Reportase Diskusi Pra-Aksi KAMMI Daerah Bantul: Idham Tak Layak ke Senayan
BANTUL-Selasa kemarin (27/05), KAMMI Daerah Bantul menyelenggarakan diskusi
di komisariat KAMMI UMY. Dusun Jadan, Kecamatan Kasihan, Bantul. Diskusi yang dimulai
pukul 16.30 tersebut, membahas mengenai kasus korupsi yang menjerat mantan
Bupati Bantul, Idham Samawi.
Sejak 17 Juli 2013 kemarin, Idham telah resmi di tetapkan sebagai
tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia dituduh telah
melakukan korupsi Dana Hibah APBD Bantul tahun 2011 sebesar 12,5 Miliar.
Pada Pemilu April kemarin, Idham telah resmi terpilih sebagai
Anggota DPR RI. Sehingga, terjadi kontradiksi antara keterpilihannya dan kasus
tersebut. KAMMI menilai seharusnya setelah di tetapkan sebagai tersangka,
dengan sendirinya ia mesti legowo
mundur dari pencalonannya sejak awal. Menjunjung etika politik dengan fokus pada
kasus yang menjeratnya. Atas dasar itulah diskusi tersebut di selenggarakan.
Diskusi kemarin dihadiri oleh kader KAMMI se-Bantul. Dari KAMMI Komisariat
UMY dan UMBY. Diskusi dibuka oleh Andi Hijrian sebagai moderator, dilanjutkan
dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Wirdan Fanani.
Zulfikhar, Ketua Kamda Bantul, bertindak selaku pemantik diskusi. Ia
membuka diskusi dengan menjelaskan sederet keberhasilan Idham ketika dulu memimpin
Bantul. Mulai dari keberhasilan ketua DPD PDIP DIY itu mengelola sektor
kelautan yang selama ini belum pernah di sentuh. “Warga Bantul di daerah pantai
sudah di didik cara melaut. Dengan mendatangkan nelayan dari Jawa Timur untuk
melatih. Makanya, nggak heran
sekarang banyak warga Bantul jadi nelayan. Pak Idham juga sudah mendirikan SMK
Kelautan untuk membantu program tersebut. Mencari, meneliti dan mengembangkan
potensi kelautan Bantul yang sekiranya bisa di manfaatkan.” Tuturnya.
Selain itu, lanjut Zulfikhar, Idham juga sangat peduli pada nasib
petani di Bantul. Masalah-masalah lama yang sering di alami petani di akhiri. Masalah
modal dan akses ke pasar di reformasi. Tidak heran, hasil panen meningkat. Bantul
menjadi salah satu daerah penyedia beras nasional.
“Pada sektor perdagangan, Idham Samawi punya kontribusi besar yang
tidak kalah berhasil,” tambah Zulfikhar. Menurutnya, Idham punya kontribusi
besar menyelamatkan nasib pedagang tradisional. Jamak diketahui, hampir seluruh
daerah di negeri ini, nasib pedagang tradisional semakin tidak jelas. Mereka
mulai tersingkir dari sumber kehidupannya. Bertebarnya mall-mall dan minimarket menjadi salah satu
alasan. Keberadaan mereka menarik para konsumen berbelanja kapan saja (24 jam) dengan
harga terjangkau. Idham Samawi tidak ingin fenomena tersebut terjadi di Bantul.
Ia membuat Perda pelarangan pembangunan mall di Bantul. Jumlah minimarket
dibatasi dan jaraknya dengan pasar tradisional di atur. Dampaknya, sekarang pasar
tradisional di Bantul bisa survive
sampai sekarang. Masa depan mereka terjamin.
Menurut Zulfikhar, sektor pariwisata juga menjadi fokus reformasi
Idham. Terutama bidang kerajinan yang dikelola dengan baik. “Di Bantul, banyak
terdapat pengrajin yang menggantungkan hidupnya dari bidang ini. Mereka banyak
menghasilkan berbagai macam benda-benda kerajinan. Namun, mereka selama ini
mengalami kendala dalam masalah pemasaran. Pasar dalam negeri kurang menjamin karya
mereka bisa terjual. Akhirnya, Pak Idham memperantarai para pengrajin itu
dengan pebisnis luar negeri. Melalui pameran-pameran yang di selenggarakan di
Eropa, para pengrajin itu diajak. Rupanya karya mereka disukai dan mereka bisa
memasarkannya sendiri di sana. Dampaknya, saat ini banyak pengrajin di Bantul
yang sukses.”
Melalui sederet karya-karya tersebut, Idham
tentu mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat di Bantul. Banyak kebijakannya
yang di dukung. Tidak heran, ia dipilih memimpin
Bantul selama dua periode. Istrinya, Sri Surya Widati, juga di percaya untuk
meneruskan kepemimpinannya. Kepercayaan masyarakat yang teramat besar tidak
menaruh sedikit pun rasa keraguan pada kepimpinan Idham. Membuat Zulfikhar
berkelakar, “jangankan isterinya yang dipilih memimpin. Sampai anak cucunya pun
akan tetap dipilih. Maka jadilah dinasti politik. Seperti yang terjadi di
Banten sekarang ini.”
Masa Depan Idham
Vonis tersangka yang dikeluarkan Kejati membuat masyarakat Bantul
tersentak kaget. Antara percaya dan tidak percaya dengan keputusan tersebut. Mereka
ragu, bupati yang selama ini berpihak pada mereka melakukan tindakan serendah
itu. Beberapa hari kemudian, muncul banyak spanduk bertebaran di Bantul. Berisi
ketidakpercayaan beberapa oknum masyarakat Bantul atas vonis Kejati tersebut.
Mereka mengajak masyarakat agar percaya pada Pak Idham ketimbang vonis
tersebut.
Penyelidikan Kejati sejak Januari 2013 juga menetapkan tersangka
lain. Yaitu mantan Kepala Kantor Pemuda dan Olah Raga Bantul, Edy Bowo
Nurcahyo. Edy dituduh menggunakan kewenangannya mencairkan dana tersebut. Atas perintah Idham
sebagai bupati waktu itu.
Dana hibah di cairkan untuk keperluan KONI Bantul. Dari KONI
dialirkan ke PSSI Bantul dan berakhir di Persiba. Dimana Idham memimpin sebagai
ketua. Idham juga memimpin KONI dan PSSI Bantul. Hingga saat ini tidak jelas
dana itu digunakan untuk keperluan apa. Dugaan yang paling besar untuk
kepentingan Idham pribadi. Sebab, tidak ada pertanggungjawaban yang jelas
mengenai penggunaan dana tersebut.
Zulfikhar mengatakan, dana hibah itu di cairkan dua kali. Yang
pertama melalui APBD 2011 sebanyak 8 Miliar. Yang kedua 4,5 Miliar. Sehingga genap
12,5 Miliar jika dijumlahkan. Tetapi, uang itu langsung di kembalikan Idham ke
Kas Daerah Bantul sehari setelah vonis dikeluarkan. Uang pengganti diangsur
tiga kali dan lunas pada 6 Maret 2014 kemarin. Yang menarik, uang itu adalah
pinjaman dari pengacara Idham sendiri, Augustinus Hutajulu.
Pinjaman dari Agustinus
membuat Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) DIY harus mengaudit uang tersebut. Memastikannya benar-benar
bersih. Anehnya, audit itu di serahkan pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di
Jakarta. Bertumpuk dengan pekerjaan lembaga audit itu yang juga sibuk dengan
kasus korupsi di Ibukota. Prosesnya pun semakin lama, apalagi saat ini pemeriksaan
sementara di liburkan hingga Pemilu 2014 berakhir. Salah satu alasan yang
membuat persidangan hingga kini belum dimulai.
Pemeriksaan BPK seolah
membuat kasus yang menjerat Idham makin tidak jelas ujungnya. Antara berujung
dengan sanksi penjara atau tidak. Sebab, sudah menjadi rahasia umum Idham cukup
berpengaruh di DIY. Penangguhan penahanannya tidak lepas dari posisinya
politiknya yang masih kuat. Ia juga dikenal dekat dengan Sultan Hamengkubuwono
X.
“Kekuatan hukum yang
menjerat Idham pasti ada. UU No 31 tahun 1999 sudah menegaskan hal itu. Pada
pasal 4 jelas disebutkan orang yang melakukan tindak pidana korupsi kemudian
mengembalikan uang yang dikorupsinya tetap di dikenakan sanksi.” kata
Zulfikhar. Memang dalam pelaksanaannya, sanksi penahanan kebanyakan dikurangi
oleh hakim. Meskipun dalam UU tersebut minimal masa penahanan 4 tahun. Contohnya,
kasus korupsi mantan Bupati Kutai Kertanegara yang di vonis hukuman penjara 2,5
tahun.
Melihat kasus yang sudah
berlarut-larut, Zulfikhar dalam diskusi tersebut mengajak kader KAMMI se-Bantul
untuk menggelar demonstrasi. Untuk menwartakan pada masyarakat, bahwa kasus
korupsi tersebut tidak jelas kelanjutannya. KAMMI juga menuntut Kejati dalam
waktu sesingkat-singkatnya menggelar persidangan untuk memperjelas status
Idham. Juga meminta kepada DPD PDIP Propinsi DIY untuk mendorong Idham mundur
sebagai legislator.
Kurang lebih 30 menit
Zulfikhar berbicara. Setelah penjelasan dirasa cukup, pembicaraan di akhiri di
kembalikan ke moderator. Forum diskusi tanya jawab dibuka.
Diskusi dimulai oleh
pertanyaan dari Jey. Mahasiswi Hubungan Internasional UMY angkatan 2010.
Mahasiswa asal Makassar ini mempertanyakan tujuan KAMMI menggelar aksi
tersebut. Dengan retorika yang tertata rapi, ia menanyakan tuntutan besar
KAMMI? “Mengapa hanya korupsi dana APBD saja yang di tuntut? Mengapa tidak
kasus korupsi Idham yang lain?”, pungkasnya. Rupanya menurut Jey, Idham Samawi
tidak hanya tersangkut kasus dana hibah. Ada kasus-kasus lain yang diduga juga melibatkan
dirinya.
Pertanyaan kedua
disampaikan oleh Andi Hijrian. Moderator diskusi yang sedang kuliah di
pascasarjana Ilmu Politik UGM. Andi paling banyak membeberkan pendapatnya
mengenai bentuk aksi daripada bertanya. Mahasiswa alumni Ilmu Pemerintahan UMY
ini lebih sepakat kalau aksi menuntut pengunduran diri Idham di barengi dengan
kasus korupsi-korupsi yang lain. Seperti mengorek carut marut penegakan hukum di
negeri ini. Sebab, juga akan menyangkut kertarikan media massa yang beberapa di
antaranya pro dengan Idham. Ia mengusulkan sebaiknya aksi tidak di
selenggarakan di kantor DPD PDIP DIY. Untuk meminimalisir kemungkinan terjadi chaos dan juga untuk kelancaran
pelaksanaan aksi. Lebih tepat menurutnya kalau aksi di lakukan di depan Kejati
DIY saja. Asal bukan di DPD PDIP. Andi juga mempertimbangkan kalau pada aksi
tersebut sebaiknya tidak perlu menggunakan nama KAMMI.
Wirdan Fanani yang bertanya
berikutnya kebanyakan meneruskan pendapat Andi. Ia sepakat mempertimbangkan isu
yang di angkat KAMMI hanya menyasar skandal korupsi Idham. Tidak jauh beda
dengan Tety Rahmawati. Dosen Hubungan Internasional UMY ini juga mempersoalkan
ketertarikan media massa. “Tak ada gunanya aksi ini kita gelar tanpa diliput media massa,” tutur wanita asal Lampung itu.
Sesi diskusi ditutup
oleh pertanyaan dari Abdul Rais Kaharuddin. Ia lebih cenderung sepakat pada isu
semula yang ditawarkan Andi. Mengenai penggabungan isu korupsi Idham dengan isu
korupsi yang lain. Tetapi, mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY angkatan 2013 ini,
mempertanyakan isu korupsi yang akan di gabung. “Kalau mau di gabungkan,
isu-isu korupsi apa yang tepat?” Tuturnya mengakhiri pertanyaan.
Zulfikhar kembali di
persilahkan moderator menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ia mengaku
pertanyaan yang di ajukan Jey paling berat. Sehingga, ia memutuskan untuk
menjawabnya lebih dulu.
Menurutnya, aksi
tersebut di gelar semata-mata untuk menegaskan sikap KAMMI yang memandang
kebatilan sebagai musuh. “Kita harus menegaskan bahwa kebenaran adalah
kebenaran dan kejahatan benar-benar adalah kejahatan.” Tandas bekas Ketua KAMMI
UMY tersebut.
Ia mengakui selama ini
hubungan KAMMI dengan Idham sangat dekat. Sejak masih menjabat sebagai bupati
sampai pensiun. Beberapa kali pengurus KAMMI DIY di terima Idham di rumahnya. Saling
bertukar pikiran dan membicarakan masalah-masalah kebangsaan. “Saya akui
hubungan KAMMI dengan beliau sangat dekat. Tidak jarang beliau memberikan kami
uang untuk keperluan organisasi. Transportasi delegasi KAMMI DIY pada muktamar
kemarin juga dibiayai oleh beliau. Pak Idham dekat dengan semua organisasi
tidak hanya KAMMI. Seperti IMM dan HMI. Tetapi hubungan yang dekat itu tidak
membuat kami silau. Ketika beliau berbuat kesalahan maka KAMMI akan menasehati
beliau. Etikanya seharusnya seperti itu. Bukan karena beliau sudah baik pada
kita lantas membuat kita diam terhadap kesalahan yang barangkali beliau
perbuat. Kita boleh menerima kebaikan Pak Idham selama tidak mengintervensi
gerakan. Tetapi kalau sudah masuk ke wilayah itu, kita seharusnya menolak.”
Menurut Zulfikhar, aksi
tersebut perlu di lakukan agar masyarakat DIY tidak sepihak memandang Idham
Samawi. Hanya dari sisi baiknya. Agar masyarakat paham, seorang Idham Samawi
bisa juga melakukan kesalahan. “Seorang pahlawan itu memang kurang tepat
dinilai selagi masih hidup. Paling tepat kalau ia sudah meninggal.” Tutur Ketua
Kebijakan Publik KAMMI DIY itu.
“Kita melakukan aksi
agar masyarakat sadar. Rezim kepemimpinan di Bantul tidak sesempurna yang
mereka kira. Kita tahu sejak Pak Idham memimpin, Bantul semakin membaik. Tapi
rupanya ada kejahatan yang disimpan dalam sistem. Sebagaimana banyak petinggi
birokrasi di Bantul yang dimutasi tanpa alasan jelas. Misalnya, kemarin ada
ketua lembaga tertentu yang di mutasi oleh Ibu Bupati tanpa alasan jelas.
Alasan yang paling kuat karena ketua lembaga tersebut berseberangan pandangan
dengan bupati. Mirisnya, ia digantikan dengan ketua Satpol PP. Yang kita tahu kapasitasnya
tidak berhubungan dengan lembaga tersebut. Nah, masalah-masalah seperti ini
seharusnya di advokasi oleh mahasiswa. Namun, faktanya gerakan mahasiswa tiarap
di Bantul. Nggak ada yang berani
menggelar demonstrasi. Padahal sebenarnya banyak LSM yang menunggu-nunggu kerja
sama mahasiswa. sebab, mereka punya banyak data mengenai kebobrokan tersebut
tapi tidak punya eksekutor di lapangan untuk memproduksi isu lebih besar. Yang
seharusnya di emban oleh gerakan mahasiswa. Sampai hari ini belum ada gerakan
mahasiswa yang berani terjun ke Bantul. Mereka semua takut dengan preman-preman
yang melindungi rezim. Kalau KAMMI berhasil menyelenggarakan aksi ini dengan
baik, saya pikir KAMMI akan di perhitungkan pengaruhnya dan bisa menginspirasi
gerakan mahasiswa yang lain untuk berjuang bersama.”
Diskusi mulai menghangat ketika Zulfikhar menjawab tanggapan dari
Andi Hijrian. Beberapa kali pembicaraannya di potong Andi yang kembali menegaskan pendapatnya. Menurut
Zulfikhar, penggabungan isu itu sebenarnya baik. Tapi akan mengurangi pesan dan
semangat tuntutan massa aksi. Ia ragu kalau isu tunggal yang bakal di usung
tidak menarik media massa. Sebab, ketertarikan media tergantung pada kebaruan
isu. Apalagi isu mengenai korupsi Idham Samawi jarang di lirik gerakan
mahasiswa. “Kita tidak akan tahu sebelum mencoba. Saya pikir isu yang kita
angkat belum tentu ditolak media. Beda halnya dengan aksi KAMMI DIY kemarin
yang menuntut tolak capres 2014. Dalam bisnis ada istilah diferensiasi. Kita
menampilkan isu yang benar-benar berbeda dan jarang di angkat mahasiswa. Saya
pikir ini akan menarik wartawan. Nggak
mungkin wartawan tidak akan meliput aksi kita kalau mereka kita beritahu
sebelumnya. Kemarin saja, waktu aksi tolak capres, saya di wawancarai Jogja TV
dan KR. Meskipun tidak diberitakan. Intinya
kita perlu mencoba dulu. Nggak perlu
di pikirkan aksi kita akan di beritakan atau tidak. Tinggal kita evaluasi saja
jika aksi besok tidak berhasil. Maka bisa kita rubah dengan usulan kawan-kawan
tadi.”
Di tengah pembicaraan Andi menyela. “Maksud saya, aksi kita
ditampilkan dari umum ke khusus dulu. Dari penggabungan isu yang sifatnya umum
itu mengerucut ke kasus korupsi Pak
Idham.”
“Kalau menurutku malah seharusnya isu itu ditampilkan secara
induktif. Bukan deduktif.” Lanjut Zulfikhar. “Sebab, kita akan melihat sejauh
mana isu itu dilirik media. Nantinya, kalau tidak di lirik, ya kita naikkan ke
yang lebih umum. Sampai isu itu benar-benar berpengaruh.”
Jey tiba-tiba ikut berbicara. Ia sepakat saja dengan berbagai
usulan yang ada. Ia punya pertanyaan berbeda. “Mas saya mau tanya. Aksi kita
ini tidak di pengaruhi oleh pihak lain kan? Mungkin oleh partai tertentu yang
dekat dengan KAMMI. Maksud saya, aksi ini bukan aksi pesanan kan?” Peserta
diskusi yang hadir sontak tertawa lepas. Pertanyaan Jey berhasil mendinginkan suasana
yang sejak tadi memanas.
Pertanyaan Jey langsung di respon Zulfikhar. Ia tersenyum
mendengar pertanyaan itu. “Pernah ada kader senior yang bilang bahwa kebanyakan
aksi KAMMI itu pesanan. Hal itu tidak bisa saya pungkiri. Tapi, saya jamin aksi
KAMMI yang satu ini berbeda. Ini benar-benar muncul dari niat untuk menegakkan
keadilan. Lagipula sekarang KAMMI DIY tidak seperti dulu. Sikap KAMMI kini sering
berseberangan dengan partai itu. Misalnya, aksi kemarin KAMMI DIY menolak semua
capres 2014. Mereka bagi kami tidak layak memimpin. Itu jelas berbeda dengan keputusan
partai yang mendukung salah satu capres. Sama halnya dengan sikap PP KAMMI waktu
Pemilu 2009 lalu. Saat itu ketuanya Rahman Toha dan Sekjen, Fikri Aziz. KAMMI
waktu itu punya kesamaan ide dengan pasangan Mega-Prabowo. Padahal partai
mendukung SBY-Boediono. KAMMI justru malah mengkritik SBY. Sebab KAMMI menolak
cawapres Boediono yang disebut agen neolib di Indonesia. Intelektual Berkeley.“
“Jadi, tidak bisa dibilang ada kesamaan sikap KAMMI dengan partai
tertentu. Apalagi KAMMI DIY. Yang posisinya selalu anti mainstream. Beda halnya
dengan kebanyakan sikap KAMMI di daerah lain yang berbau politis.”
Diskusi sore itu di tutup dengan pernyataan penutup Zulfikhar. Ia
mengatakan, aksi yang di selenggarakan adalah murni niat KAMMI untuk menegakkan
keadilan. Apalagi selama ini KAMMI Daerah Bantul belum pernah menyelenggarakan
aksi.
Zulfikhar juga bertanya kepada peserta diskusi mengenai hari yang
tepat pelaksanaan aksi. Semua peserta diskusi sepakat hari Senin tanggal 2 Juni
2014. Di depan kantor DPD PDIP Propinsi DIY. Untuk mematangkan aksi tersebut,
hari Sabtu tanggal 31 Mei di selenggarakan rapat lanjutan. (Bisma)
Bantul, 29
Mei 2014
Komentar
Posting Komentar