kedua tentang kondisi dakwah kampus disana dan ibroh yang barangkali bisa  kita –KAMMI UMY- ambil darisana dengan menyesuaikan kontekstualisasi iklim kampus antara UMM dan UMY. Sepakat?
Sebenarnya kunjungan ke UMM sudah kami rencanakan sejak beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada bulan Ramadhan kemarin dan tidak kami rencanakan sebagai kunjungan bersama dengan organisasi, namun hanya bersifat pribadi. Ada beberapa alasan yang membuat kami memutuskan untuk melakukan silaturrahmi secara personal.
Agenda kunjungan kami diawali dari diskusi ringan bersama akh Zennul di warung Pecel Lele depan kampus. Kami mendiskusikan tentang kondisi KAMMI UMY yang sekarang tidak dapat kita kesampingkan  bahwa semakin lama terus melemah. Kelemahan tersebut tidak saja datang dari eksternal organisasi –birokrasi, Organisasi internal/eksternal kampus, mahasiswa- namun juga datang dari internal organisasi. Diskusi kami semakin dalam sampai kemudian mulai membicarakan kondisi dakwah kampus luar yang barangkali kondisinya tidak jauh berbeda dengan UMY. Pada akhir diskusi akhirnya kami memutuskan untuk berkunjung ke UMM.
Sebenarnya alasan kami memutuskan berkunjung ke UMM tidak secara langsung muncul dari analisis kami. Namun, melihat dari keberhasilan dakwah teman-teman disana dan juga iklim kampus yang faktanya sama –merupakan kampus Muhammadiyah- dengan UMY, meskipun secara umum mereka masih lebih unggul dalam pengelolaan organisasi. Sehingga akhirnya kami memutuskan untuk berkunjung kesana.

Perjalanan ke UMM
Sabtu, 29 Januari 2012
Hari sabtu (29 januari 2012) kami menjadwalkan untuk berkunjung ke UMM. Semula yang direncanakan akan berangkat lima orang, yaitu: akh Zennul Mubarok, Hendri Okarisman, Andi Hijrian, Handoko dan saya. Tetapi karena berbagai macam alasan dan kerberhalangan, maka yang akhirnya berangkat hanya saya dan akh Zennul.
Kami berangkat sesuai jadwal pukul 19.00 WIB dari kontrakan Baitul Tsaqif (BT). Diantar oleh akh Andi dan Afif menggunakan sepeda motor ke Terminal Giwangan. 40 menit kemudian motor berhenti di depan terminal dan kami berpisah.
Kami memasuki terminal dan segera mencari bus menuju Malang. Semula kami berniat menumpang bus Eka. Tetapi  karena informasi dari kenek bus yang kami temukan di parkiran bus mengatakan bahwa bus Eka sudah meluncur ke Malang, maka kami memutuskan untuk menumpang bus si kenek tersebut.
Harga tiket bus yang kami bayar Rp. 75.000, tetapi sebenarnya Rp. 70.000. Harga berubah karena kami bertanya kepada seseorang di pinggir bus yang membawa kami ke kenek tersebut. Dari pengakuan sang kenek uang Rp. 5000 tersebut untuk jasa pengantar tadi yang biasa kita sebut calo. Sebut saja  uang tanda terima kasih. Awas hati-hati kalau nanya orang di terminal. Okay??
Kemudian kami menuju ke Bus Zena sesuai tiket yang kami beli dari kenek tersebut. Di dalam bus tiba-tiba dari arah sebelah kanan muncul bus Eka yang semula kami cari. Bus tersebut berhenti tepat di sebelah kanan bus yang kami tumpangi. Ternyata sang kenek mempunyai kejujuran yang kalah bersaing dengan materi. Jangan ditiru ya??
Bus Zena meluncur pukul 20.20 WIB, telat 20 menit dari jadwal semula. Perjalanan panjang kini dimulai.

Ahad, 30 Januari 2012
Pukul 03.30 WIB kami tiba di terminal Arjosari kota Malang. Cuaca dingin khas kota Malang menggigit kulit kami. Pada saat yang bersaman Adzan shubuh berkumandang sehingga kami segera menuju mushalla di sudut terminal.
Setelah shalat kami segera mencari angkot yang menuju ke terminal Landungsari, terminal yang tidak jauh dari kampus UMM. Menurut info dari akh Zennul angkot dengan nama ADL yang menuju ke terminal tersebut. Sehingga kami mencari angkot tersebut di tengah kerumunan angkot yang jarang di depan terminal Arjosari. Tidak lama kami menemukan angkot tersebut yang masih sepi penumpang. 30 menit kemudian angkot tersebut meluncur menuju terminal Landungsari tujuan kami.
Pukul 05.00 kami sampai di terminal Landungsari. Kami berhenti tepat di depan terminal karena akan dijemput oleh teman-teman UMM. 20 menit kemudian kami dijemput oleh dua orang akh UMM. Akh Azami (Psikologi/2009) dan Zainul (Pend. Biologi/2008).
Kami dibawa menuju kontrakan Rantisi, dimana kami akan tinggal selama dua hari kunjungan. Dalam perjalanan menuju Rantisi, saya sempat melihat komsat KAMMI UMM ketika masuk daerah pemukiman depan kampus. Dan Alhamdulillah kami berhenti di depan Rantisi -rumah warna hijau- yang tidak jauh dari komsat KAMMI berada.
Rantisi sendiri adalah kontrakan akh Zainul (bukan Zennul Mubarok), belakangan saya baru tahu beliau adalah ketua Jama’ah AR. Fachruddin UMM. Rantisi memiliki tiga kamar dengan enam orang penghuni. Karena di UMM masih liburan UAS sampai pertengahan februari, maka semua penghuni Rantisi mudik kecuali akh Zainul.
Sampai di Rantisi kami taa’ruf dan diskusi sebentar. Di Rantisi diskusi seputar dakwah kampus dan gerak KAMMI mulai massif mengalir. Sesuai kesepakatan diatas akan saya sampaikan pada bagian kedua tulisan ini.
Setelah sedikit berdiskusi kami meluncur sarapan pagi ke warung tidak jauh di sebelah timur Rantisi. Sampai di warung kami bertemu dengan akh Atiq (HI/2008) yang sudah sarapan duluan. Diskusi pun mengalir di tempat ini. Akh Atiq banyak bercerita kondisi UMM kepada kami terutama tentang keragaman (pluralitas) mahasiswa yang kompleks dan kuatnya Organisasi Daerah (ORDA) di UMM yang bahkan memiliki partai politik sendiri pada saat Pemilu Raya Mahasiswa (PEMIRA) UMM digelar. Singkatnya di UMM, memiliki iklim keragaman yang cukup panas sehingga menimbulkan munculnya ORDA mahasiswa di kampus sebagai katalisator (alat pemercepat proses) kepentingan politik mereka. Artinya kepentingan terhadap kekuasaan tidak hanya secara ekslusif milik gerakan mahasiswa (IMM, HMI, KAMMI, PMII), namun ORDA ikut mengambil bagian  dalam kompetisi tersebut. Meskipun tambah akh Atiq pada aspek kuantitas ORDA  tidak sekuat gerakan mahasiswa secara umum. Fenomenal!!
Setelah berdiskusi panjang kami memutuskan kembali ke Rantisi untuk beristirahat. Untuk biaya makan semua dibayar akh Zainul. Sebenarnya kami tidak tega melihat beliau membayar tetapi beliau memaksa, jadi tidak apa. Dan perlu yang diperhatikan akh Zainul seterusnya mentraktir kami makan sampai pulang. Jadi anggaran konsumsi kami tidak terpakai, utuh sampai pulang. Sepertinya konsep ukhuwah “takafful” dan sunah Nabi –memuliakan tamu- sudah mengkristal dalam pribadi beliau. Syukran Jazakumullah akh ^_^
Sebenarnya setelah makan kami berencana berkunjung ke Komsat KAMMI UMM. Tetapi menurut informasi yang kami dapatkan pagi itu KAMMI UMM mengadakan baksos di desa mitra mereka sehingga sementara kami menunda untuk berkunjung kesana.
Saya bangun tidur ketika azdan dhuhur berkumandang. Bersama akh Zennul kami berangkat ke mesjid tidak jauh di sebelah utara Rantisi. Cuaca sejuk menyelimuti suasana siang itu, sehingga dengan tidak menggunakan jaket membuat saya tidak terlalu nyaman.
Setelah shalat dhuhur kami makan siang di Rantisi. Seperti biasanya akh Zainul kembali mentraktir. Sambil makan, kami menonton TV, anehnya saya baru melihat saluran TV yang tidak saya dapati di Jogja. Nama saluran TV tersebut persis mirip dengan nama sebuah media cetak populer di Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Kompas, tepatnya nama saluran tersebut Kompas TV. Sudah nonton belum??mau? ke Malang saja ^_^
Pada saat itu Kompas TV kebetulan menayangkan sebuah tayangan yang familiar di telinga mahasiswa Jogja. Awalnya saya mengira tayangan tersebut hanya ada di Metro TV, namun ternyata menurut informasi yang saya dapatkan (subjektif), tayangan tersebut pada mulanya disiarkan oleh Kompas TV. Ya, STAND UP COMEDY (SUC) siapa lagi? Tayangan humor kritis anti sensi yang popular akhir-akhir ini. Dan kebetulan comics (pelawak SUC) favorit saya, pendukung “gerakan legalisasi ganja nasional”(joke), Panji Pragiwaksono tampil. Panji pada saat itu  berduel dengan si penulis buku terkenal “Kambing Jantan”, Raditya Dika.
Setelah makan siang, tepatnya sekitar pukul 14.00 WIB akh Zennul mengajak kami berkunjung ke kampus UMM.
Suhu sejuk mengiringi perjalanan kami ke kampus UMM. Karena tidak panas, kami memutuskan untuk berjalan kaki sambil menikmati pemukiman padat kelurahan Mulyoagung. Jarak Rantisi ke kampus menempuh waktu sekitar 10 menit.
Kampus UMM terlihat indah ketika kami sampai disana. Letaknya di lembah sungai Brantas tertata rapi dengan warna putih yang dominan mewarnai deretan sebagian besar gedung-gedungnya. Masjid AR Fachruddin yang berada di muka kampus menambah keromantisan potret kampus UMM siang itu.
UMM dirancang dengan arsitektur yang rapi serta menyesuaikan dengan kontur tanah dan medan lembah dimana kampus itu didirikan. Ditambah dengan aliran sungai Brantas di tengah kampus dimanfaatkan untuk mengaliri danau yang berada tepat di depan Gedung Kuliah Bersama 1(GKB 1) sehingga menambah keseksian kampus itu. Apalagi di depan kampus difasilitasi Heli Pad tepat di depan papan nama kampus tersebut sehingga menambah kemoderenan kampus itu.
Kami berkeliling sebentar di kampus sambil menunggu waktu sholat ashar tiba. Setelah berkeliling sebentar, adzan ashar berkumandang sehingga kami segera menuju masjid AR. Fachruddin. Masjid putih megah empat lantai tersebut terlihat indah dari sayap timur dimana kami berada berjalan menuju ke arahnya. Bangunan tempat KAMMI dilahirkan tiga belas tahun yang lalu itu terlihat semakin indah ketika kami memasukinya, menyusuri tangga-tangganya, dan shalat di depan mihrabnya. Menarik ketika kami berjalan menuju ke tempat wudhu, tepat di depan tangga lantai satu terlihat sebuah ruangan besar dengan papan nama di atas daun pintunya tertulis kurang lebih “kantor JF”, akronim dari Jamaah AR. Fachruddin, LDK kampus UMM. Subhanallah. Luar biasa kan??
Setelah shalat ashar kami berkunjung ke kantor JF yang berada dibawah lantai dua dimana kami melaksanakan sholat. Ketika memasuki kantor JF, kami langsung berhadapan dengan sebuah meja hitam besar berukuran 4x2 meter, di belakang meja tersebut berdiri megah dua lemari hitam besar yang saling mengapit dengan panjang 4 meter dipenuhi oleh banyak piala, piagam, plakat dan kitab-kitab yang menggambarkan iklim ukhuwah dan intelektual yang kental. Subhanallah sekali..
Di kantor JF kami berkesempatan berkenalan dengan beberapa kader LDKyang kebetulan berkunjung. Diantara mereka yang masih saya ingat; Akh Taufiq (Psikologi/-), Rahmad (Akuntansi/2010) dan Cahyo (Agroteknologi/2010). Diskusi kembali mengalir di kantor JF sehingga tidak berapa lama kemudian ada sekumpulan akhwat yang datang untuk syura. Kemudian kami meninggalkan kantor JF menuju kampus.
Dari kantor masjid kami kemudian menuju ke halaman GKB 1 yang dilengkapi danau untuk mengambil gambar. Tidak berapa lama menikmati pemandangan di komplek GKB 1, akh Zainul mengajak kami memutar ke belakang kampus. Di belakang kampus terletak lapangan sepak bola lengkap dengan podium dan arena lari yang berputar mengelilingi lapangan. Di tepi lapangan ditumbuhi  pepohonan yang berjejer menyelimuti sayap barat lapangan yang semakin menambah keindahan pemandangan siang itu.
Di sebelah timur lapangan terdapat taman flora dan fauna milik kampus. Tempat ini digunakan untuk mendukung aktivitas perkuliahan mahasiswa Biologi.
Ketika masuk taman ini, mata kami disuguhi penampilan berbagai jenis tanaman dan pohon yang berjejer di tepi jalan taman. Hewan yang ada di taman menambah iklim kehidupan alam liar di tempat itu. Hewan yang banyak ditemui kebanyakan dari spesies unggas dan mammalia, diantaranya; rusa, merpati, merak, kalkun, kambing dan ayam. Melihat penghuni taman yang cantik tersebut,  mengobati rasa letih kami mengelilingi kampus. Puasss!!
Asyik berkeliling kampus hujan pun turun sekitar pukul 17.00 WIB. Kami memutuskan kembali ke kantor JF sambil menunggu waktu shalat magrib.
Setelah shalat maghrib dan makan malam di warung murah “Assalamu’alaikum” depan kampus UMM. Kami diajak akh Zainul menuju ke kontrakan ikhwah di sekitar kampus. kontrakan yang pertama kami kunjungi terletak di pemukiman warga yang berjejer searah dengan kampus. Sebelum sampai kontrakan tersebut, kami mampir sholat Isya di sebuah masjid tidak jauh dari kontrakan tersebut.
Kontrakan yang kami kunjungi tersebut cukup besar, dengan sepuluh kamar. Ketika masuk penghuninya kebanyakan tidak mudik sehingga suasana semakin ramai. Awalnya saya kira kontrakan tersebut tidak memiliki nama, tetapi setelah berdiskusi banyak dengan penghuninya ternyata nama kontrakan tersebut “Abu Nawas”. Ya, nama yang unik karena penghuni kontrakan ini juga unik. Karena penghuni Abu Nawas mayoritas ditempati kader KAMMI senior dan dikenal ramah serta kocak. Penghuninya yang namanya masih saya ingat; akh Azzam/bos Abu Nawas (Ilmu Pemerintahan/-), Syifa (Biologi/-), Atiq (HI/2008). Yang menarik dari Abu Nawas adalah salah satu penghuninya yang sekarang diamanahkan sebagai bos mahasiswa UMM, tepatnya Presiden BEM UMM periode 2011-2012.
Setelah cukup lama bersilaturrahmi di Abu Nawas, kami pun memutuskan pulang karena besok akan kembali ke Jogja. Karena akh Zainul ada agenda penting malam itu, maka kami diantar oleh akh Febri (Pend. Bhs Inggris/-) menuju Rantisi.

Senin, 31 Januari 2012
Pagi ini hujan mengguyur kota Malang sehingga menambah dinginnya Rantisi. Menurut jadwal kami akan berangkat pagi, tetapi melihat kondisi alam yang kurang bersahabat maka kami memutuskan untuk berangkar agak siang. Sambil mengisi waktu yang terbuang kami memutuskan untuk berkunjung ke Komsat KAMMI UMM.
Akh Zainul mengajak kami menuju ke, kontrakan di depan Komsat KAMMI. Pada awalnya saya sedikit bingung kenapa kami tidak diajak ke berkunjung ke Komsat KAMMI, tetapi ternyata ketua Komsat KAMMI tinggal di kontrakan tersebut. Pada saat kami tiba di kontrakan tersebut, ketua KAMMI sedang keluar karena ada agenda penting. Sehingga kami ditemani oleh salah satu penghuni kontrakan tersebut yang juga merupakan Pengurus Harian (PH) KAMMI. Nama beliau, akh Zulfikar (Jurusannya lupa).
Kontrakan tersebut dinamakan Gaza (mirip dengan nama Komsat KAMMI UNY). Gaza memiliki empat kamar dengan penghuninya yang lebih dari lima orang termasuk ketua KAMMI UMM.
Setelah beberapa lama berdiskusi dengan akh Zulfikhar tentang dakwah KAMMI di UMM, akhirnya ketua KAMMI UMM tiba di Gaza. Beliau orang yang proaktif dan ramah, nama beliau akh Bayu (HI/2008).
Kami dan beliau banyak berdiskusi tentang KAMMI UMM sampai Kammi Daerah (KAMMDA) Malang secara umum. Penjelasan beliau mengenai potret kaderisasi dan ekspansi KAMMI UMM yang semakin baik membuat saya kagum dan sekaligus tertarik menggali strategi pergerakan KAMMI dibawah kepemimpinan beliau. Lebih jelasnya saya akan banyak menuliskannya dalam bagian kedua tulisan ini.
Setelah dua jam berdiskusi di Gaza, kami memutuskan untuk kembali ke Rantisi. Di Rantisi kami sudah dinantikan akh Rahmad –karena akh Zainul KKN diluar- yang diamanahkan akh Zainul untuk mengantar kami ke terminal.
Setelah makan siang di samping kontrakan akh Rahmad. Kami langsung meluncur ke terminal Arjosari diantar oleh akh Rahmad dan akh Febri. Good Bye Malang. Syukran kepada ikhwah fillah semua ^_^

Pelajaran
Pada segmen kedua tulisan ini saya akan menggambarkan kondisi dakwah KAMMI di kampus UMM. Pada tulisan ini saya hanya menuliskan kondisi KAMMI UMM, tidak untuk LDK. Karena tidak banyak informasi yang bisa saya kumpulkan sehingga ditakutkan informasi yang saya sampaikan cenderung subyektif. Akan lebih baik lagi nanti bisa ditambahkan oleh akh Zennul tulisan mengenai kondisi LDK di UMM, melihat banyak diskusi yang  beliau lakukan dengan akh Zainul selaku ketua JF, maupun rekan-rekan kader LDK yang lain.  
UMM merupakan salah satu kampus milik organisasi persyarikatan Muhammadiyah yang cukup berhasil sebagai instrument pengayaan intektualitas mahasiswa Indonesia. Terbukti dengan jumlah mahasiswanya yang lebih dari dua puluh ribu orang –paling banyak diantara kampus Muhammadiyah di seluruh Indonesia- serta berbagai prestasi akademik dan non-akademik yang ditorehkan olehnya. UMM pada saat ini memiliki program pertukaran mahasiswa dengan lebih dari tiga puluh universitas di seluruh dunia. Hebatnya program ini disediakan tidak hanya untuk mahasiswa dari program studi atau jurusan tertentu, namun untuk semua program studi mahasiswa yang dimiliki UMM.
UMM memiliki sebelas fakultas meliputi sepuluh fakultas sarjana dan satu fakultas pasca sarjana (program magister dan doctoral). Kesebelas fakultas tersebut terbagi menyebar ke tiga wilayah kampus. kampus III digunakan untuk program pascasarjana, kampus II untuk fakultas kedokteran, kesehatan dan farmasi dan kampus I ditempati oleh sembilan fakultas program sarjana.
Kultur mahasiswa di UMM sangat beragam, karena rata-rata mahasiswa di kampus tersebut berasal dari seluruh daerah Indonesia dan di kampus ini bisa ditemukan mahasiswa dari Sumatra sampai Papua. Dengan keragaman mahasiswa UMM tersebut, menimbulkan semacam kecenderungan mahasiswa yang berasal dari daerah yang sama untuk membetuk suatu paguyuban (perkumpulan) yang pada klimaksnya (titik akhir) melahirkan ORDA.
ORDA tidak saja secara aksiomatik (fakta yang tidak perlu dipertanyakan kebenarannya) menjadi perkumpulan aktivitas mahasiswa daerah di UMM saja. Tetapi, aktivitasnya kini semakin meningkat dan meluas menjadi aktivitas politik dengan ditemukannya satu atau lebih ORDA yang mendirikan partai politik (PARPOL) kampus sebagai sarana pengaktualisasian ideologi kedaerahan mereka. Misalnya ORDA dari Sulawesi Selatan yang pada tahun 2011 kemarin ikut berkompetisi dalam Pemira kampus.
Gerakan mahasiswa yang eksis berada di kampus UMM tidak saja Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) seperti yang ditemukan di seluruh kampus Muhammadiyah di seluruh Indonesia. di kampus putih ini juga eksis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Islam-Diponegoro (HMI-Dipo), HMI-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan beberapa organisasi “kiri”.
Eksistensi KAMMI di UMM
KAMMI Komisariat UMM pada saat ini (2011-2012) dipimpin oleh akh Bayu Anggara sebagai ketua KAMMI. Beliau dibantu dengan tiga departemen: departemen Kebijakan Strategis (KASTRAT), Kaderisasi, Hubungan Masyarakat (HUMAS) dan Keuangan beserta Sekretaris dan Bendahara.
KAMMI pada periode kepengurusan 2011-2012 ini memiliki enam puluh kader dengan persentase keaktifan kader 40% dari total kader seluruhnya. Meskipun baru melaksanakan satu kali Daurah Marhalah 1 (DM1) kader baru yang sudah terekrut lebih dari sembilan puluh orang. Belakangan KAMMI melakukan perekrutan dengan menitip kepada DM1 kampus lain serta melalui beberapa agenda formal lain yang identik dengan DM1.
KAMMI dalam agenda penguatan kaderisasi tidak saja mengandalkan serangkaian agenda formal yang rutin berjalan, tetapi penguatan non formal juga menjadi perhatian yang menguat. Salah satu contoh, kontrakan kader KAMMI tidak saja Komsat secara simbolik menjadi pusat aktivitas kaderisasi. Tetapi lebih masif daripada itu, kontrakan kader semakin diperbanyak sebagai sarana pembinaan kader dan menjadi lingkungan yang kondusif sebagai sarana pengayaan kapasitas keIslaman dan intelektualitas kader serta sarana ideologisasi nilai-nilai gerakan.
Pada aspek financial untuk pendanaan kegiatan, KAMMI UMM mengandalkan departemen Keuangan mereka. Menurut akh Bayu, keran finansial mereka diandalkan kepada bisnis organisasi yang dikoordinir oleh departemen keuangan dengan melibatkan seluruh kader. Beliau menambahkan bisnis yang mereka jalankan untuk sekarang masih serabutan (belum menentu). Meskipun lanjut beliau dapat membantu pendanaan sebagian besar kegiatan organisasi. Misalnya, dari penjualan kue Donat di ruang-ruang kuliah serta berbagai agenda kampus bisa meraup profit sampai satu juta rupiah. Pendapatan ini belum ditambah bisnis yang lain sehingga bisa mendanai agenda organisasi dalam satu tahun. Untuk pendanaan dari alumni yang biasanya banyak memberi kontribusi pada organisasi, tidak mereka andalkan karena ditakutkan melahirkan kultur kemanjaan kader.
KAMMI memenangkan Pemira BEM UMM
KAMMI UMM periode 2011-2012 bisa disebut kepengurusan KAMMI yang berhasil karena tidak saja dapat merekrut kader baru dalam jumlah yang banyak tetapi lebih daripada itu melakukan gebrakan yang besar sepanjang sejarah KAMMI di UMM, yakni berhasil memenangkan Pemilu Raya Mahasiswa (PEMIRA) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada bulan juni 2011 dengan menempatkan salah satu kader mereka yakni, akh Syifa  menjadi Presiden mahasiswa.
Sebelum KAMMI memenangkan Pemira BEM di kampus UMM, BEM pernah dimenangkan oleh HMI-Dipo, tepatnya satu tahun sebelumnya periode 2010-2011. Sedangkan IMM yang biasanya memenangkan kursi presiden BEM, sudah mendahului sejak dulu sampai berakhir di tahun 2010.
Kekalahan IMM pada saat itu salah satu penyebabnya adalah perubahan sistem Pemira yang dilakukan oleh mereka sendiri pada saat memimpin di tahun 2009-2010. Sistem Pemira yang semula dilaksanakan menggunakan sistem distrik (baca: pemilihan tidak langsung). Yakni sistem yang mengatur pemilih/mahasiswa setiap fakultas memilih perwakilan fakultas (BEM/DPM) pada Pemira fakultas. Kemudian perwakilan dari masing-masing fakultas akan memilih Presiden BEM yang baru pada saat penyelenggaraan Pemira. Karena mayoritas BEM dan DPM fakultas pada saat itu dikuasai oleh IMM, maka akan mempermudah mereka untuk kembali memenangkan Pemira. Karena dalam prosedurnya sistem distrik akan menghapus suara dan jumlah kursi  partai minoritas yang kalah dalam Pemira di fakultas. Karena melihat sistem yang kurang adil tersebut maka akhirnya dirubah menjadi sistem proporsional (baca: pemilihan langsung). Akibat kebijakan pada waktu itu IMM kemudian tidak pernah lagi memperoleh kemenangan dalam dua tahun terakhir. Ditambah lagi perpecahan yang terjadi pada tubuh IMM antara dua organisasi Koordinator Fakultas (KORFAK) IMM.
Kemenangan KAMMI pada Pemira waktu itu sebenarnya berawal dari jumlah suara yang tidak terduga. Karena hanya beberapa fakultas yang dipastikan memberi suaranya kepada KAMMI. Tetapi karena elektabilitas (tingkat keterpilihan) capres yang tinggi disertai propaganda media yang rapi dan manuver mesin politik yang massif di kedua kampus sehingga bnayak membantu dalam perolehan suara. Ditambah lagi fakultas Teknik yang merupakan basis suara IMM dan salah satu ORDA mahasiswa memberikan suaranya kepada KAMMI. Akibatnya suara KAMMI meningkat dan meninggalkan perolehan suara dari HMI-Dipo dan IMM yang masing-masing berada di tempat kedua dan ketiga.

Komentar

  1. Halo bosku , selamat siang
    jangan lupa mampir main di ACEPOKER99
    jangan hanya di lihat saja bosku :)
    di coba main dan menangkan kelipatan permainan
    dan anda akan merasa puas jika anda menang
    jutaan rupiah , modal cukup 25.000
    sudah bisa anda mainkan
    yuk daftar saja langsung di http://acepoker99.net/app/login.aspx

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*