Mengapa KAMMI DIY Menolak Capres 2014?




Pada diskusi pra demonstrasi Pilpres 2014 malam Minggu kemarin, pengurus KAMMI Wilayah DIY mengusulkan wacana ketidakpercayaan kepada dua pasangan capres cawapres: Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo-Hatta. Hampir semua kader yang hadir sepakat dengan wacana itu. tetapi banyak juga yang berbeda pendapat. 

Kamwil menawarkan agar KAMMI sebaiknya netral. Tidak berpihak pada capres manapun. Sebab, komposisi capres yang ada tidak menunjukkan iktikad baik untuk membangun bangsanya. Politik busuk lebih di kedepankan ketimbang politik etik. “Golput saja lah,” kelakar Mas Dedi. 


Sebenarnya wacana ini sudah lama kudengar. Semula dari Bara (mantan Ketua KP Kamwil) –dan kawan-kawan Kamwil DIY, ketika mengomentari hasil Pileg April kemarin. Sejujurnya semula aku heran. Apa maksud ia menyampaikan ide tersebut? Menurutku saat itu, Prabowo adalah calon terbaik –aku semula adalah pendukung Prabowo. Seolah-olah KAMMI tidak tahu saja gaweannya Prabowo. “Bukankah Prabowo cukup baik di dbandingkan dengan Jokowi?” Aku membatin.

Alasan komentar Bara belakangan kupikir cukup sederhana. Pertama, ketika menolak Jokowi, ia mendasarkan pada penderitaan yang di alami warga DKI. Mereka belum dapat kejelasan mengenai nasib mereka. Bencana  banjir dan kemacetan yang selalu datang belum rampung di selesaikan Jokowi. Apalagi sang gubernut akhir-akhir ini dituduh terlibat dalam korupsi pengadaan Bus Transjakarta yang dinakhodai oleh tim suksenya.

Namun, dalam kondisi yang masih centang perenang itu. Jokowi malah tenang-tenang saja mencalonkan diri sebagai RI 1. Memilih menjadi boneka PDIP untuk menuruti syahwat politiknya yang belum terpuaskan. Mengkhianati amanah rakyat. Lupa akan sumpahnya dahulu di bawah kitab suci Al-Quran. 

Kedua, Bara menolak Jokowi juga atas dasar gerbong yang berada di belakang Jokowi. Sudah jadi rahasia umum Jokowi membawa kepentingan neolib dan Amerika di belakangnya. Buktinya, James Riyadi sebagai pendonor kemenangan Clinton di masa lalu kini masuk menjadi tim sukses Jokowi. Silaturahmi duta besar Amerika, Vatikan dan beberapa negara Barat beberapa waktu lalu di sinyalir membawa kepentingan besar yang berpotensi merugikan Indonesia, khususnya umat Islam.

Sedangkan Prabowo sejauh yang Bara dan kawan-kawan di Kamwil lihat tidak mempunyai kekurangan yang berarti. Aib dirinya di masa lampau tidak terlalu menjadi perbincangan hangat. Bahwa ia menculik aktivis pro demokrasi itu memang benar. Tapi, langkah-langkah berikutnya seolah-olah membuat skandal itu semakin tidak menarik. Apalagi kabarnya, sebagian aktivis yang ia culik sudah di bebaskan. Malah kini bergabung dengan partainya

Prabowo sejak Pemilu 2009 punya gagasan yang berbeda dari tokoh-tokoh politik lain. Sistem ekonomi ingin ia rubah kembali menggunakan ekonomi kerakyatan. Sebagaimana di zaman Bung Karno dulu. KAMMI pun tertarik karena ada kesamaan visi –meskipun muncul MLB sebagai klimaksnya karena bersebrangan dengan usungan partai. Tahun ini, Prabowo tetap konsisten dengan isu yang ia bawa. Sehingga menarik simpati kaum buruh mengarahkan dukungannya. Prabowo langsung menerima tuntutan mereka dan berjanji akan menunaikannya ketika terpilih nanti. 

Tetapi justru ada kontroversi besar disini. Yang kemudian membuat KAMMI gamang dengan political will Prabowo. Lagipula sejak awal KAMMI sudah ragu dengan omongannya. Kita tahu suara Partai Gerindra melejit 100 persen pada pemilu kemarin. Memposisikannya masuk sebagai tiga partai perolehan suara besar: 11,81%. Tapi itu belum cukup, karena ia harus  berkoalisi. Sebab, ambang batas mengusung capres harus bermodal minimal 25% suara partai. Maka, tidak ada jalan lain selain koalisi. 

Anehnya, Prabowo menarik kawan koalisi yang kalau kita telisik lebih dalam punya visi yang berseberangan dengan visinya semula (Contradictio in terminis). Mempraktikkan liberalisasi ekonomi dengan mengucurkan dana besar untuk mega proyek yang merugikan bangsa sendiri. MP3EI  salah satu contohnya. Sangat paradoks dengan 6 program aksi yang bercorak sosialis. 

Apalagi ketika Deklarasi Polonia kemarin kita menyaksikan Prabowo menggandeng Hatta Rajasa sebagai cawapres. Seorang tokoh yang sikap politiknya seperti di atas (neolib). Dengan langkah paradoks itu, KAMMI menilai Prabowo ternyata lebih mementingkan faktor pragmatisme suara ketimbang etika. Kita tahu suara PAN paling tinggi di antara partai-partai peserta koalisi. Tak bisa dibayangkan jika nantinya Prabowo terpilih sebagai presiden berikutnya. Bagaimana ia akan mengamankan visi misinya yang katanya merakyat itu. Tapi kalau saya lihat sejak awal itu hanya sekedar pemanis bibir belaka. Sekedar untuk menarik perhatian komunitas-komunitas anti kapitalisme. Jelas janji-janji Prabowo itu tidak lain dari wajah politik populisme. Tren berpolitik bangsa kita hari ini.

Dengan begitu KAMMI DIY sepakat, baik Jokowi atau Prabowo, bukanlah pemimpin yang tepat bagi bangsa ini. Keduanya berpotensi mengulang sejarah kepemimpinan nasional –sejak 1999 sampai 2014- yang tidak menghadirkan perbaikan sama sekali. Kepemimpinan yang gagal menghadirkan pemerataan ekonomi bagi bangsanya. Sembari menipu rakyat dengan menyodorkan peningkatan pertumbuhan ekonomi setiap tahun (6%). Padahal pendapatan perkapita rakyat per tahun sangat kecil. 

Jokowi dan Prabowo pada dasarnya adalah orang-orang baik. Punya niat untuk memperbaiki bangsa ini. Tetapi metode yang mereka pilih keliru. Mereka mengikuti bagaimana mainstream politik bermain. Bukan etika yang di ajarkan agama dan para filsuf. Tak heran, sejak awal kepentingan  yang mereka bawa sudah ternodai oleh dosa-dosa di masa lampau. Termasuk dosa-dosa di masa kini. Sehingga bagi KAMMI, keduanya merupakan capres yang tak layak dipilih. Meskipun begitu, KAMMI tidak mengajak rakyat untuk golput. Itu hak dan keputusan masing-masing untuk melabuhkan pilihannya. Yang ingin KAMMI sampaikan cuma ini: kenalilah capres itu baik-baik, visi yang mereka bawa, telusuri alasan mereka mencalonkan diri, dan siapa saja yang membonceng di belakang. Sekian! 

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq.


Jadan, 22 Mei 2014

Komentar

  1. terus solusinya apa? buknya parpol islam sibuk koalisi?

    BalasHapus
  2. Aku ga sepakat sama 'tidak menghadirkan perubahan sama sekali'

    Indonesia sudah menunjukkan tren perbaikan, banyak sekolah udah gratis, indonesia juga pernah menjadi tuan rumah konvensi internasional, ga ada konflik yg besar.

    Kalimatmu kayak gitu seakan nggak mengapresiasi kerja pemerintah..

    BalasHapus
  3. Lha.. bukannya kemaren2 bilang golput haram??

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Prinsip Gerakan KAMMI*