Prabowo dan Sederet Tuduhan Miring
Sampai hari
ini dimana-mana para aktivis berkoar-koar menuntut Prabowo agar diadili.
Tuntutan itu meluas mulai media massa sampai media social. Posisi Prabowo sebagai Panglima Komando Strategi Cadangan Angkatan Darat (Kostrad)
saat itu di anggap sebagai posisi yang berhubungan langsung
dengan operasi penculikan aktivis prodemokrasi 16 tahun silam. 11 anggotanya yang
tergabung dalam Tim Mawar akhirnya di tetapkan sebagi tersangka pada persidangan
di Mahkamah Militer 6 April 1999.
Dengan sederet
fakta tersebut, Prabowo tentu sulit dapat mengelak dari berbagai tuduhan itu. Meskipun
sampai sekarang ia menampik. Tuduhan itu baginya fitnah dan asumsi orang-orang
yang ingin merusak integritas dirinya. Sebab sampai hari ini tuduhan-tuduhan
tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
9 dari 22
aktivis, yang disebut-sebut diculik Tim
Mawar sudah di lepaskan. Tapi tidak ada yang tahu apakah mereka masih menaruh
dendam. Sebab beberapa dari mereka kini bergabung bersama Prabowo dalam Partai
Gerindra. Seperti Pius Lustrilanang dan Desmond J Mahesa. Pius misalnya, pernah mengaku dalam sebuah
wawancara, bahwa Prabowo tidak ada
sangkut pautnya dengan peristiwa itu.
Kasus itu kemudian
membuatnya dicopot sebagai Pangkostrad sekaligus pensiun dini dari kesatuan. Isu
yang berseliweran belakangan membeberkan bahwa pemecatannya tidak ada sangkut
pautnya dengan kasus tersebut. Tetapi atas intervensi mantan Presiden Soeharto
kepada Presiden Habibie. Manuver yang dilakukan Prabowo menjelang jatuhnya sang
presiden di duga menjadi alasan arsitek Orde Baru itu.
Penyelidikan
oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP) mulai Agustus 1998 untuk menyelesaikan
kasus penculikan 13 aktivis rupanya tidak memuaskan banyak pihak. Terutama
keluarga para korban. Perwira yang diperiksa hanya berhenti pada Pangkostrad,
Letjen Prabowo dan Danjen Kopassus saat itu, Mayjen Muchdi Purwopranjono. Sangat
kentara proses persidangan sama sekali tidak adil. Tidak menyentuh perwira tinggi lainnya. Kalau saja di
selidiki lebih dalam, pasti banyak para jenderal yang ikut terseret. Khususnya
Panglima ABRI saat itu: Jenderal Wiranto.
Hasil
persidangan DKP anehnya juga tidak di beberkan kepada publik. Tak ada yang tahu
mengapa bisa terjadi? Di duga agar
rakyat tidak mengetahui konstruksi kasus secara utuh. Sehingga para perwira
yang seharusnya diperiksa, atau di duga terlibat, tidak diketahui oleh rakyat.
Otomatis tidak akan muncul tekanan-tekanan yang membuat ABRI
kebakaran jenggot. Sebab rakyat pasti curiga dan para politisi akan menggunakan
hak interpelasinya dan kalau perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut yang
tentunya akan merugikan institusi ABRI itu sendiri.
Kejanggalan Meletusnya Kerusuhan
Para
aktivis hari ini umumnya sepakat Prabowo adalah otak di balik penculikan itu. Tentu
saja beserta para jenderal ABRI yang lain.
Selain itu,
Prabowo juga dituduh terlibat dalam meletusnya kerusuhan yang terjadi
setelahnya antara tanggal 13 sampai 15 Mei. Yang menyebabkan ratusan orang tewas.
Puluhan sampai ratusan perempuan etnis
Tionghoa diperkosa oleh sekelompok orang tidak dikenal.
Banyak pihak
menduga, seperti keterangan Komnas HAM, sekelompok
orang tersebut adalah orang-orang yang terorganisir dengan baik. Bukan bagian
dari massa warga yang mengamuk sebagaimana yang di beritakan oleh media massa. Dugaan
yang kuat justru mengarah pada ABRI. Kemungkinan
dari orang-orang itu adalah anggotanya yang menyamar. Atau sengaja di sewa untuk
memperkeruh keadaan sehingga menyulut kemarahan rakyat yang lebih besar.
Peristiwa itu di duga sarat muatan politik. Untuk
menjatuhkan dan melanggengkan posisi beberapa oknum perwira ABRI. Sudah menjadi
rahasia umum di dalam tubuh ABRI saat itu sudah lama terjadi kompetisi yang
tidak sehat antara beberapa oknum jenderal. Yakni antara beberapa jenderal berpangkat
tinggi di satu pihak berhadapan dengan Prabowo. Di dalam tubuh ABRI Prabowo
mereka lihat salah satu perwira yang di anakemaskan Soeharto. Karir militernya
paling bersinar di antara perwira yang lain. Meraih dua bintang dalam usia
40-an tahun. Sehingga, perlu diciptakan sebuah keadaan kacau untuk mengakhiri
persaingan itu. Maka terciptalah kerusuhan Mei.
Tetapi kerusuhan
itu rupanya menyisakan banyak kejanggalan. Kronologinya menimbulkan banyak
tanda tanya. Hal ini yang kemudian banyak memperkuat alibi Prabowo bahwa ia
bukan otak di balik peristiwa itu;
Pertama, sebelum kerusuhan pecah,
para jenderal pergi meninggalkan Ibukota menuju Malang. Kepergian mereka
berhubungan dengan acara rutin serah terima Komando
Pengendalian (Kodal) Pasukan Pengendali Rekasi Cepat (PPRC) dalam kesatuan Kostrad.
Padahal sebelumnya mereka sudah menerima informasi dari intelijen bahwa akan
terjadi kerusuhan besar di Jakarta. Tetapi Jenderal Wiranto tetap berangkat. Usulan
dari Prabowo agar tetap di ibukota ditampik olehnya. Jenderal Wiranto juga
membawa serta beberapa perwira seperti Danjen Kopassus dan komandan Marinir. Maka
komando ABRI yang tersisa di Ibukota praktis di tangan Prabowo.
Prabowo
kemudian berinisiatif untuk mendatangkan pasukan dari luar kota untuk
mengendalikan situasi. Sebab jumlah pasukan yang tersedia menurut
perhitungannya masih kurang. Dengan menyewa
pesawat komersil dari kantongnya sendiri, pasukan tersebut di datangkan.
Sayangnya keputusan ini banyak dipelintir oleh para aktivis beserta orang-orang
yang membenci Prabowo sebagai upaya kup. Kedatangan pasukan dari luar kota itu disebut-sebut
pasukan loyal Prabowo yang datang untuk mengambil alih Jakarta. Padahal
kedatangan mereka murni urusan keamanan.
Kedua, pasukan yang berjaga-jaga
di dalam kota dilarang untuk mengambil tindakan pencegahan membendung kemarahan
massa. Larangan ini datang langsung dari Jenderal Wiranto. Ia juga tidak menambah kekuatan pasukan yang lebih
sedikit dibanding massa yang mengamuk. Sehingga, tampak jelas bahwa ABRI
melakukan pembiaran terhadap amukan massa yang terjadi kemudian.
Ketiga, saat itu ada usulan dari perwira ABRI, Sjamsu Djalal,
agar dalam Ibukota sementara waktu diberlakukan jam malam. Sebab kondisi
semakin tidak terkendali. Namun, Jenderal Wiranto sama sekali tidak mengambil
tindakan apapun. Ia seperti bukan seorang jenderal yang tidak paham psikologi massa
yang sudah terbentur keadaan serba sulit.
Pecahnya
kerusuhan akhirnya tidak dapat dihindarkan. Ribuan warga Jakarta berhamburan tumpah
di jalan. Anehnya, di Solo peristiwa yang sama terjadi dalam waktu yang
berdekatan. Massa menjarah pertokoan yang mereka lalui. Beberapa mall ikut menjadi sasaran keganasan
mereka. Seperti Jogja Plaza yang kemudian terbakar.
Massa yang
mengamuk juga membakar kendaraan roda dua dan empat yang mereka temui di sepanjang
jalan. Sehingga kondisi ibukota hari itu seperti dilanda perang sipil. Jalanan
sepi, pertokoan tutup, asap mengepul dimana-mana.
Sekali lagi
para aktivis dan juga para jenderal menyalahkan Prabowo atas kondisi itu. Asumsi
mereka, kerusuhan tersebut sengaja di rekayasa untuk melemahkan kedudukan Presiden Soeharto. Maka,
otomatis akan memperkuat tekanan massa
mahasiswa yang sedang tampil prima. Sehingga upaya pengambil alihan
sewaktu-waktu bisa dilakukan dengan dalih keamanan nasional.
Tetapi
hingga kini, tuduhan-tuduhan miring tersebut tidak dapat dibuktikan
kebenarannya. Kerusuhan itu memang pasti terjadi karena krisis yang tiada
henti. Kurs rupiah jatuh, harga barang naik, pengangguran muncul dimana-mana. Di
sisi lain, pemerintah tidak punya solusi karena disibukkan dengan agenda-agenda
sekunder untuk mengurangi krisis. Akibatnya, beberapa menteri dan kepala lembaga keuangan di pecat Presiden
Soeharto sebab tidak becus membalikkan keadaan.
Hingga kini
peristiwa yang memicu kerusuhan itu tidak jelas. Kecuali karena penembakan empat orang mahasiswa Trisakti oleh aparat
kepolisian. Rangkaian kerusuhan itu membuka langkah baru bagi tekanan-tekanan demonstrasi mahasiswa. Akhirnya, semakin banyak mahasiswa
yang turun ke jalan sehingga semakin besar kekuatan demonstran yang mengepung
gedung DPR/MPR. Sampai akhirnya berhasil di duduki pada tanggal 18 Mei.
Tuduhan Bermotif Politik
Hampir
setiap menjelang Pemilihan Umum, isu yang menyudutkan Prabowo selalu di angkat.
Terutama bagi mereka yang berseberangan dengan garis politiknya. Banyak aktivis
menjadikan isu ini sebagai materi propaganda untuk merusak popularitas Prabowo.
Latar belakang mereka kebanyakan dari aktivis sayap kiri. Meskipun tidak
semuanya. Sebab pada pileg kemarin, sebagian dari mereka bergabung dengan
Prabowo. Dan menjadi alasan kenaikan suara Partai Gerindra dua kali lipat.
Kalau mau
ditelisik sebenarnya ikhwal kebencian para aktivis itu berhubungan dengan peristiwa
penculikan yang menimpa anggota mereka. Khususnya aktivis Partai Rakyat
Demokratik (PRD). Hal ini tidak lepas dari beberapa kawan mereka yang hilang
entah kemana. Seperti Widji Tukul, Herman Hendrawan, Bimo Petrus. Di duga kuat mereka
sudah di bunuh. Hal itulah yang memicu kebencian mereka yang teramat besar pada
Prabowo dan ABRI. Bagi mereka segala sesuatu yang berhubungan dengan ABRI, adalah
kekerasan, kelicikan, kebengisan. Sehingga patut di musuhi tujuh turunan.
Begitu juga
dalam politik. Berhubungan para jenderal itu kini sedang
mencalonkan diri dalam bursa capres pada Juli mendatang. Seperti Prabowo
dengan keunggulan elektabilitasnya saat ini. Maka langkahnya harus di jegal.
Amat berbahaya kalau Prabowo memimpin bangsa ini. Begitu juga dengan Wiranto. Mental
kepemimpinan gaya militer akan membawa Indonesia kembali ke alam Orde Baru yang
fasistik militeristik.
Oleh karena
itu banyak aktivis kiri pada pemilu kali ini melihat golput tidak lagi sebagai
pilihan yang strategis. Sebab akan
menguntungkan Prabowo dan para jenderal yang ikut berkompetisi di dalamnya. Mereka
pun disibukkan mencari pilihan politik di antara sederet capres yang ada. Minimal
capres tersebut bukan berlatar belakang militer. Terutama tidak terlibat dalam
kasus penculikan dan kerusuhan di Jakarta.
Pilihan itu
pun jatuh pada sosok Jokowi. Seorang tokoh sipil yang mengenalkan metode blusukan untuk memetakan permasalahan di
akar rumput. Meskipun Jokowi bukan dari kalangan kiri, tetapi bagi mereka, minimal
gaya kepemimpinannya yang merakyat dan demokratis mampu membawa Indonesia pada
kondisi yang lebih lebih aman, tentram, sejahtera. Dan yang paling penting,
menggagalkan obsesi Prabowo.
Tuduhan
yang menyandera Prabowo faktanya tidak mempengaruhi kebanyakan rakyat
Indonesia. Dengan sadar suara mereka dipercayakan sepenuhnya pada Partai
Gerindra. Barangkali karena sudah tidak peduli atau tidak tahu menahu peristiwa
tersebut. Memang, karena kebenaran tuduhan itu sampai sekarang masih simpang
siur. Sehingga rakyat memutuskan, visi
dan program yang ditawarkan Prabowolah yang mereka pilih. Telah lama mereka tidak
menyaksikan seorang tokoh yang peduli pada agenda-agenda kerakyatan dan nasib mereka.
Penutup
Keadilan sampai
kapan pun harus ditegakkan. Kasus penculikan dan kerusuhan massal yang
menciderai hak-hak kemanusiaan harus di ungkap sejelas-jelasnya. Siapa
aktornya, apa peran mereka dan latar belakang mereka melakukannya? Para jenderal
yang terlibat harus di ganjar dengan hukuman yang setimpal. Begitu pula dengan
Prabowo dan Wiranto jika mereka memang terlibat. Apalagi Wiranto sejak
terjadinya peristiwa itu hingga saat ini absen dari pemeriksaan.
Oleh sebab
itu hasil persidangan oleh DKP dan Mahmil di masa lalu harus di beberkan kepada
seluruh rakyat Indonesia. Jangan lagi ada perahasiaan sejarah di zaman yang menjunjung kebebasan seperti saat ini. Dengan
begitu, akan terlihat jelas siapa yang bersih dan siapa yang terlibat.
Dengan
pembeberan hasil-hasil persidangan itu, maka persidangan selanjutnya untuk
mengurai sengkarut kasus-kasus tersebut juga akan lebih mudah kembali di gelar.
Terutama yang paling penting mengenai keberadaan
13 orang aktivis yang masih hilang. Mengapa mereka di culik? Apakah masih hidup
atau tidak? Kalau tidak, lalu dimana
dikuburkan? Wallahu alam bis shawab.
terimakasih atas infonya~ bermanfaat sekali :)
BalasHapushttp://www.bursapolitik.com/2017/05/kalau-dukungan-untuk-rizieq-tembus-7.html
BalasHapushttp://fukureta.blogspot.com/2017/05/rambut-wanita-terkuat-di-dunia-menarik.html
http://operaqqgambling.blogspot.com/2017/05/tips-bermain-sakong.html
http://doctoroperaqq.blogspot.com/2017/05/pentingnya-kita-makan-kacang-setiap.html
http://babehoror.blogspot.com/2017/05/kisah-pengalaman-pahit-hantu-kuntilanak.html
Mari Bergabung Dengan Kami "www.OPERAQQ.com"
Partner Sejati Untuk Permainan Kartu Anda ^^
Penasaran mau daftar ??? PIN BB : D60ED5D7
http://lapakopera.blogspot.com/2017/10/lapak-berita-ahok-doyan-dangdut-dan.html
BalasHapushttp://lasvegas39.blogspot.com/2017/10/unik-dan-aneh-5-bintang-porno-tercantik.html
https://www.instagram.com/silvia.chua/